Mohon tunggu...
endah wahyuningtyas
endah wahyuningtyas Mohon Tunggu... -

aku adalah seseorang yang selalu ingin belajar...... slowly walk to breath again..........

Selanjutnya

Tutup

Nature

Nagara Kepulauan Mengimport Garam

25 Oktober 2010   14:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:06 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

cuaca pada akhir-akhir ini memang susah ditebak, kadang panas bantar ujan. selain membuat badan mriang (masuk angin) juga merugikan petani, pedagang sayur dan para pekerja lapangan. cuaca pada tahun ini bisa dibilang sangat ekstrim, karena yang harusnya musim panas sekarang berubah menjadi musim hujan semua. ini adalah akibat dari global warming. lihat saja berita di media-media, baik yang cetak maupun yang elektronik semua membicarakan tentang bencana-bencana banjir dan tanah longsor.

akibat dari global warming ini musim panas semakin sedikit. petani kita yang mengandalkan panas sebagai sumber energi untuk mengeringkan bahan panenannya mengalami kesusahan. misalnya saja petani garam, mereka sangat susah sekali mengeringkan bahan yang akan menjadi garam. mereka biasa mengeringkan bahan pembuat garam selama 10 hari, sekarang paling hanya 5 hari karena hari ke-6 nya pasti sudah turun hujan lagi. ini membuat turun drastis hasil panen garam pada tahun ini. dan yang paling parah garam di pasaran sangat jarang dan mahal.

apakah negara kita perlu mengimport garam?

ini mungkin pertanyaan yang sangat aneh di telinga kita, karena kita berada pada negara kepulauan. tapi setelah melihat kenyataan yang ada mau bagaimana lagi kalau tidak mengimport. pemerintah juga tidak mau rakyatnya kekurangan zat yodium yang terkandung pada garam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun