Mohon tunggu...
Ende Widiyana
Ende Widiyana Mohon Tunggu... Guru - Akademisi

Pengajar Propesional yang dapat mendorong pengetahuan yang kuat kepada siswa. dapat menggunakan teknologi untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pembelajaran yang kompleks. mudah beradaptasi dengan gaya belajar yang berbeda berdasarkan siswa yang saya ajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perencanaan Siswa dan Intraksi Edukatif

15 Juli 2024   09:20 Diperbarui: 15 Juli 2024   09:30 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi Pribadi)

Interaksi edukatif adalah interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang, atau dapat juga dikatakan interaksi edukatif yakni interaksi yang secara sadar memiliki tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasannya.

Menurut B. Suryosubroto, “interaksi edukatif adalah hubungan timbal balik antara guru (pendidik) dan peserta didik (siswa), dalam suatu sistem pengajaran. Interaksi edukatif merupakan faktor penting dalam usaha mencapai terwujudnya situasi belajar dan mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Tercapainya tujuan proses mengajar dan belajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, memerlukan usaha terciptanya interaksi yang baik pula antara guru (pendidik) yang mengajar dan peserta didik (siswa) yang belajar.

Menurut Saiful Akhyar Lubis interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu yakni untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar). Interaksi yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya. Pestalozzi menyebut tujuan ini dengan Hilfe zur Selbsthilfe yang artinya pertolongan untuk pertolongan diri.

Dengan konsep tresebut muncullah istilah guru dan anak didik. Keduanya berada dalam interaksi edukatif dengan posisi, tugas dan tanggung jawab yang berbeda, namun bersama-sama mencapai tujuan. Guru bertanggung jawab mengantarkan anak didik kea rah kedewasaan Susila yang cakap dengan memberikan sejumlah ilmu pengetahuan dan membimbingnya. Sedangkan anak didik berusaha mencapai tujuan itu dengan bantuan dan pembinaan dari guru.

Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Karena itu, interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang brelangsung dalam ikatan tujuan Pendidikan (Abu Achmadi dan Syuhadi, 1985: 47).

Proses interaksi edukatif adalah suatu proses yang mengandung sejumlah norma. Semua norma itu harus guru transfer kepada anak didik. Karena itu sangatlah wajar jika interaksi edukatif tidak berproses pada kehampaan tetapi penuh makna.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa interaksi edukatif adalah hubungan dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah norma sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan Pendidikan.

  • Karateristik Interaksi Edukatif

Sebagai interaksi yang bernilai normatif, maka interaksi edukatif mempunyai karateristik sebagai berikut[4] 

  • Interaksi edukatif memiliki tujuan 
  • Tujuan interaksi edukatif adalah untuk membantu anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi edukatif sadar akan tujuan dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian. Sedangkan unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung. 
  • Ada suatu prosedur (jalan interaksi) yang terencana untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan 
  • Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi dibutuhkan prosedur atau langkah-langkah sistematik dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain mingkin akan membutuhkan prosedur dan desain yang berbeda.
  •  
  • Interaksi edukatif di tandai dengan penggarapan materi khusus
  •  
  • Dalam hal materi harus di desain sedemikian rupa, sehingga ccok untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen pengajaran yang lain. Materi harus sudah di desain dan disiapkan sebelum berlangsungnya interaksi edukatif.
  •  
  • Ditandai dengan aktifitas anak didik
  •  
  • Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan sentral, maka aktifitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi edukatif. Aktifitas anak didik dalam hal ini baik secara fisik maupun mental.
  •  
  • Guru berperan sebagai pembimbing
  •  
  • Dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberi motivasi agar terjadi proses interaksi edukatif yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses interaksi edukatif. Sehingga guru akan menjadi contoh yang dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Guru sebagai desainer akan memimpin terjadinya interaksi edukatif.
  •  
  • Interaksi edukatif membutuhkan disiplin
  •  
  • Disiplin dalam hai ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur menurut ketentuan yang sudah di taati dengan sadar oleh pihak guru maupun pihak anak didik. Mekanisme konkret dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah di gariskan
  •  
  • Tujuan Interaksi Edukatif
  •  
  • Tujuan dalam interaksi edukatif adalah untuk membantu anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi edukatif sadar akan tujuan dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian, dasar inilah yang menjadi titik tolak proses yang akan dilakukan, maka dalam hal ini yang perlu diperhatikan dalam kategori interaksi edukatif ini adalah anak didik sebagai siswa yang mampu mewarisi ilmu pengetahuan sehingga dapat berdampak pada prilaku sehari-hari. Sehingga antara guru dengan peserta didik harus melakukan interaksi edukatif dengan selaras. Hal-hal seperti ini jelas akan membantu keberhasilan pembelajaran siswa[5]
  • Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Edukatif
  • Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya aktivitas belajar, seperti dijelaskan oleh Chalidjah Hasan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya aktivitas belajar antara lain[6] : 
  •  
  • Faktor yang terjadi pada diri organisme itu sendiri yang disebut dengan faktor individual. Yang termasuk faktor individual adalah faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
  •  
  • Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut dengan faktor sosial. Yang termasuk ke dalam faktor sosial, faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.
  •  
  • Perencanaan Interaksi Edukatif

