Mohon tunggu...
Endah Tri Rachmani
Endah Tri Rachmani Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga dengan 3 anak yang juga bekerja sebagai guru.

Menulis untuk berbagi kisah tentang cerita-cerita kehidupan di lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

30 Maret 2024   08:20 Diperbarui: 30 Maret 2024   08:27 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

A. Kesimpulan

Pendidikan adalah tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak sesuai kodratnya. Maksud dari pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Karena itu, sangat jelas bahwa pendidikan berhubungan erat dengan kodrat keadaan setiap anak dengan keunikannya masing-masing. Sebagai pendidik, guru hanya harus menebalkan keunikan yang dimiliki oleh masing-masing anak. Guru berperan menuntun mereka dalam suasana belajar yang bahagia. Harapannya, kelak mereka benar-benar siap melaksanakan segala kegiatan untuk kepentingan hidup manusia, baik sebagai individu maupun dalam hidup bermasyarakat serta dalam hidup berbudaya yang seluas-luasnya.

Dua kerangka dasar penting dari intisari pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan yaitu Perubahan dan Pendidikan yang menghamba (berorientasi) pada siswa.

1. Perubahan

Dunia pendidikan sama halnya seperti planet dalam tata surya yang terus bergerak dan berubah. Hal ini membuat guru dalam mendidik juga harus menerapkan prinsip kodrat zaman. Artinya, harus berubah mengikuti perkembangan zaman yang dihadapi oleh para siswa. Dalam menghadapi perubahan ini, ada tiga kerangka dasar yang harus diterapkan yaitu Kodrat keadaan, Prinsip melakukan perubahan, dan Apa yang berubah?

1.1.    Kodrat Keadaan.

Dalam melakukan perubahan, haruslah disesuaikan dengan kodrat keadaan, yang terdiri dari kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam terkait dengan tempat dimana anak itu berada. Sebagai contoh, anak yang tempat tinggalnya di daerah pantai, tentunya akan mempunyai kodrat yang berbeda dengan anak yang tinggal di daerah pegunungan. Anak yang tinggal di daerah kota, tentunya juga akan berbeda dengan anak yang tempat tinggalnya di daerah pedesaan. Guru sebagai pendidik harus menyadari, bahwa tiap zaman memiliki keadaan dan tantangannya masing-masing. Zaman sewaktu guru menjadi siswa tentunya berbeda dengan zaman yang dihadapi oleh siswa-siswa sekarang, baik keadaan maupun tantangan yang dihadapi.

1.2.   Prinsip melakukan perubahan.

Dalam prinsip ini, ada tiga asas yang dikenalkan oleh Ki Hadjar Dewantara yang disebut sebagai Asas Trikon, yaitu Kontinuitas, Konvergensi, dan Konsentris. Asas kontiunitas artinya pengembangan yang dilakukan harus berkesinambungan, dilakukan secara terus-menerus dengan perencanaan yang baik. Tahap demi tahap pengembangan dilakukan dengan rencana yang matang. Dengan perencanaan tersebut maka suatu tahap dilanjutkan oleh tahap berikutnya dengan melalui evaluasi dan perbaikan yang tepat. Asas ini juga mengharuskan kita untuk melakukan dialog kritis tentang sejarah. Jadi, saat bergerak maju tidak melupakan nilai luhur budaya masyarakat. Berikutnya, Asas Konvergensi. Artinya pengembangan yang dilakukan dapat mengambil dari berbagai sumber di luar, bahkan dari praktik pendidikan di luar negeri, seperti yang dilakukan oleh Ki Hadjar ketika mempelajari berbagai praktik pendidikan dunia misalnya Maria Montessori, Froebel dan Rabindranath Tagore. Praktik-praktik tesebut dapat kita pelajari namun semua bermuara pada satu titik tujuan yaitu mengembangkan kemampuan dan potensi anak secara maksimal. Terakhir Asas Konsentris. Pendidikan harus menghargai keragaman dan keunikan, serta memerdekakan peserta didik. Tujuan utama pendidikan adalah menuntun tumbuh kembang anak secara maksimal sesuai dengan karakter kebudayaannya sendiri. Oleh karena itu meskipun Ki Hadjar menganjurkan kita untuk mempelajari kemajuan bangsa lain, namun tetap semua itu ditempatkan secara konsentris dengan karakter budaya kita sebagai pusatnya.

1.3    Apa yang berubah?

Yang berubah adalah, budi pekerti. Budi pekerti sendiri terdiri dari tiga komponen yaitu cipta, rasa, dan karsa atau pikiran, perasaan, dan kemauan. Perubahan tersebut harus terjadi secara seimbang dengan adanya olah cipta (pikir), olah rasa, dan olah karsa (raga). Pendidikan itu harus holistik dan seimbang. Apabila pendidikan dilakukan dengan seimbang, maka akan tercipta kesempurnaan budi pekerti yang akan melahirkan generasi muda yang penuh kebijaksanaan.

Pendidik dalam melaksanakan pendidikan haruslah berprinsip pada Budi Pekerti, baik di dalam kelas maupun di luar kelas dengan berasaskan Trilogi Pendidikan: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Yang berarti, di depan menjadi teladan, di Ttngah membangun semangat, di belakang memberikan dorongan.

2. Berorientasi (menghamba) pada anak

Pendidikan dan pendidik harus memandang siswa dengan rasa hormat. Dalam artian, segala apa yang dilakukan hanya untuk kepentingan pendidikan siswa, baik untuk saat ini dan juga masa depannya.

Guru tidak boleh mengedepankan egonya dalam membersamai siswa belajar. Bagaimana pun kondisi siswa, menjadi tugas guru untuk menuntun mereka belajar dengan bahagia sesuai dengan kodrat alam yang mereka  miliki.

Pendidikan yang dilaksanakan harus fokus untuk membersamai para siswa meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan siswa sesuai kapasitas masing-masing. Jadi, sangat penting bagi guru untuk mengenali siswanya agar bisa memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kepentingan para siswa.

Jadi, bisa saja dalam satu kelas guru memberikan tugas yang berbeda-beda karena menyesuaikan dengan kemampuan siswanya yang juga beragam. Tentunya dengan parameter penilaian yang juga berbeda.

B. Refleksi

Sebelum mempelajari Modul 1.1, saya beranggapan bahwa tugas saya yang paling utama adalah mentransfrer ilmu sehingga saya melaksanakan pembelajaran dengan kecenderungan teacher center. Saya akan menjelaskan materi yang saya anggap rumit untuk dipahami siswa, dan siswa saya minta mendengarkan penjelasan yang saya sampaikan. Selain itu, saya juga menganggap semua siswa sama sehingga berkewajiban menyerap ilmu yang sama dengan standar nilai yang sama pula yang seringkali hanya sebagai pemenuhan target kurikulum saja.

Setelah mempelajari Modul 1.1, saya menyadari bahwa pemikiran saya yang menempatkan diri sebagai sumber pengetahuan utama dalam kelas kurang tepat. Zaman sudah berganti. Siswa-siswa sangat bisa mendapatkan informasi dari mana saja dengan sangat mudah. Teknologi yang berkembang pesat menawarkan pengetahuan dalam genggaman yang bisa diakses kapan saja.

Dari sini saya menyadari perlunya mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Sebagai guru, saya cukup menuntun proses belajar siswa agar tidak melenceng dari tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.  Pembelajaran yang saya laksanakan akan lebih berorientasi/berpusat pada siswa sesuai dengan kodrat keadaan. Siswa tidak lagi menjadi objek pendidikan, melainkan harus menjadi subjek pendidikan. Sebagai guru saya harus menuntun siswa saya dengan keteladanan, baik keteladanan berliterasi, bersikap dan berbudi pekerti.

Sebagai langkah awal untuk menciptakan kelas yang mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, saya akan mengubah pola pikir tentang proses pembelajaran yang berkualitas. Selanjutnya, saya akan melaksanakan asesmen awal untuk mengidentifikasi atau mengetahui karakteristik, kondisi kompetensi, kekuatan, kelemahan model belajar peserta didik sebagai acuan untuk memperbaiki rencana pembelajaran yang sudah saya susun sebelumnya agar lebih sesuai dengan kompetensi dan kondisi serta keunikan peserta didik yang beragam. Selain itu, saya akan melaksanakan pendidikan yang berpusat pada siswa, dan memposisikan diri saya sebagai penuntun dan bukan sebagai pusat pembelajaran dengan konsep merdeka belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun