Ekspor dan Depresiasi Rupiah
Oleh
Endang Winarsih
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Universitas Jember
Rupiah kembali melemah ke kisaran level Rp. 13.100 pada Senin (16/3). Berdasarkan data dari Bloomberg, kenaikan rupiah di pasar spot naik ke posisi Rp. 13.212 dibandingkan dengan kenaikan kemarin sebesar Rp 13.245 perdolar AS. Rupiah diprediksi akan naik lagi seiring dengan turunnya indeks dollar AS, karena memburuk dari periode sebelumnya. Indeks dollar AS turun dibawah 100 sedangkan hasil US Treasury 10 tahun turun tipis 4 basis poin. Neraca perdagangan yang surplus, saat ini hanya mengurangi tekanan pelemahan saja. Menurut Ekonom Universitas Indonesia, Lanamengatakan bahwa nilai tukar rupiah sudah terdepresiasi cukup dalam. Penurunan ini lebih tinggi jika dibandingkan negara Jepang yang memang sengaja melemahkan mata uangnya.
Rupiah dibandingkan dengan mata uang asing mengalami depresiasi yang paling mendalam. Selama dua bulan ini pelemahan rupiah lebih dari Rp. 500. Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia returnnya hanya sebesar 4 %, sedangkan rupiah melemah 6%. Saat ini, kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS tidak dapat diprediksi.Kebijakan Bank Sentral akan mempengaruhi sistem keuangan negara di seluruh dunia, karena AS merupakan pasar keuangan yang terbesar. Pelemahan rupiah akibat menguatnya dollar di pasar keuangan global, akan menimbulkan krisis di Indonesia.
Pelemahan rupiah terjadi karena beberapa faktor eksternal, seperti recana AS untuk mengurangi kebijakan stimulus moneter dan penurunan hasil ekspor Indonesia. Kondisi perekonomian AS yang semakin membaik, karena angka pengangguran yang berkurang dan angka inflasi rendah membuat investor asing di Indonesia mengalihkan dananya ke AS.Keluarnya investasi asing ini membuat pelemahan rupiah. Para investor asing menukar rupiah dengan mata uang negara lain sehingga pernawaran atas rupiah tinggi sedangkan permintaan rendah. Selain itu, kondisi neraca perdagangan juga memiliki dampak pada nilai tukar rupiah. Permintaan ekspor dapat meningkatkan mata uang rupiah, karena dalam ekspor terjadi pertukaran mata uang antar negara. Namun kondisi ekspor yang masih rendah membuat Indonesia harus beruapaya meningkatkan ekspor, agar dapat mengurangi pelemahan rupiah
Pelemahan rupiah secara gradual masih membuat para pelaku ekonomi mampu beradaptasi dengan baik dan belum merasakan level kekhawatiran yang luar biasa. Namun fluktuasi nilai tukar rupiah masih tidak dapat di perkirakan dan menjadi tanda Tanya besar. Dalam hal ini, perekonomian mempunyai batas ambang pelemahan rupiah terhadapdollar AS. Jika pelemahan terus terjadi, akan menyebabkan persepsi negatif terhadap rupiah. Ditambah lagi dengan kondisi perpolitikan yang semakin memburuk di Indonesia. Nilai tukar rupiah akan semakin lemah. Ini artinya krisis mata uang yang terjadi saat ini dapat menimbulkan krisis ekonomi.
Sekuat apapun sektor moneter, pada dasarnya merupakan fasilitator bagi sektor riil. Pelemahan nilai tukar saat ini tidak pada diprediksi, sehingga selain Bank Indonesia melakukan kebijakan moneter dalam menjaga kestabilan rupiah. Pemerintah harus melaksanakan kebijakan yang dapat mendorong kemajuan sektor meningkatkan hasil produksi baik secara kuantitas maupun kualitas. Sektor industri harus mampu mengekspor hasil produksinya selain memenuhi kebutuhan dalam negeri. Para pelaku industri khususnya industri yang menggunakan bahan baku impor, harus mampu berinovasi dan mampu mengupayakan agar bahan baku yang digunakan tidak mengimpor. Pemerintah juga harus bertindak cepat dalam memfasilitasi industri yang berpotensi ekspor, seperti memberikan akses informasi dan kemudahan melakukan ekspor bagi industri yang berpotensi ekspor namun pemasaran produknya belum luas.
Dengan sektor riil yang berkembang perekonomian Indonesia akan sedikit teratasi. Sektor riil merupakan salah satu cara peningkatan devisa ditengah pelemahan rupiah. Meskipun rupiah lemah, tetapi devisa kita meningkat dan neraca perdagangan kita akan surplus. Sehingga dalam hal ini pemerintah harus menghimbau para eksportir kita untuk meningkatkanproduksi ekspor dan menggunakan rupiah dalam kegiatan transaksi. Dengan surplusnya neraca perdagangan akan mengurangi utang kita kepada asing. Selain itu hal yang sangat penting yang harus dilakukan pemerintah, menjaga atau mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap rupiah. Jika masyarakat sudah tidak percaya pemerintah, maka besar kemungkinan rupiah akan terdepresiasi semakin dalam. Masyarakat tidak percaya lagi akan rupiah, karena masyarakat lebih percaya mata uang lain atau mengalihkan uangnya dalam bentuk barang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H