Pagi itu hariJum’at masih saya lihat ia dikebun tetangganya, sedang menebangi kayu, karena saat itu tetangganya akan mengadakan hajadan.
Dia adalah ketua pemuda dikampungnya, dia juga tunangan seorang teman saya. Dia juga seorang mahasiswa UNS, sekaligus guru di SMK. 1 harapan dia adalah ingin bapaknya mengerjakan shalat.
Saat itu siang hari setelah shalat Jum’at , dia pergi bersama teman-temannya ke tempat rekreasi dengan naik sepeda motor. Ditengah perjalanan ia ingin mengikuti temanya yang mendahului truk yang ada di depannya. Namun naas, ternyata jaraknya tidak bisa ia tempuh dan di depannya ada bus antar kota dan akhirnya “brak” bus itu menabraknya dan dadanya terlindas ban bus.
Dia dibawa ke RS Solo, dia masih sadar dan merintih kesakitan, namun kakaknya menyuruhnya istighfar dan iapun masih bisa istighfar akhirnya iapun meninggal.
“inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un”
Semua keluarga berduka dengan kepergiannya,termasuk teman-temannya yang menyayanginya.
Kematian itu pasti terjadi kepada kita, juga pasti datang menyapa kita, entah kapanpun ia pasti datang menyapa kita. Mungkin kita tidak tau berapa jumlah rambut di kepala kita, tapi pasti kita semua tahu berapa kali kita hidup di dunia fana ini.
1 menit yang lalu telah menjadi masa lalu dan 1 detik yang lalu juga telah menjadi masa lalu, masa yang akan datang adalah sebuah perencanaan yang kita tidak pernah tahu apakah rencana itu bisa kita wujudkan. Semoga kita tetap dalam lindungan Allah Ta’ala dan tetap istiqamah di jalan-Nya. Aamiin......
Allah Ta’ala berfirman:
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nashihat menashihati supaya mentaati kebenaran dan menashihati supaya menetapi kesabaran.”(QS:Al-‘Ashr:1-3)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H