Hari itu, di minggu awal bulan April, satu celetukan siswa saat saya mengoreksi tugas kuis setelah pembelajaran berhasil memaksa saya tepok jidat pelan-pelan, "Bu guru, di google saya cari jawabannya begitu. Kalau salah berarti salahnya google."
Hampir empat bulan setelah kebijakan pembelajaran tatap muka diterapkan di sekolah ternyata belum mampu membuat anak-anak didik saya move on dari kebiasaan selama pembelajaran jarak jauh.Â
Di masa dua tahun belajar secara online, para siswa memang dituntut untuk selalu memanfaatkan hp sebagai alat komunikasi utama dalam kegiatan pembelajaran. Celakanya, selain sebagai alat komunikasi, hp juga telah menghilangkan peran buku sebagai salah satu sumber belajar. Para siswa lebih suka menyalin jawaban yang didapat di google, bahkan seringkali tanpa dibaca terlebih dahulu kesesuaian jawaban dengan pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Pandemi Memaksa Proses Pembelajaran jarak Jauh
Pembelajaran jarak jauh kala itu membuat proses penilaian dan penugasan memang harus dirancang secara online. Kesulitan terbesar dalam mengontrol penilaian dengan cara ini adalah usaha siswa dalam menyiapkan dan bagaimana kegiatan mereka dalam mengerjakan soal-soal penilaian.Â
Saya tidak mengetahui mana siswa yang betul-betul belajar sebelum penilaian lalu mengerjakan secara jujur dan mana yang tidak belajar serta mengerjakan soal dengan bantuan. Tapi yang pasti, setelah hasil penilaian keluar, hampir tidak ada perbedaan nilai antarsiswa. Bertebaran nilai kategori A dengan rata-rata nilai 90.
Hal lain yang menjadi perhatian saya saat pembelajaran jarak jauh berjalan adalah temuan jawaban yang hampir seragam dari semua siswa di setiap tugas atau kuis yang saya kirim, terutama untuk soal essay. Saat saya konfirmasi, mereka pun jujur mengakui jika mereka membuka google pada saat penilaian berlangsung dan menyalin kalimat jawaban yang mereka temukan untuk kemudian menempelkan pada lembar jawaban mereka.
Perilaku siswa semacam ini menjadi persoalan yang cukup mengganggu karena saya jadi tidak mengetahui kemampuan satu per satu siswa. Selain itu juga jelas menunjukkan ketidakjujuran dan rasa malas dari para siswa untuk membaca buku apalagi belajar guna mempersiapkan diri dalam menyelesaikan soal kuis, tugas, maupun penilaian harian.
Para Siswa Bergantung Pada Internet