“ini dengan siapa ya?”
Aku terus menunggu balasan sms ku hingga aku tertidur pulas. Keesokan harinya aku terbangu pada pukul 06.00 pagi. Ku lihat HP ku ada dua pesan yang ku terima,ku coba buka satu persatu. Pesanya berbunyi “aku Will”. Jantung berdegup kencang membaca sms tersebut, aku tak begitu yakin itu Rendra Will yang ku cari, tapi aku sangat berharap itu benar-benar dia. Setelah itu aku membaca pesan yang kedua “ benarkan ini Dinda ?”. tanpa memikirkan apa-apa aku spontan melopat kegirangan hingga aku terkejut saat mama menegurku “ anak mama kayaknya begitu senang pagi ini sampai-sampaimelompat kegirangan. Dengan malu-malu aku memeluk mama “ah mama …. Sandra kan jadi malu mama bilang gitu”. Mama tersenyum dan menyuruh ku segera bersiap-siap ke sekolah.
Sebelum beranjak mandi tak lupa aku membalas pesan itu. “ maaf semalam saya ketiduran, iya ini Dinda, kamu benaran Will Kan ?” setengah jam kemudian aku siap berangkat ke sekolah diantar pak Tono sopir ku. Tak lupa aku memeriksa HP ku untuk memastikan ada balasan dari Rendra Will. Harapan ku tak sia-sia satu pesan ku terima dari Will. “ gak apa-apa, kapan kita bisa ketemu ?” aku sangat senang Will mengajak ku bertemu. Tanpa berfikir lagi aku langsung membalas “siang ini sepulang aku dari sekolah”. Will langsung membalas “ Ok aku tunggu di taman jam 14.30, jangan sampai telat”. Aku sangat senang rasanya ku sudah tak sabar ingin bertemu dan memastikan itu benar-benar Rendra Will.
Waktu yang ku tunggu sudah tiba, pukul 14.15 aku sudah berada di taman, tanpa menunggu lama HP ku berdering ada panggilan dari Will. Ternyta Will tak susah menemukan ku karena saat itu hanya aku yang berseragam putih abu-abu. Aku mengangkat telfon dari Will ternyata dia berdiri tepat dibelakang ku. Aku berbalik dan melihat sosok di belakang ku, sebuah kejutan……. Aku benar-benar melayang sosok tampan tinngi berparas sempurna, itu memang Will, Will yang ku tunggu-tunggu.
Aku sangat senang hingga aku tak mampu menggambarkannya. Waktu berlalu begitu cepat ternyata sudah sejam aku ngobrol dengan Will sudah saatnya aku pulang, kalau tidak mama bisa marah karena aku telat pulang, apa lagi alasan ku, kemari juga telat pulang alasan ku da kerja kelompok di rumah Raya, hari ini apa lagi, aduh… sial. Ternyata Will paham mlihat ekspresi wajah ku yang sedang dilema. Diapun menengkan ku memberi harapan bertemu lagi dilain waktu. Tapi aku takut kalau-kalau Will tak mau lagi menemuiku. Dengan berat hati kami berpisah sore itu.
Sudah tiga hari berlalu tanpa kabar dari Will aku sudah mencoba menghubunginya tapi gagal. Aku merasa kecewa mungkin saja dugaan ku benar Will tak ingin lagi bertemu dengan ku. Akan tetapi hati kecil ku menolak tak mampu menerima kenyataan itu, dan seingatan ku hari itu Will tak menggambarkan wajah tidak suka kepada ku, karena dia begitu ramah dan mudah bergaul walaupun aku baru dikenalinya.
Seminggu kemudian Will menghubungi ku dan mencoba menjelaskan alasan mengapa dia tak mengabari ku. Dia mengajak ku bertemu siang itu sepulang sekolah di taman tempat kami bertemu minggu lalu.
Ketika pulang sekolah aku meminta pak Tono tak menjemput ku dengan alasan aku pulang ke rumah teman ku Raya karena ada tugas kelompok. Dalam hati aku merasa bersalah telah berbohong kepada mama, tapi aku tak punya pilihat. “maafin Sandra ma…”
Aku ingin bertemu dengan Will hari ini bukan hanya karena merindukannya, tapi tujuan utama ku adalah aku ingin jujur kepadanya tentang nama ku. Ternyata Will suda tiba duluan dia tersenyum kepada ku sambil berkata “lama tak bertemu Dinda” aku hanya tersenyum.
“Din maafin aku ya karena gak ngasih kabar”
“gak apa-apa mungkin kamu memang gak mau lagi menghubungi ku setelah kita bertemu”