Mohon tunggu...
endahwindiastuti
endahwindiastuti Mohon Tunggu... Dosen - Dosen PGPAUD di Universitas Negeri Jakarta

Akademisi dan pemerhati dunia anak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Diferensiasi: Mengoptimalkan Potensi Anak Melalui Bermain

27 Januari 2025   17:25 Diperbarui: 27 Januari 2025   17:25 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran Diferensiasi. Sumber: https://www.letsgolearn.com/education-reform/what-is-differentiated-instruction/

Pendidikan adalah hak segala warga negara. Hal ini tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu, memberikan hak belajar bagi segenap warga Indonesia merupakan hal yang harus dilaksanakan oleh segala pihak, terutama bagi institusi pendidikan. Pendidikan yang merata ini berlaku bagi segala lapisan masyarakat, termasuk di dalamnya bagi peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK). Namun pada kenyataannya, pendidikan di Indonesia masih belum merata. Masih banyak institusi pendidikan yang belum menerapkan pendidikan inklusif (menyeluruh) bagi semua peserta didik. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kurangnya pemahaman guru akan pendidikan bagi PDBK. Pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik ini disebut dengan Pembelejaran Berdiferensiasi. Pembelajaran diferensiasi adalah pendekatan yang menyesuaikan proses belajar dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan masing-masing anak.

Guru perlu memiliki kompetensi pedagogis dalam melaksanakan pembelajaran bagi anak usia dini. Kompetensi pedagogis ini akan mampu membantu guru untuk dapat memberikan pembelajaran yang bermakna dan terarah, sesuai dengan karakteristik anak. Contoh kompetensi pedagogis ini diantaranya adalah mampu memahami karakteristik peserta didik, mampu merencanakan pembelajaran, dan mampu mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal. Satu hal yang harus dipahami oleh guru maupun ornag tua adalah, bahwa anak-anak belajar melalui kegiatan yang menyenangkan, atau bermain. Bermain menjadi metode utama dalam pembelajaran di PAUD, sehingga penerapan diferensiasi dalam kegiatan bermain dapat membantu mengoptimalkan potensi anak secara maksimal. 

Bermain sendiri, dalam pembelajaran berdiferensiasi khususnya pada tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memiliki hubungan yang erat. Hal ini dikarenakan keduanya mendukung pendekatan yang berpusat pada anak, memperhatikan kondisi, kebutuhan, minat, dan juga gaya belajar anak. Dengan bermain, anak mengalami pengalaman menyenangkan yang memberikan mereka pengalaman langsung untuk mengeksplor dunia secara aktif. 

Bermain juga menyediakan pengalaman belajar yang fleksibel. Anak mempunyai gaya belajar yang bermacam-macam; yang juga dimiliki oleh orang dewasa. Dengan bermain, anak bisa memilih dan menyesuaikan gaya belajar mereka, apakah visual, auditori, atau kinestetik. Misalnya, anak dengan gaya belajar kinestetik akan memilih bermain peran secara aktif dengan melibatkan fisik. Di sisi lain, anak dengan gaya belajar auditori akan memilih permainan berbasis cerita. Bagi anak-anak dengan gaya belajar visual, mereka akan memilih permainan yang melibatkan gambar-gambar dan warna yang menarik dan menyenangkan.

Usia anak-anak, memiliki tingkat konsentrasi dengan waktu yang cukup terbatas. Tentu anak akan merasa cepat bosan ketika mendengarkan penjelasan yang tidak komunikatif. Inilah mengapa pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pembelajaran dilakukan dengan bermain. Anak merasa bahagia ketika mereka bermain. Rasa bahagia ini yang dapat menjadi motivasi anak untuk mau belajar. Motivasi ini dapat dimanfaatkan oleh guru untuk menguatkan konsep pembelajaran yang sedang diberikan pada anak. Misalnya, untuk lebih menguatkan konsep hewan peliharaan anak diajak pergi ke suatu tempat. Di sana, guru meminta anak untuk mengamati berbagai macam hewan yang ada di tempat tersebut. Sembari mereka belajar, anak akan berlari-lari dan bermain dengan hewan-hewan yang ada di sana. Peran guru di sini sangat krusial; guru memberikan pemahaman akan konsep hewan peliharaan. Guru memberikan pertanyaan pemantik mengenai macam-macam hewan peliharaan, apakah hewan tersebut merupakan hewan peliharaan atau hewan ternak, dan lain sebagainya. Kegiatan ini lebih menyenangkan daripada sekedar penjelasan monoton di dalam kelas.

Ketika bermain, interaksi sosial antar anak pasti terbentuk. Melalui kegiatan bermain, anak-anak akan belajar untuk berinteraksi, berkolaborasi, dan juga menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi bersama-sama. Aspek sosial emosional anak akan terbentuk dan berkembang dengan cara yang sesuai untuk setiap individu. Pada kegiatan main secara berkelompok, pengalaman ini akan memfasilitasi anak untuk belajar bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan yang telah disepakati bersama-sama. Interaksi anatar anak seperti saling berbagi emosi, empati, memberikan pendapat, mendengarkan pendapat orang lain, mengambil keputusan bersama, dan juga menyelesaikan konflik bersama.

Dengan kata lain, bermain dan pembelajaran berdiferensiasi merupakan kombinasi yang efektiv untuk pembelajaran pada tingkat Pendidikan Anak Usia Dini. Bermain memberikan pengalaman belajar yang luar biasa dan menyenangkan bagi anak. Bermain memberikan kesempatan yang sesuai dengan gaya belajar, tingkat kesiapan, kondisi, kebutuhan peserta didik dan minat untuk agar dapat berkembang secara optimal. Penerapan strategi bermain ini dapat menjadi langkah inovatif untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis, adaptif, dan kondusif yang dapat memberdayakan setiap anak sesuai dengan potensi mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun