Mohon tunggu...
Endang Suherman
Endang Suherman Mohon Tunggu... -

seorang yang ingin mencari teman, sahabat sejati dalam berbagi dan memberi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Potret Kehidupan Mbok Minah

12 Februari 2010   15:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:57 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_73147" align="alignleft" width="225" caption="Foto"][/caption] Terasa berat hidup yang harus di jalani mbok Minah yang sudah terlihat tua. Setiap pagi, ia selalu membawa hasil kerajinan tangan yang di buatnya. Berat memang, tapi "upph" mbok Minah tetap semangat. Mbok Minah tetap menjalaninya dengan senang hati dan ia bangga dengan hasil yang telah di capainya. Mbok minah adalah sebagian kecil potret kehidupan yang terjadi di negeri yang kaya raya hasil buminya. Mbok Minah tidak pernah mengeluh atau putus asa dengan penghasilannya, yang mungkin hanya mampu menutupi kebutuhan hidupnya untuk hari itu saja. Namun mbok Minah selalu yakin akan kebesaran Sang Maha Kuasa, dan sebagai orang yang taat beragama mbok Minah selalu percaya bahwa Allah SWT tidak akan menguji hambanya melewati batas kemampuannya. Itu selalu terngiang di telinga mbok Minah ketika akan berjualan keliling dengan hasil kerajinan tangannya. Mbok Minah tidak pernah iri kepada wanita yang sebayanya, yang tidak lagi berusaha seperti dirinya. Karena wanita yang sebaya dengan mbok Minah telah mendapat jatah dari penghasilan anak-anaknya. Tapi mbok Minah tidak mau seperti itu, walaupun anak-anaknya sering kali melarang mbok Minah untuk berjualan, dari hasil kerajinan tangannya. Mbok Minah selalu menekankan kepada anak-anaknya, "janganlah kalian "buang" mata pencaharian emak yang telah menghasilkan begitu banyak untuk membiayai kalian. Sampai kalian sekolah tinggi dan kalian menjadi seperti sekarang ini!" ucap mbok Minah suatu hari kepada anak-anaknya. Oh sungguh mulia hati mbok Minah ini, dan mbok Minah rasanya tidak pernah ada kata menyerah dalam mengarungi hidup ini. Baginya tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah itu artinya janganlah selalu meminta dan mengharap kepada orang lain karena sifat seperti itu hanya di miliki bagi orang yang sehat tapi malas untuk bekerja. Walaupun mbok minah seorang perempuan desa yang tua, akan tetapi ia tidak mau ketinggalan informasi tentang kelakuan orng-orang "besar" negeri ini. Mbok Minah selalu memperhatikan kelakuan orang-orang yang katanya "pintar dan terhormat", akan tetapi kelakuannya sungguh jauh dari kata "pintar dan terhormat". Menurut Mbok minah apa yang kurang dari mereka? jabatan, gaji, rumah dan mobil semua sudah tersedia tinggal pakai, tetapi mengapa mereka masih saja melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain termasuk aku? kata mbok Minah dalam hatinya. Perjuangan hidup memang belum selesai, masih teramat panjang dan penuh liku. Akan tetapi bagi mbok Minah hidup ini hanya sebentar, kapan dan dimana pasti semua akan di jemput-Nya. Bagi mbok minah hidup dan mati hanyala milik Allah SWT semata, selama kita dalam menjalani hidup ini berada di jalur yang benar maka kesengsaraan di dunia apalagi di akhirat tidak akan kita alami begitu pesan mbok minah kepada anak-anaknya yang telah menjadi sarjana dan kebanggan mbok Minah yang setiap hari memeras keringat untuk membawa hasil kerajinan tangan yang ia miliki ketika anak-anaknya masih kecil. Walau suaminya telah pergi untuk selamanya mbok Minah tidak pernah bersedih atau larut dalam kesedihan yang panjang, karena mbok Minah yakin bahwa sudah ada yang menjaga suaminya yang teramat ia cintai. Itulah potret kehidupan seorang mbok Minah yang hidup di negeri kaya raya dengan segala hasil bumi, hutan dan lautnya. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang di berikan oleh mbok Minah. semoga saja di negeri Indonesia ini akan ada mbok Minah-mbok Minah yang berhati dan sekuat baja dalam menjalani sisa hidupnya. Hidup ini tidak ada yang dapat memberatkan dan meringankan selalu saja ada tujuan baik mencapai yang berat maupun ringan. Wassallam bissawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun