Mohon tunggu...
Endang Suherman
Endang Suherman Mohon Tunggu... -

seorang yang ingin mencari teman, sahabat sejati dalam berbagi dan memberi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Lagi Tentang Harga Buku Sekolah

19 Juli 2011   02:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:34 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini saya kembali mengantar anak saya bersama isteri. Sebelum masuk ke Kelas kami ( saya dan isteri ) bertemu dengan beberapa orang tua murid yang agak kenal. Setelah mengantarkan masuk anak saya. Kami bergegas keluar, namun ketika keluar kelas saya dan isteri,  di sapa oleh salah satu orang tua murid. ( Biasa basa-basi) dari basa-basi itu mulailah orang tua wali murid ( terutama ibu-ibu ) menyinggung masalah pembelian buku pelajaran. " Bu, tau ga kemarin di sekolah tetangga kita ada demo dari ibu-ibu tentang harga buku "! cerita salah satu orang tua wali murid. " Tau bu, saya tau. Mereka pada demo kan bu ?" timpal ibu yang satu. " iya katanya buku untuk kelas dua SD harga Rp. 560.000 ( lima ratus enam puluh ribu)". cerita yang lainnya. " hah!" gila mahal banget, masa setengah juta lebih bagimana ini mana bapaknya ngasih duit cuman Rp. 300.000 ( tiga ratus ribu ) lagi. dari mana nombokin setengahnya  nih keder dah gue,  kalau emang harga buku di sini sama ama tetangga kita" cetus ibu yang lainnya denga rasa khawatir. " Mana bapaknya ngomong " siapa yang korupsi nih? guru atau mamanya". Saya dan isteri  coba tersenyum. Dalam hati saya juga ngedumel .#$#$$#&:'?.

Setelah mendengarkan keluhan dan "rumpian ibu-ibu tadi, saya dan isteripun lalu pamitan pada mereka. Dalam perjalanan kami terus ngobrol tentang harga buku di sekolah. " Mah kira-kira berapa ya di sekolah anak kita?" membuka percakapan. " yach, mudah-mudahan ga sebesar itu, jadi kita nggak perlu nombok lagi" jawab isteri menenangkan." Kalau lebih dari segitu berarti ayah nambah lagi dong , sudah tipis nih persediaan".  Isteri diam, kelihatan agak bingung dan bingung. Akhirnya kamipun terdiam. Tidak lama kemudian isteri ngomong lagi." Yah, gimana kalau ada orang tua wali murid yang mempunyai dua, atau tiga anak yang sekolah di SD, berapa yang harus mereka keluarkan? adakah kebijakan dari kepala sekolah atau dinas terkait?. Saya hanya berkomentar " untung cuma satu....hehehe.

Dalam perjalanan saya terus berpikir dan bergumam dalam hati. Sampai kapan kejadian pendidikan ini terus berlangsung tanpa adanya pengawasan dan tindakan nyata dari pemerintah pusat atau daerah. Apakah Negera sengaja menghancurkan generasi bangsanya, hanya karena mengejar keuntungan semata? semoga kejadian ini dapat di respon sehingga tidak pernah terjadi lagi di masa yang akan datang. Karena mengejar ilmu adalah kewajiban untuk bekal di masa yang akan datang baik untuk individu, masyarakat ataupun negara, Seandainya pemerintah pusat dan daerah atau seluruh elemen bangsa peduli. Tentu mereka akan mendahulukan kepentingan nasional dari pada kepentingan pribadi untuk meraup keuntungan. Semoga Pemerintah pusat dan daerah membaca keluhan ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun