A. PENDAHULUAN
Peran pendidikan saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan dan perwujudan setiap individu. Pendidikan dapat dikatakan sebagai alat pembelajaran untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan. Pembelajaran merupakan satu siklus yang berawal dari pemetaan standar kompetensi, perencanaan proses pembelajaran, dan pelaksanaan asesmen untuk memperbaiki pembelajaran sehingga siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan (Kemendikbud, 2021). Diketahui bahwa ada berbagai tipe siswa di sekolah atau bahkan kelas yang memiliki tingkat kesiapan belajar, minat, bakat, dan gaya belajar yang berbeda-beda. Akibatnya, mereka membutuhkan layanan pengajaran yang berbeda satu sama lain agar mereka dapat memahami kompetensi dan materi pembelajaran berdasarkan karakteristik dan keragaman.
Keragaman yang melekat pada diri siswa di antaranya adalah gaya belajar (contohnya audio, visual, kinestetik), kemampuan akademik (tinggi, sedang, rendah), kecepatan dalam memahami pelajaran (ada siswa yang cepat dalam memahami pelajaran, ada yang sedang, bahkan lambat), motivasi (tinggi, sedang, rendah), minat bakat (misalnya pada matematika, bahasa, atau sains) kepribadian (misalnya introvert atau extrovert), termasuk juga status sosial ekonomi/SSE (SSE tinggi, sedang, rendah). Oleh karena itu dengan berbagai keragaman yang ada, maka dibutuhkan suatu pendekatan pengajaran yang mampu memenuhi kebutuhan setiap siswa. Pendekatan ini dapat berupa pendekatan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan proses siklus mencari tahu tentang siswa dan merespons belajarnya berdasarkan perbedaan (Marlina, 2020). Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan keragaman dan keunikan siswa dan mampu memberikan kesempatan bagi siswa supaya mampu belajar secara natural dan efisien.
B. PEMBAHASAN
1. Pembelajaran Berduferensiasi
Pembelajaran berdifernsiasi, konsep pembelajaran yang mengakomodasi berbagai kondisi keragaman siswa, hal ini sebetulnya telah lama menjadi perhatian pedagogis. Konsep tersebut menyatakan bahwa setiap siswa adalah unik karena tidak ada yang sama dalam semua situasi. Kondisi fisik dan mental setiap siswa pun berbeda. Dengan cara yang sama, pedagogis selalu menekankan bahwa peserta didik memiliki karakteristik unik yang membedakan mereka dari yang lain. Untuk dapat menyesuaikan pembelajaran mereka dengan karakteristik individu siswa, guru harus memahami karakteristik individu siswanya (Purnawanto, 2023).
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi kebebasan siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat bakat, dan profil belajar siswa tersebut. Berbeda dengan sistem pembelajaran sebelumnya yang lebih berpusat pada guru (teacher centered) sehingga membuat siswa pasif. Pembelajaran berdiferensiasi memberikan kesempatan untuk siswa berpartisipasi secara aktif dan berkolaborasi dalam belajar bersama guru dengan siswa lainnya. Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 30 cara yang berbeda untuk mengajar 30 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (tidak rapih), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus.
Sari (2022) mengemukakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu cara guru sebagai fasilitator untuk memenuhi kebutuhan tiap siswa, karena pembelajaran berdiferensiasi merupakan proses belajar mengajar, yang di mana siswa dapat mempelajari materi sesuai dengan kemampuan yang disukai dan kebutuhan siswa untuk kedepannya. Hal ini guna membuat siswa merasa merdeka agar tidak frustasi, tidak merasa beban atau gagal ketika bertemu materi pelajaran yang dianggap berat. Dalam konteks ini, guru menggunakan berbagai strategi pengajaran, bahan ajar, dan penilaian yang disesuaikan dengan karakteristik siswa. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi perlu memperhatikan komponen penting dalam perencanaannya.
Menurut Atik Siti Maryam (2021) pembelajaran berdiferensiasi setidaknya ada 3 komponen utama di antaranya: (1) Direfensiasi konten, konten adalah penyajian materi apa yang akan kita ajarkan kepada siswa. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadap kesiapan, minat, dan profil belajar murid maupun kombinasi dari ketiganya. Guru perlu menyediakan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan belajar murid, (2) Diferensiasi proses, proses mengacu pada bagaimana siswa akan memahami atau memaknai apa yang dipelajari. Diferensiasi proses dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti menggunakan kegiatan berjenjang menyediakan pertanyaan pemantik, membuat agenda individual untuk siswa membuat daftar tugas, mengalokasikan waktu sesuai kategori siswa salam menyelesaikan tugas, dan mengembangkan kegiatan bervariasi. (3) Diferensiasi produk, produk adalah hasil pekerjaan atau hasil karya yang harus ditunjukkan siswa kepada audiens berupa sesuatu yang ada.
Program Guru Penggerak menunjukkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi bergantung pada keputusan yang bijak yang dibuat oleh guru dan berfokus pada siswa. Indikator keputusan ini mencakup: 1) Menciptakan lingkungan belajar yang mendorong siswa untuk mencapai tujuan belajar; 2) Bagaimana guru menanggapi kebutuhan belajar siswa, termasuk rencana pembelajaran, sumber daya, media, strategi pembelajaran, penugasan, dan penilaian; dan 3) Bagaimana mengatur (mengurus) kelas yang efektif, yang mencakup prosedur, rutinitas yang memungkinkan fleksibilitas struktur dengan jelas meskipun melakukan kegiatan yang berbeda namun kelas tetap dapat berjalan dengan baik (Suwartiningsih, 2021). Dari penjelasan tersebut, dapat ditekankan bahwa peran guru dalam pembelajaran sangat penting untuk mendorong dan mengarahkan siswa untuk mencapai potensi mereka (Herwina, 2021).
2. Keragaman Siswa