Mohon tunggu...
Wanita Penikmat Rindu
Wanita Penikmat Rindu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya orang biasa

About life, friends, and love

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nona

13 Januari 2022   14:27 Diperbarui: 19 Januari 2022   14:49 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu tidak secantik malam kemarin, tak banyak bintang yang bertaburan diatas sana, langit-langit bumi bergemuruh dengan terang kilat yang sesekali menyapa penghuni semesta yang sudah terlelap. Saat itu nona sibuk dengan kegiatan dan pikirannya sendiri. Nona dengan keramaian namun masih terasa sunyi, dan tuan yang disibukkan oleh kertas-kertas yang menyebalkan dan tetap saja hari tuan masih terasa kososng dan membosankan.

Mungkin saat itu nona dan tuan sudah ditakdirkan oleh semesta untuk berkenalan. Namun, jauh sebelum hari itu nona dan tuan masih sibuk mencari sesuatu yang mereka sendiri tidak tau apa yang yang akan mereka temukan nantinya. Mereka terus berjalan, lalu berhenti jika ada yang menarik, berjalan kembali jika itu sudah mulai terasa membosankan dan kembali mencari, mengais kebahagiaan setiap harinya demi mempertahankan jiwa yang perlahan ingin mati. Sesekali tersandung, dan terjatuh, lalu bangkit tanpa memikirkan sakit. Itu hidup yang mereka jalani, dan orang lain sulit untuk mengerti keadaan mereka.

Sampailah kepada saat mereka bertemu, "menarik" pikir nona. Tanpa memikirkan hati yang dulu hancur, dan tanpa memikirkan jiwa yang rapuh sebelumnya, nona menerimanya dengan perlahan. Memperhatikan, dan mendengarnya layaknya seorang teman. Namun, pikiran nona sibuk dengan pertanyaan-pertanyaan yang ia sendiri tidak tau mengapa pertanyaan itu ada. Bohong jika ia mengatakan ia tidak merasa nyaman, dan terdengar bodoh jika ia tidak merasa takut. Tuan adalah sosok yang ia tidak kenal sebelumnya, dan hatinya mengatakan bahwa ia harus berhati-hati.

***

Manusia gelarnya kita. Sikap yang sering mengacuhkan kata hati, dan lebih memilih egoisnya pikiran. Nona tidak tau, apa sekarang ia harus mengikuti pikiran atau hatinya. Yang nona tau, ia masih berjalan berdampingan dengan tuannya dalam masa waktu yang terhitung masih baru. Banyak anggapan dari orang terdekat yang berusaha meyakinkan nona, bahwa ia salah mendekatinya. Tetapi, ia masih terus maju dan mencoba. Karena ia tidak perduli lagi dengan rasa sakit. Sekalipun nantinya ia akan jatuh hati, itu semua tidak ada dalam rencana nona, karena jatuh hati bisa memangsa siapa saja tanpa disadari.

Nona sadar, bahwa yang mereka jalani hanya karena rasa kesepian. Kesunyian yang ada mungkin telah membutakan mereka dari yang namanya perbedaan. Tetapi mereka terus melanjutkannya, menarik selalu menjadi kata pertama untuk nona sebelum melakukan sesuatu. Dan hari-hari yang mereka lewati terasa menarik setiap saatnya. Ada perasaan lapar diantara mereka, dan setiap yang mereka lakukan seperti candu yang perlahan memakan logika mereka.

Hancur yang nantinya akan terjadi sudah nona pikirkan dan ia tanam bahwa hancurnya nanti akan semakin membuat pokok jiwa yang telah ia jaga semakin kuat. Dekat dengan tuan yang selalu ada sudah cukup melatih jiwa, bahkan jika nanti kesibukkan mulai mengganggu mereka, semuanya telah diperbincangkan dengan baik oleh mereka. Hanya saja mungkin nanti rasanya berbeda.

Persiapan yang matang sudah menjadi rencana nona. Nona hanya mau menikmatinya tanpa sadar, walaupun setiap malam ia terus berpikir keras dengan apa yang sudah mereka lakukan dan lewati bersama. Gusar yang menghantuinya tak pernah pergi sedetik pun. Bila berpisah jalan yang terbaik, nona belum siap dengan sepenuh jiwa untuk hal itu, namun ia harus merelakan walau sakitnya nanti bisa membuatnya gila.

Sebaik apapun hari yang mereka jalani, akan ada yang terluka karena perbedaan diantara mereka. Mereka hanya sebatas perkenalan saja, dan hanya sebuah pelarian semata yang saat ini nona sadar, namun mengabaikan hal tersebut hanya karena sebuah alasan bahwa tuan sudah mengambil separuh jiwanya.

Biarlah hari ini terasa menyenangkan, dan esok akan ia pikirkan apa yang akan ia lakukan bersama tuannya.  Berbincang untuk berpisah atau tetap melanjutkan walau tau bahwa mereka memang tidak searah.

Penang, January 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun