Mohon tunggu...
Endang Suherman
Endang Suherman Mohon Tunggu... -

seorang yang ingin mencari teman, sahabat sejati dalam berbagi dan memberi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Miris

15 Juli 2011   02:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:40 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Mendengar dan melihat apa yang di tayangkan oleh media elektronik saat ini hati saya jadi miris dan sedih. Karena begitu banyak persoalan bangsa yang tidak pernah habis di bahas dan di umbar secara gambalang dan detail. belum habis persoalan " SENGKETA PEMILU", kini telah hadir lagi persoalan yang di umbar tentang seorang mantan pejabat dari partai yang mengatakan bersih dan profesional. Yang tertangkap basah oleh salah satu wartawan media electronik.  Mantan pejabat itu tertangkap basah sedang jalan-jalan di salah satu tempat belanja terkemuka di ibu kota padahal statusnya masih narapidana. Ketika tertangkap basah, mantan pejabat itu terlihat menghindar dan coba untuk berusaha menutup kamera dengan tangannya. Saya jadi bertanyatanya. Kalau memang mantan pejabat itu tidak salah, mengapa harus menghindar dan menutup kamera segala. Belakangan timbul pembelaan diri dari sang mantan pejabat itu dan kuasa hukumnya. Katanya wartawan salah satu media electronik itu dalam bertanya tidak sopan. Apakah benar seorang wartawan tidak mempunyai etika dalam bertanya?

Di negeri ini tidak lagi menjadi hal  yang aneh ketika seorang pejabat yang terpidana bebas berkeliaran walaupun sudah mengantungi surat izin, ia selalu menjadi sorotan dan menjadi pembicaraan yang pro dan kontra. Yang merasa pro mungkin hal itu di anggap wajar karena sebagai manusia mempunyai rasa peduli kepada kweluarga apalagi yang pro itu adalah seorang pejabat pula dan itu di tayangkan dalam diskusi di salah satu media elektronik. Namun bagi yang kontra apakah itu sudah mencerminkan suatu keadilan bagi penegakan hukum? jawabannya adalah belum. Karena bila membandingkan dengan kasus-kasus yang menjerat rakyat biasa  rasa kekbebasan itu tidsk pernah di dapat. Bagi rakyat kecil kalau sudah di penjara yah sudah dalam penjara mendekam berblan bertahun- tahun lamanya. Mereka hanya mengharapkan grasi pada hari-hari besar negara dan hari-hari besar lainnya.

Keadilan di negeri ini sudah bukan hal yang rahasia lagi. Karena keadilan di negeri ini sangat sulit di tegakkan.  Keadilan di negeri Indonesia seperti melihat dua mata pisau yang salin g bertolak belakang. Tajam ketika menghadap ke bawah dan tumpul bila menghadap ke atas,  apalagi yang terkena kasus itu adalah pejabat maka pemeriksaannya pun berbelit dan berkelok-kelok sehingga panjang dan panjang akan tetapi tidak pernah sampai ketujuan. Sudah banyak kasus di negeri ini yang melibatkan para pejabat dan kasusnya sampai sekarang tdak jelas sampai di mana. Semisal contoh kasus BANK CENTURY, MAFIA HUKUM ATAU PAJAK , DAN SEKARANG MAFIA PEMILU semua berjalan alot dan masing-masing merasa benar. Rasa-rasanya negeri ini tinggal menunggu kehancurannya. Karena begitu banyak kasus besar yang tidak pernah terungkap dengan jelas dan terang benderang. dan semua ini menjadi terlalu MIRIS untuk di saksikan dan di pertontonkan kepada seluruh rakyat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun