Suara pengumuman kedatangan kereta berbunyi di stasiun yang menandakan kereta sudah datang. Semua orang fokus pada langkahnya masing masing begitu juga Sheila yang fokus melangkah menuju pintu keluar. Ia tidak lagi tinggal di kota ini, niatnya kesini hanya untuk menghadiri acara reuni dengan teman lamanya, Sheila tidak sabar bertemu dengan teman temanya.
Suasana di stasiun kereta ini bisa di jelaskan dengan satu kata yaitu ramai, seperti pakaian yang di kenakan orang yang sedang melambaikan tangan heboh ke arahnya sambil tersenyum manis. Orang itu bernama Dila, teman lamanya yang memang dasarnya suka menjadi pusat perhatian.
"Gimana di kereta, penuh nggak?" Tanya Dila
"Gak terlalu, mungkin karena belum jam pulang kerja" Jawab Sheila seadanya karena memang benar kondisi di kereta tidak terlalu penuh walau tidak ada kursi kosong yang tersisa, paling tidak ia masih bisa bernafas dengan leluasa di dalam kereta.
Mereka berdua berjalan menuju mobil Dila yang diparkir kan di depan minimarket. Sheila lumayan terkejut mengetahui bahwa Dila menjemputnya dengan mengendarai mobil sendiri, karena yang Sheila tau dulu Dila adalah anak manja yang tidak mau melakukan apapun sendiri. Tapi melihat Dila menyetir dengan lihai seolah mobil ini dapat bergerak sendiri mengikuti arus jalanan membuat Sheila sadar bahwa dia sudah berubah.
Acaranya diadakan di dekat SMA nya dulu. Bertujuan untuk bernostalgia saat masa masa sekolah. Sheila dan Dila tidak menyangka saat mereka tiba sudah disambut oleh teriakan histeris dari seorang perempuan bertubuh mungil yang ternyata sudah menunggu mereka sedari tadi. Nama perempuan itu adalah Jea, salah satu teman dekat Sheila yang kemana-mana selalu di sampingnya.
"Kenapa lama banget sih sampenya, perasaan udah bilang otw dari tadi" Ujar Jea kesal
"Ya sorry, je. Macet tadi jalan udah mau jam pulang kerja soalnya" Jawab Dila memberi penjelasan.
Melihat Jea yang merajuk membuat Sheila terkekeh pelan dan memilih untuk melihat lihat sekelilingnya. Tak di sangka ia melihat seseorang yang sangat familiar di otaknya, laki laki bertubuh tinggi bernama Jaiz dengan suara teriakan cemprengnya yang selalu mengisi kesunyian kelasnya dulu. Sheila mengajak Dila dan Jea untuk menghampiri Jaiz dan mengajaknya berbincang.
Waktu berlalu tak terasa teman-teman Sheila yang lain pun mulai datang satu persatu. Banyak perubahan yang terjadi pada mereka. Ada perasaan sedih di hati Sheila saat mengetahui bahwa mereka bukan lagi teman temanya yang nakal dan pecicilan, mereka sudah dewasa dan memiliki tanggung jawab masing masing. Nyatanya perubahan memang ada dan tidak bisa di hindari. Bumi ini terus berputar tidak mungkin semua orang hanya berdiam diri di tempat yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H