Definisi Mikrobioma
Mikrobioma adalah komunitas mikroorganisme (bakteri, jamur dan virus) yang hidup di lingkungan tertentu. Mereka hidup secara alami di tubuh manusia dan berperan dalam melindungi tubuh manusia dari serangan patogen. Nyatanya tidak semua bakteri menyebabkan penyakit pada manusia. Ada beberapa jenis bakteri baik yang membantu memberikan perlidungan pada tubuh manusia. Inilah yang disebut sebagai bakteri komensal, dan termasuk ke dalam kelompok mikrobioma. Mikrobioma bisa terdapat di kulit, saluran pencernaan, orofaring, saluran pernapasan, vagina dan kandung kemih.Â
Sejarah Penelitian Mikrobioma
Mikrobioma merupakan istilah yang dibuat oleh seorang ahli Mikrobiologi dan Penerima Hadiah Nobel Joshua Lederberg pada tahun 2001. Sebelumnya pada tahun 1988, Whipps dan rekan-rekan menggunakan istilah mikrobioma untuk mendeskripsikan sekelompok mikroba dan aktivitasnya dalam suatu lingkungan tertentu. Jadi, dapat dikatakan bahwa mikrobioma merupakan istilah gabungan antara mikroba dan bioma, yang menjelaskan ekosistem mikroba beserta penghuninya, dan tidak terbatas pada genomnya saja. Meskipun istilah mikrobioma sendiri terkesan baru, konsepnya sebenarnya telah ada sejak awal perkembangan ilmu ekologi mikroba dan penelitian Sergei Winogradsky pada tahun 1800an.
Komponen Mikrobioma
Mikrobioma merupakan sekelompok mikroorganisme yang terdiri atas bakteri, archaea, fungi, virus dan eukariotik berikut dengan lingkungan yang didiaminya. Mayoritas spesies bakteri yang termasuk ke dalam kelompok mikrobioma tubuh manusia berasal dari 4 filum, yakni: Bacteroidetes, Firmicutes, Actinobacteria, dan Proteobacteria.
Khusus di bagian saluran pencernaan, jenis bakteri yang termasuk ke dalam kelompok komensal adalah Firmicutes, Proteobacteria, Bacteroides, Actinobacteria, dan Fusobacteria. Bakteri ini paling banyak terdapat di saluran pencernaan bagian atas. Sedangkan untuk jenis jamur seperti: Candida, Rodotorula, Issatchenkia, Malassezia, dan Saccharomyces. Untuk jenis virus yakni elemen profage Enterococcus faecalis V583.
Faktor yang Mempengaruhi Mikrobioma
Adapun faktor yang berkontribusi dan dapat mengubah komposisi mikrobioma usus secara signifikan, yakni: genetika, cara persalinan saat lahir, metode pemberian makanan bayi, penggunaan obat-obatan (terutama antibiotik), dan pola makan.
Menurut hasil penelitian, cara persalinan bayi saat lahir akan menentukan komposisi bakteri ususnya. Dimana bayi yang lahir secara normal melalui vagina ibu, akan terpapar bakteri ibu saat lahir dan hal ini dapat mempengaruhi bakteri usus bayi serta menstimulasi sistem kekebalan tubuhnya. Sedangkan bayi yang lahir secara caesar memiliki resiko lebih besar untuk mengalami obesitas dan/atau diabetes.Â
Air susu ibu (ASI) merupakan sumber makanan bayi yang ternyata kaya akan bakteri yang baik bagi usus bayi. ASI mengandung >700 spesies bakteri. Bayi yang mengonsumsi 800 ml ASI/hari dapat menelan hingga 8 x 108 sel bakteri setiap hari. Bakteri yang dominan terdapat dalam ASI yakni Streptococci dan Staphylococci (merupakan mikrobiota dominan pada kulit), serta Weisella, Leuconostoc, Lactococcus, Veillonella, Leptotrichia, dan Prevotella. Hasil penelitian menyebutkan bahwa transfer mikrobiota antara ibu dan bayi yang terjadi selama proses menyusui dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Selain itu, ibu yang mengalami obesitas dan menjalani operasi caesar ASI-nya memiliki komposisi mikrobiota yang kurang beragam dan lebih bersifat proinflamasi dibandingkan ibu yang sehat dan menjalani persalinan secara normal.
Penggunaan antibiotik juga dapat mempengaruhi mikrobioma. Seperti yang telah diketahui bahwa beberapa jenis antibiotik, terutama yang memiliki spektrum luas dapat membunuh tidak hanya mikroba patogen namun juga mikroba komensal dalam tubuh. Sehingga konsumsi antibiotik perlu diawasi dengan hati-hati. Selain antibiotik, obat nonantibiotik seperti Metformin (obat penurun kadar gula darah pada penderita diabetes tipe 2) juga dapat mempengaruhi mikrobiota usus.
Selanjutnya, pola makan yang tinggi lemak dan rendah serat dapat mempengaruhi keragaman dan kelimpahan mikrobiota usus. Sedangkan diet yang rendah lemak dan tinggi serat berkontribusi baik terhadap kesehatan melalui modulasi mikrobiota usus.
Tips Menjaga Kesehatan Mikrobioma Usus
Beberapa tips yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mikrobioma usus, yakni: 1) meminimalisir stress, 2) tidur yang cukup, 3) banyak minum air putih. Air dapat meningkatkan keragaman bakteri baik dalam pencernaan. Hasil studi pada tahun 2022 menyebutkan bahwa orang yang minum banyak air putih memiliki lebih sedikit jenis bakteri yang dapat mengakibatkan infeksi pencernaan. 4) Mengonsumsi makanan prebiotik dan probiotik. Prebiotik adalah sumber makanan yang dapat menutrisi mikrobiota baik dalam tubuh kita, seperti bawang putih, bawang Bombay, daun bawang, asparagus, artichoke Yerusalem, daun dandelion, pisang, rumput laut, buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, pati resisten (terdapat pada kentang, kacang-kacangan), dan biji-bijian utuh (gandum, oat dan barley). Sedangkan makanan probiotik yakni seperti yoghurt, kefir, sayuran acar, tempe, teh kombucha, kimchi, miso dan sauerkraut. Konsumsi prebiotik dan probiotik secara bersamaan akan menciptakan synbiotik, dimana prebiotik berperan sebagai sumber makanan bagi probiotik. 5) Berolahraga yang cukup. 6) Membatasi konsumsi makanan yang banyak diproses. Makanan yang banyak diproses mengandung bahan seperti pengemulsi makanan, pemanis buatan (sakarin, sukralosa, dan aspartame), maltodextrin, dan polisakarida. Semua bahan ini berdampak negatif terhadap kesehatan mikrobiota usus (dengan cara meningkatkan inflamasi), serta memicu perkembangan penyakit kronis. 7) Membatasi konsumsi gula. Mengonsumsi terlalu banyak gula dapat mengakibatkan peningkatan jumlah bakteri jahat dalam usus. Selain itu, konsumsi gula seperti sirup jagung tinggi fruktosa dapat menyebabkan inflamasi.