“maafin aku Will aku gak ada maksud seperti itu”
“sudahlah aku muak dengan semua ini, aku gak mau lagi melihat kamu!”
Will sangat kecewa dengan pengakuan ku, dia berlalu pergi tanpa mendengarkan penjelasan lagi dari ku. Aku tak bias berbuat apa-apa saat itu. Aku hanya bias menagis dan menyesali kebohongan ku. Tapi aku sama sekali tak bermaksud membohongi Will. Aku pulang ke rumah dengan muka murung. Mama menghampiri ku dengan rasa khawatir.
“ada masalah apa sayang ? kok anak mama baru pulang kerja kelompok udah cemberu mukanya?”
Kata-kata mama bagai petir ditelinga ku seolah-olah mengingatkan kebohongan kepada mama, tanpa ku sadari air mata ku mengalir bagai anak sungai yang membanjiri wajah ku. Aku memeluk mama dan minta maaf atas kebohongan ku selama ini.
“maafin San mama, San sudah berbohong kepada mama, sebenarnya San tidak pern kerja kelompok tapi San pergi ke taman…..”
Mama memelukkukuat-kuat dan memintaku untuk tidak meneruskan kata-kata ku. Ternyata mama sudah tahu tentang kebohongan ku sejak awal. Mama memang meminta pak Tono untuk menjaga ku. Pak Tono telah melaporkan ku kepada mama tentang pertemuan ku dengan Will di taman. Ternyata pak Tono selalu mengikutiku secara diam-diam. Aku sangat malu dan menyesal telah membihongi mama.
“sudahlah mama sudah maafin kamu, lain kali kamu tidak boleh mengulanginya lagi, kalau kamu ingin bertemu dengan temanmu pulanglahkerumah berganti pakaian, tidak baik keluyuran dengan seragam sekolah, yamg penting pulangnya jangan malam-malam.
Hari-hari ku berlalu tanpa kabar dari Will tapi mama selalu mebyemangati ku hingga aku tak putus asa. Siang itu hujan sangat lebat biasanya pak Tono sudah di depan sekolah menunggu ku pulang sekolah. Tapi hari itu pak Tono tak datang-datang hingga aku sangat kedingan menunggu sendirian di depan sekolah, taksipun tak ada yang kosong melewati sekolah ku. Tiba-tiba sebuah mobil mewah mmeluncur di depan ku, aku hanya diam menyaksikan seorang laki-laki muda keluar dari mobil ternyata itu Will. Dia mendekat dan menarik tangan ku ke dalam mobil. Aku hanya terdiam dan menurut. Will mengantar ku pulang. Dia tak berkata sepatahpun, dia hanya menanyakan alamat ku setelah itu diam membisu, akupun tak berkata apa-apa suasana menjadi beku. Mobil Will melaju dengan kencang mengantarkan ku ke depan rumah aku segera turun tak sempat mengucapkan terimakasih dia sudah berlalu pergi.
Malamnya aku tak dapat memejamkan mata. Aku tak dapat melupakan bayang-bayang will. Keesokan harinya Will datang ke rumah menemui ku. Aku sangat senang.
“Dinda mmm maksud aku Sandra aku sudah memaafkan kamu, kamu masih maukan menemuiku?”