Corners mengidentifikaiskan tugas mengajar guru menjadi tiga tahap yang bersifat suksestif. Tahap tersebut adalah: Tahap sebelum mengajar (pre-active), tahap pengajaran (inter-active), dan tahap sesudah pengajaran (post-active). 

Berikut ini uraian apa yang harus di lakukan oleh guru dalam masing-masing tahap mengajar:

  • Tahap sebelum mengajar
  •  
  • Dalam tahap ini guru harus menyusun program tahunan pelaksanaan kurikulum, program semester, program satuan pelajaran dan perencanaan program mengajar. Dalam merencanakan program tersebut, maka perlu dipertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan:
  •  
  • Bekal bawaan anak didik
  •  
  • Bekal bawaan anak didik sebagai apresiasi anak didik perlu guru perhatikan. Setiap anak didik membawa bahan bahan apresiasi yang berbeda-beda. Bahan yang dipersiapkan guru harus tidak jauh dari pengalaman dan pengetahuan yang anak didik punya sehingga anak didik bisa menyerap dengan mudah penjelasan yang diberikan oleh guru di kelas.
  •  
  • Perumusan tujuan pembelajaran
  •  
  • Perumusan tujuan pembelajaran wajib guru lakukan untuk memberikan arah yang jelas kemana kegiatan interaksi edukatif di bawa. Perumusan tujuan pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru tidak sembarangan, tapi bertumpu pada tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga ranah ini akan terlihat jika anak didik sudah mampu memproses dan menerapkan perolehannya kedalam situasi lingkungan yang berbeda, yaitu lingkungan kehidupan nyata.
  •  
  • Pemilihan metode
  •  
  • Metode adalah cara yang digunakan dalam pengajaran sebagai strategi, metode ikut memperlancar ke atas pencapaian tujuan pembelajaran. Peranan metode ini akan nyata jika guru memilih metode yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang hendak dicapai oleh tujuan pembelajaran.
  •  
  • Pemilihan pengalaman – pengalaman belajar
  •  
  • Pengalaman yang diberikan kepada anak didik harus dipikirkan secara matang oleh guru karena apabila guru memberikan pengalaman yang negative akan berkesan dalam jiwa anak didik. Penampilan seorang guru juga harus diperhatikan karena guru menjadi objek perhatian anak didik yang bisa saja akan ditiru oleh anak didik.
  •  
  • Pemilihan bahan dan peralatan belajar
  •  
  • Dalam pemilihan materi yang akan disampaikan kepada anak didik haruslah dapat diterima sesuai dengan pemahaman anak didik, bukan memberikan materi yang sulit diterima atau dicerna oleh anak didik. Bahan pelajaran yang dipilih oleh guru berasal dari buku paket dan ditambah buku penunjang lainnya. Peralatan belajar juga dibutuhkan oleh anak didik untuk mempercepat pemahaman anak didik terhadap materi yang disampaikan.
  •  
  • Mempertimbangkan jumlah dan karateristik anak
  •  
  • Jumlah peserta didik dalam kelas sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar karena semakin banyak jumlah peserta didik di dalam kelas maka akan membuat kelas kurang kondusif dan akan dengan mudah terjadi konflik antar anak didik, sebaliknya jika jumlah anak didik lebih sedikit maka akan lebih mudah dalam mengkondisikan kelas.
  •  
