Mohon tunggu...
Endhy GW
Endhy GW Mohon Tunggu... Freelancer - Kembali menulis

Perkenalkan, saya adalah aktivis lingkungan yang juga merupakan karyawan swasta sebuah perusahaan asuransi di Indonesia. Menulis dulunya menjadi mata pencaharian saya ketika bekerja di sebuah majalah "Wedding" kenamaan di area Surabaya pada tahun 2009-2011. Saya tertarik untuk kembali menulis dan menjadi bagian dari keluarga besar kompasiana. Sebelumnya saya mohon maaf jika gaya penulisan saya gamblang dan to the point. Salam hormat

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Traveling Berkelanjutan dan Bertanggung-Jawab

17 April 2023   23:59 Diperbarui: 18 April 2023   00:06 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dok. Pribadi

Traveling secara berkelanjutan dan bertanggung jawab, merupakan suatu habit baru bagi masyarakat kita dewasa ini, khususnya bagi kaum Millennials yang telah berkeluarga dan juga Gen Y serta Gen Z.

Kebiasaan lama telah lama ditinggalkan, karena tidak semua orangtua generasi boomers memberi contoh, menerapkan dan mengajarkan berwisata secara berkelanjutan dan bertanggung jawab. Malu lah jika kita masih berpikir untuk "nyampah" di lokasi wisata yang kita tuju. 

Memang betul semua dimulai dari diri kita masing-masing. Kebiasaan memilah sampah di rumah sebaiknya juga diterapkan di lokasi wisata atau dimanapun tempat kita menghabiskan waktu liburan. Jangan hanya karena berpikir, "Oh sudah ada petugas yang membersihkan sampah.", lantas kita dengan seenaknya justru menitipkan sampah tanpa rasa tanggung jawab.

Pernah suatu ketika, penulis berkunjung di Asakusa, Tokyo. Lokasi yang sangat dekat dengan kuil Senso-Ji, salah satu obyek wisata terkenal yang tidak pernah sepi, menawarkan beragam kuliner yang siap memanjakan perut setiap pengunjung. Salah satunya adalah restoran cepat saji McD*nald's. Sebagai salah satu turis mancanegara, penulis tentunya juga melakukan observasi kebiasaan orang lokal setempat. 

Sesaat setelah mendapatkan antrean tempat duduk, penulis memperhatikan meja sebelah yang sedang dibersihkan oleh salah satu perempuan paruh baya, merupakan pengunjung lokal yang kebetulan juga makan di resto tersebut. Meja tempat ia duduk dan makan, dibersihkan secara seksama. Sisa makanan dibuang dan tray (nampan) dikembalikan di tempat pengembalian nampan. Kemudian setelah bersih, meja dilap menggunakan tisu basah dan tisu kering setelahnya. 

Betapa penulis sangat terheran-heran, setelah selesai membersihkan meja dan kursi, perempuan tersebut tampak meninggalkan restoran. Karena awalnya, penulis mengira perempuan tersebut hendak makan di meja dengan membersihkan terlebih dahulu. Ternyata meja tersebut dibersihkan setelah selesai digunakan. Inilah cara orang Jepang memperlakukan pengunjung lain yang hendak menggunakan meja tersebut, mereka terbiasa untuk menghormati pengunjung lain yang hendak menggunakan fasilitas umum. Sungguh Luar Biasa! 

Itu hanya satu dari sekian banyak contoh sederhana yang benar-benar terjadi di negara maju seperti Jepang. Para penduduknya telah dididik sedini mungkin untuk menjaga kebersihan dan merawat fasilitas umum. Karena tentunya masing-masing individu sangat berharap fasilitas umum dapat digunakan dalam kondisi bersih dan baik, bukan?

Bagaimana dengan Indonesia? Di banyak resto cepat saji, walau ada tempat pengembalian nampan, sebagian besar masyarakat masih enggan mengembalikan nampan, apalagi membersihkan meja dan kursi setelah digunakan. Sisa makanan dibiarkan berserakan di meja, plastik bekas saus dijadikan satu dengan sisa nasi dan tulang ayam. Gelas minuman ditinggal begitu saja. Mental masyarakat kita ini masih keterbelakangan, mereka datang dan memborong makanan, merasa punya hak untuk "nyampah" di restoran tersebut, karena (lagi-lagi) ada petugas kebersihan yang siap mengambil sampah, pikirnya.

Realitas seperti ini masih saja terjadi, tidak pandang usia dan status, yang membedakan hanya pendidikannya saja. Mereka yang berpendidikan cenderung menjaga kebersihan, sebaliknya mereka yang kurang pendidikan cenderung bersikap acuh tak acuh dan seenaknya.

Pembaca merupakan masyarakat yang mana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun