Mohon tunggu...
Endah Wahyunni
Endah Wahyunni Mohon Tunggu... -

Jangan pernah larang saya untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Gara-gara Pertalite, Ayah Batal Jual Motor Yamaha

5 September 2015   18:30 Diperbarui: 6 September 2015   10:20 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sejak tahun 2006 ayahku sudah jatuh hati pada motor matic yamaha mio. Motor ini masih setia sampai sekarang digunakan untuk alat transportasi olehnya, usia motornya berarti sudah hampir 8tahun.. cukup tua ya. Tapi sayangnya ayahku tipikal orang yang tidak terlalu suka merawat motor, membawa si mio ke bengkel bahkan bisa dihitung jari dalam setahun. Tapi sampai hari ini motornya masih baik-baik saja walau ayah sempat berfikiran untuk menjualnya dan membeli motor model terbaru.

Singkat cerita, pada tanggal 18 Agustus 2015 aku sedang buru-buru dikejar deadline ke kampus untuk mengumpulkan tugas, karena dikejar waktu dan tidak mungkin menggunakan angkot yang pasti ngetem akupun meminta tolong ayah untuk mengantarku ke kampus. Awalnya ayah menolak karena belum isi bensin, takutnya mogok dijalan. Tapi karena melihatku sedang dikejar waktu akhirnya beliau bersedia mangantar. Tapi benar saja, dijalan bensinnya mulai habis dan motor hampir mogok untungnya posisi kami waktu itu hanya berajak beberapa meter dari pom bensin. Segera saja ayah menuju pom bensin, sesampainya di pom bensin antrian motor untuk premium sangat panjang. Aku mulai gelisah karna takut telat. Akhirnya aku bilang sama ayah "Yah isi yang lain aja, aku yang beliin bensinnya". Akhirnya kami pindah jalur ke pertamax yang tidak terlalu mengantri. Pegawai SPBU seperti biasa menyapa ramah dan menanyakan jenis bensin yang mau diisi. Ia menawarkan secara singkat untuk mengisi pertalite. Aku dan ayah yang lagi buru buru meng-iyakan tawaran si pegawai. Diisilah motor mio kami fulltank dengan pertalite. Padahal sebenarnya ayahku jarang sekali membeli bahan bakar selain premium... maklum ngirit katanya. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju kampus. Ayah menurunkan ku di kampus dan ia kembali pulang ke rumah.

Pada malam harinya ketika aku pulang dari kampus, beliau bertanya."Nak, tadi yang bensin yang diisi waktu di pom bensin jadinya apa? pertamax?" . "Bukan yah, pertalite.Kenapa emang?" jawabku. "Ga apa-apa sih, tapi motor waktu ayah bawa pulang kok jadi agak enteng ya" jawabnya. "Ya bagus dong, beli itu terus aja" ujarku. Di malam itu ayah masih gapercaya motornya yang bisa dibilang jadul itu jadi terasa ringan dibawa hanya karna bahan bakar pertalite. Biasanya motor ayah bunyi mesin nya kaya yang berat banget, apalagi kalau udah dibawa ngebut.

Besok paginya ia mengantar adikku kesekolah. Sesampainya dirumah ia iseng ingin liat pertalite ini kaya apa, kami perhatikan warnanya ternyata agak hijau tidak seperti premium. Bahkan isinya berkurang tidak terlalu banyak sejak kami isi kemarin siang. Ayah pun bilang "Oh gini ya pake bensin agak mahal dikit, bagus juga sih ke mesin. Kalau kaya gini sih mending ganti bensin aja buat si mio daripada ayah beli motor baru".

Karena penasaran, aku mencoba mencari tau mengenai bahan bakar pertalite ini. Setelah mencari tahu, ternyata pertalite ini punya kadar oktan lebih tinggi dari premium dan lebih rendah dari pertamax. Jadi kalau kita pakai produk ini bisa bijin menghasilkan pembakaran yang optimal buat mesin kendaraan kita. Harganya memang lebih mahal dari premium, namun lebih murah dibandingkan pertamax.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun