[caption id="attachment_86210" align="alignleft" width="300" caption="pelajar yang jadi teroris"][/caption] Beberapa hari lalu saya menulis di kompasiana tentang penangkapan terorisme di Klaten pada selasa 25 januari 2011 dan berita tersebut saya sharing kefacebook . Berita lengkap ada di http://regional.kompasiana.com/2011/01/25/heboh-teroris-di-klaten-4-diantaranya-pelajar/
Ada beberapa tanggapan yang mengklaimbahwa isu teroris sengaja dihembuskan oleh Polri untuk mengalihkan isu sensitif yang beberapa pekan ini mengganggu kredibilitas pemerintah di mata publik terkait kasus mafia hukum .
Ada juga tanggapan dari beberapa siswa saya yang kebetulan kenal dengan para tersangka teroris itu mengatakan bahwa mereka merupakan siswa yang baik, tidak nakal dan pendiam, beberapa guru yang saya hubungi juga membenarkan berita itu .
Lantas mengapa para pelajar dapat terjebak dalam kegiatan terorisme ?
Menurut Polri, "Mereka kan memang anak-anak remaja yang pemahaman agamanya kurang. Sehingga, doktrin-doktrin mereka itu seolah-olah benar. Karena, dasar agamanya kan masih belum cukup ya, dan ekonominya memang lemah," ucap Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Anton Bahrul Alam, usai salat Jumat, di Mabes Polri, Jumat, (28/1) melalui Media Indonesia.
Patut dicermati pernyataan di atas, karena jika apa yang disampaikan oleh Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen itu benar , maka sekolah ikut bertanggung jawab . Sebenarnya bagaimana pemahaman agama di sekolah ?
Selama ini upaya pengembangan terorisme di Indonesia melalui 2 cara yaitu agama dan pendidikan. Mereka memanfaatkan agama sebagai kedok untuk menebar ancaman melalui doktrin untuk memusuhi agama lain dengan dalih apa yang mereka lakukan adalah benar menurut agama yang dianutnya .
Masalahnya apakah pendidikan agama yang diperoleh di sekolah belum cukup untuk membentengi siswa dalam menangkal kegiatan terorisme ?
Dalam Standar isi (Permen Diknas no 22 tahun 2006 ) sebagai pedoman pelaksanaan kurikulum di Indonesia saat ini , Pendidikan Agama bertujuan untuk:
- mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan,rajin beribadah,cerdas,produktif, jujur, adil,etis,berdisiplin,bertoleransi menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.( tujuan Pendidikan secara Umum)
- Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian,pemupukan,dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,pembiasaan,serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT( tujuan pendidikan Agama islam)
Di lihat daritujuan pendidikan Agama diatas jika di sekolah, kurikulum sudah diterapkan sesuai tujuan seharusnya sudah bisa membentengi siswa untuk tidak memilih jadi teoris. Hanya saja apakah di sekolah pembelajaran pendidikan Agama sudah sesuaitujuan ?
Banyak terjadi di lapangan , pemahaman agama oleh siswa masih bersifat kognitif , secara teori mereka sudah tahu. Karena selama ini guru sudah banyak memberikan teori yang cukup untuk itu .Kemudian penghayatan,pengamalan,pembiasaan,serta pengalaman siswa tentang Agama sehingga menjadi manusia muslim ini yang belum diporsi yang cukup di sekolah .Kebanyakan para guru masih terjebak dalam pemberian materi belum sampai ke ranah implikasinya .
Bagiamana solusinya ?
Banyak usulan untuk menambahkan mata pelajaran anti terorisme , Jika usulan ini dipilih selain harus menambah jam pelajaran juga akan menambah beban belajar siswa. Kita tahu beban pelajaran yang harus diterima di Indonesia maish tergolong tinggi dibandingkan dengan negara lain .
Pilihan terbaik adalah dalam pelajaran agama menggunakan pendekatan tematik (topic ) dalam pembelajaran di kelas .Pembelajaran tematik adalah pembelejaran yang menggunakan topic yang berupa kejadian yang terjadi di Lingkungan masyarakat untuk mengaitkan materi yang akan dipelajari siswa ( depdikans ,2006).
Sebagai contoh dalam memberikan materi pendidikan agama Semestinya dapat menggunakan tema terorisme dalam pembelajaran kemudian guru dapat mengkaitkan bagaimana teori teori agama yang tepat untuk membahas itu . Melalui sharing, antara siswa dan guru dapat belajar bersama bagaimana mensikapi teroris itu secara benar .
Dengan demikian siswapun akan secara kontekstual (nyata) dapat menyambungkan antara teori dan kenyataan yangterjadi di lapangan .
Hanya sebuah pemikiran semoga bermanfaat .
Gambar di unduh dari http://www.pacamat.com/aksi-terorisme-bertentangan-dengan-aturan-islam/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H