  • Dalam kelas, setiap anak didik memeiliki karateristik yang berbeda-beda. Jadi dumlah siswa di dalam kelas sangat mempengaruhi jinerja seorang guru dalam mengkondisikan kelas tersbut.
  •  
  • Mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia
  •  
  • Jumlah jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran ada yang sama dan ada yang berbeda. Perbedaan jumlah jam pelajaran akan mempengaruhi pertimbangan guru terhadap pemakaian dan pembagian jam pertemuan di kelas. Masalah waktu akan berhubungan dengan kedisiplinan belajar karena apabila ada guru yang mengajar melebihi batas waktu yang ditentukan maka akan merugikan guru lain yang mengajar pada jam berikutnya. Jika guru telah mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia maka guru tersebut busa mempersiapkan bahan pelajaran yang sesuai dengan waktu yang diberikan.
  •  
  • Mempertimbangkan pola pengelompokan
  •  
  • Dalam interaksi edukatif, tidak selamanya anak didik belajar sendiri-sendiri, oleh karena itu diperlukan pembagian kelompok belajar. Dalam pemilihan kelompok bisa berdasrkan atas perbedaan individual anak didik, seperti perbedaan biologis, intelektual ataupun psikologis.
  •  
  • Mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar
  •  
  • Belajar adalah berubah, perubahan dalam belajar akan dirasakan setelah berakhirnya kegiatan belajar. Agar perubahan itu tercapai maka harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar.[7]
  •  
  • Tahap Pengajaran
  •  
  • Dalam tahap ini berlangsung interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan kelompok. Rentangan interaksi ini berada diantara dua kutub yang ekstrem, yaitu satu kegiatan yang berpusat pada guru dan kegiatan yang berpusat pada siswa.
  •  
  • Tahap Sesudah Pengajaran
  •  
  • Tahap in imerupakan kegiatan atau perbuatan setelah pertemuan tatap muka dengan anak didik. Beberapa kegiatan guru yang tampak pada tahap sesudah mengajar antara lain:
  •  
  • Menilai pekerjaan anak didik
  •  
  • Penilaian adalah kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dengan pekerjaan yang guru harus lakukan setelah pengajaran. Untuk menilai berhasil tidaknya pengajaran yang dilakukan oleh guru. Penilaian bisa dilakukan dengan guru mengadakan tes kepada anak didik berupa tes tulis atau tes lisan.
  •  
  • Menilai pengajaran guru
  •  
  • Penilaian guru juga harus dilakukan oleh guru sendiri. Disini kejujuran penilaian dituntut dari guru. Penilaian diarahkan pada aspek antara lain gaya mengajar, struktur penyampaian, bahan pembelajaran, penggunaan metode, ketepatan perumusan tjuan pembelajaran, ketepatan pemakaian alat dan alat bantu pengajaran.
  •  
  • Membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya
  •  
  • Membuat perencanaan pengajran tidak semau guru tapi harus memperhatikan hasil penilaian pekerjaan anak didik dan hasil penilaian pengajaran guru.
  •  
  • Komponen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pengajaran adalah ketepatan perumusan tujuan pembelajaran, kesesuaian bahan dengan tujuan pembelajaran, pemilihan metode yang akurat, dan pemakaian prosedur, jenis dan alat evaluasi yang sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun