Mohon tunggu...
Endang Aldilla
Endang Aldilla Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Magister Pendidikan Fisika Universitas Negeri Padang

Nama saya adalah Endang Aldilla, Biasa dipanggil Endang, saya seorang mahasiswa pascasarjana Universitas Negeri Padang angkatan 2022

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Integrasi Mitigasi Bencana Tsunami dengan Literasi Lingkungan Pembelajaran Fisika dalam Kurikulum Merdeka

31 Maret 2023   18:30 Diperbarui: 31 Maret 2023   18:56 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hal yang bisa memicu munculnya tsunami adalah gempa bumi dangkal di dasar laut, pergeseran dan tumbukan lempeng bumi, letusan gunung berapi, jatuhnya benda langit ke laut hingga longsoran di lereng gunung api laut atau dasar samudera.

Berbagai hal itu akhirnya membuat dasar laut berubah mendadak karena adanya perpindahan partikel dan keseimbangan air laut terganggu. Sehingga kemudian munculah aliran energi air laut ke permukaan yang memicu gelombang sangat tinggi dan bersifat merusak ke bibir pantai.

Fisika menjelaskan kalau ciri tsunami adalah waktu rambatnya lebih lama daripada gelombang seismik. Disebutkan pula jika kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman air di mana gelombang ini muncul. Tak main-main, tsunami ini bahkan bisa mencapai kecepatan setara pesawat terbang yakni ratusan kilometer per jam. Tak heran kalau banyak korban jiwa seperti musibah di Aceh, Donggala hingga Banten lantaran tak mampu mengimbangi kecepatannya.

Jika dikaitkan dengan fisika, tsunami mirip dengan perambatan gelombang transversal. Sehingga bisa disimpulkan cepat rambat gelombang ini di episentrumnya, . Di mana g adalah percepatan gravitasi dan d simbol dari kedalaman air. Sehingga pada kedalaman 10 kilometer di samudera Hindia, kecepatan awal gelombang perusak ini mencapai 300 m/s atau 1.000 km/jam.

Meskipun disebutkan jika kecepatan tsunami mampu mencapai ratusan kilometer per jam di laut yang dalam, sebetulnya gelombang perusak ini hanya punya ketinggian 30-60 cm saja di lautan. Namun panjang gelombang ini bisa mencapai ratusan kilo yang membuat kapal-kapal di tengah samudera tak bisa merasakannya karena sama dengan gelombang laut pada umumnya.

Perbedaan utama dengan gelombang biasa adalah saat tsunami, seluruh partikel air dari dasar laut hingga permukaan ikut bergerak. Ketika mencapai perairan yang dangkal, kecepatannya menurun tapi energinya tetap sangat besar yang membuat ketinggiannya meningkat. Hal ini sesuai dengan hukum Kekekalan Energi Mekanik yang merupakan penjumlahan energi potensial dan kinetik.

Tak heran karena begitu mengerikan dan sangat merusak, dibutuhkan peringatan dini tsunami. Sebagai negara yang berada di kawasan Cincin Api, masyarakat Indonesia harus benar-benar memahami mitigasi bencana alam. Supaya musibah gelombang perusak ini tidak lagi memakan korban jiwa ratusan ribu orang seperti di Aceh 2004 silam.

Mitigasi Bencana

Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana, baik melalui pembangunan fisik ataupun melalui peningkatan kemampuan dalam menghadapi bencana. Pasal 1 Ayat (9) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan, "Bencana tidak dapat dihindari, akan tetapi dapat dikurangi dampak negatif atau risiko bencananya."

Menurut United International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR); Badan PBB untuk Strategi International pengurangan Risiko Bencana, bahwa penting bagi semua lapisan masyarakat untuk mengenalkan pendidikan mitigasi bencana sejak dini di sekolah, dikarenakan Indonesia termasuk Negara yang paling rawan terjadi bencana alam di dunia. Sehingga perlu untuk mengajarkan kepada siswa tentang mitigasi bencana atau siaga bencana (Rahma, 2018).

Edukasi mitigasi bencana menjadi sangat penting dilakukan oleh pihak terkait (pemerintah, Lembaga Pendidikan, organisasi sosial keagamaan, partai politik, LSM, dan sebagainya) untuk menumbuhkan kesadaran dan kesiapsiagaaan warga bangsa dalam menghadapi bencana. Edukasi mitigasi bencana diharapkan dapat meminimalisir jumlah korban jiwa dan harta benda. Edukasi mitigasi bencana tidak hanya berupa penyampaian informasi dan penguatan kognisi warga masyarakat tentang pentingnya mengenali potensi ancaman terjadinya bencana alam, tetapi juga peneguhan sikap dan Langkah strategis yang harus dilakukan ketika terjadi bencana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun