Semakin tua usia seseorang, maka akan membuatnya semakin rentan untuk terkena penyakit kronis. Hal ini karena usia yang telah lanjut menyebabkan sel-sel tubuh mengalami penuaan, atau istilah biologisnya yakni senescence, sehingga menurunkan fungsi fisiologis dan metabolismenya. Kemampuan sel-sel tubuh untuk melakukan pembelahan menurun, kemudian apabila diikuti dengan gaya hidup yang kurang sehat (seperti kurang berolahraga, diet yang kurang terkontrol) tubuh akan semakin rawan terkena penyakit kronis. Salah satu penyakit kronis yang sering menjangkiti lansia adalah kanker. Sel-sel yang mengalami penuaan menjadi salah satu faktor penyebab kanker dan dapat mempengaruhi keberhasilan treatment yang sedang berlangsung. Untuk itulah diperlukan suatu obat khusus untuk menghancurkan sel-sel yang menua ini.
Bagaimana sel tubuh mengalami penuaan?
Penuaan sebenarnya merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan berbagai macam faktor seperti perubahan DNA, kerusakan sel, serta penurunan fungsi dan jumlah sel-sel tubuh yang penting untuk vitalitas. Gaya hidup yang kurang sehat, paparan senyawa berbahaya, dan obesitas juga dapat memicu sel-sel tubuh mengalami penuaan. Orang yang telah lanjut usia, mayoritas selnya pasti mengalami penuaan, terutama pada bagian jaringan lemak, otot dan kulit.
Ketika sel mengalami penuaan, kemampuan sel untuk membelah secara aktif akan hilang, dan sel-sel yang menua ini akan melepaskan suatu molekul yang disebut SASP (senescence-associated secretory phenotype) yang dapat mempengaruhi sel lain di sekitarnya dan memicu penurunan kemampuan jaringan. Penuaan yang terjadi pada sel-sel tubuh dapat membuat si lansia kesulitan untuk melanjutkan terapi kanker karena kondisi tubuhnya yang sudah semakin melemah. Logikanya, apabila sel-sel yang telah menua ini dihilangkan atau dihentikan pertumbuhannya, tubuh pasien bisa lebih kuat untuk melanjutkan terapi.
Apa Itu SASP?
SASP (senescence-associated secretory phenotype) Â merupakan suatu molekul yang dilepaskan oleh sel-sel yang mengalami penuaan dan dapat merusak sel lain di sekitarnya, memicu peradangan, dan kematian sel yang sehat tanpa memberi efek bumerang pada sel yang mengalami penuaan tersebut. SASP tidak senantiasa berdampak negatif, namun juga bisa memberikan dampak positif bagi tubuh, misalnya selama fase penyembuhan luka. SASP ini akan membantu proses penutupan luka. SASP juga dapat menghambat maupun memicu pertumbuhan sel tumor.
Bagaimana Penuaan Sel dapat Mendorong Pertumbuhan Kanker?
Sel yang mengalami penuaan sebenarnya dapat menekan pertumbuhan tumor. Molekul yang dihasilkan oleh SASP dapat menghambat pertumbuhan tumor melalui aktivasi sel-sel imun. Namun sel yang mengalami penuaan ini juga berpotensi untuk memicu pertumbuhan kanker. Salah satunya yakni apabila sel darah putih mengalami penuaan (senescence), sehingga membuat kemampuannya untuk mencegah pertumbuhan tumor menjadi lemah, dan akhirnya memicu pertumbuhan kanker.
Bagaimana Dampak dari Terapi-terapi Kanker terhadap Sel yang Mengalami Penuaan?
Salah satu contoh dari terapi kanker adalah kemoterapi. Kemoterapi dapat mengakibatkan kematian sel (apoptosis) sehingga dapat menghambat perkembangan kanker. Namun kemoterapi juga dapat menyebabkan sel mengalami penuaan (sencescence). Sel yang mengalami penuaan ini dapat memberikan efek positif dan negatif bagi pertumbuhan tumor: ia dapat menghasilkan suatu molekul yang disebut sebagai eksosom dan memicu pertumbuhan tumor kembali ataupun melakukan reaktivasi yang nantinya dapat memicu kemunculan tumor. Atau ia dapat melepaskan molekul SASP dan mengaktifkan sel-sel sistem imun untuk menghambat perkembangan tumor. Hal yang sama juga berlaku pada terapi menggunakan sinar radioaktif.
Apa Itu Senoterapi dan Manfaatnya Bagi Penderita Kanker?
Senoterapi merupakan istilah yang digunakan untuk obat-obatan yang didesain khusus untuk menghancurkan sel senescence dan mencegah dampak negatifnya. Ada 2 jenis senoterapi: 1) obat yang bersifat senolitik, berperan untuk menghancurkan sel senescence secara langsung, 2) obat yang bersifat senostatik, yang menghambat kemampuan dari sel senescence dengan cara mencegah pelepasan molekul SASP. Obat senolitik contohnya adalah Navitoclax, Dasatinib + Quercetin, dan Fisetin. Sedangkan obat senostatik contohnya yakni Metformin.
Karena sel senescence paling banyak ditemukan di lansia, kelompok ini lebih rentan untuk mengalami kematian setelah operasi dan proses perawatannya  juga besar kemungkinan jauh lebih lama dibandingkan orang yang lebih muda. Ini karena kemampuan organ tubuh lansia sudah lemah dan mereka juga cenderung mengalami komorbiditas setelah menjalani pengobatan kanker. Dampak negatif dari kemoterapi yang dialami pasien juga umumnya berasal dari sel senescence ini. Dengan alasan itulah kenapa senoterapi dikembangkan.
Hasil studi menunjukkan bahwa sel senescence dapat menyebabkan kondisi fisik seekor tikus mengalami kelemahan. Pemberian obat senolitik dapat menghancurkan sel-sel senescence dan menyebabkan peningkatan kemampuan fisik tikus dan serta pertambahan usianya.
Perawatan dengan senoterapi diharapkan dapat membuat penderita kanker pada kalangan lansia bisa menjalani proses pengobatannya dengan jauh lebih baik serta meminimalisir dampak negatif dari terapi-terapi kanker.