Malam mulai merangkak naik. Sekumpulan pemuda pemudi tengah menikmati malam pergantian tahun. Aroma daging bakar menguar diudara. Juga, kaldu daging dari kuali bakso menambah dalam menggugah selera perut untuk minta diisi.
Asta, perempuan muda didaulat menjadi koki andalan teman-temannya, terlihat bahagia menyaksikan teman masa sekolah pertamanya, enam tahun lalu, yang asik bersenandung diiringi gitar menyanyikan lagu. Kadang-kadang terdengar fals, namun tetap saja terasa mengasyikan.
"Sini, Ta. Jangan dikompor mulu, nanti cantiknya luntur." Gurau Azka si idola kaum hawa.
Asta menganggukan kepalanya. Via datang, menggantikan posisi Asta.Â
"Biar aku lanjutkan." Ucapnya. "Dari tadi kamu disini terus. Tuh, ngumpul dulu sama yang laen." Via sahabat Asta sejak sekolah dasar, menyuruh Asta bergabung dengan teman lainnya.
Acara malam tahun baru sekaligus menjadi ajang reuni teman di sekolah tingkat pertama. Ada dua puluh enam orang ikut berkumpul, termasuk Asta dan Via. Empat lainnya tidak bisa hadir karena suatu hal.
Daging sudah dipanggang, tinggal menunggu matang. Bakso tinggal disajikan. Minuman es teler kuah santan dan susu sudah terhidang.Â
Asta berjalan kearah mereka yang sedang riuh dengan tawa dan nyanyian yang liriknya sudah berubah tidak karuan. Beruntung tidak terkena undang-undang hak cipta.
"Sini-sini. Duduk dekat abang." Azka menggeser duduknya memberi ruang untuk Asta.
Tanpa mereka sadari seseorang menatap tidak suka. Tatapannya dingin dan tajam.Â
Asta larut bersama Azka dan teman lainnya.Â