Mohon tunggu...
Endahparawangsa 273
Endahparawangsa 273 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya, maka dengan menulis izin aku mendekap banyak jiwa yang jauh dari pandang untuk memberi kebermanfaatan berbagi kasih sayang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mendongeng sebagai Upaya Mencegah Perilaku Merokok pada Remaja

28 Juli 2023   20:27 Diperbarui: 28 Juli 2023   20:33 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Remaja merupakan masa yang penuh dengan semangat. Semangat menggebu untuk mengetahui berbagai hal baru sebagai upaya pencarian jatidiri. Tak cukup menjadi pengetahuan saja, remaja kerap kali mencoba secara langsung hal-hal yang mereka baru   Remaja merupakan masa yang penuh dengan semangat. Semangat menggebu untuk mengetahui berbagai hal baru sebagai upaya pencarian jatidiri. Tak cukup menjadi pengetahuan saja, remaja kerap kali mencoba secara langsung hal-hal yang mereka baru ketahui tanpa berpikir panjang terhadap dampak yang akan di hadapi dari apa yang mereka lakukan. Jika tak memiliki kontrol diri yang baik serta pengarahan dari orang dewasa, tak jarang remaja terjerembab kepada hal-hal yang tidak baik karena mengikuti rasa penasaran mereka, salah satunya adalah perbuatan merokok.

Rentang usia remaja adalah 10 tahun sampai 21 tahun menurut beberapa ahli. Fase remaja adalah fase peralihan dari fase anak-anak menuju masa dewasa (Diananda, 2019). Untuk dapat melakukan sosialisasi dengan baik, remaja harus menjalankan tugas-tugas perkembangan pada usinya dengan baik. Tugas tersebut meliputi menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya, mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mempunyai otoritas, mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan bergaul dengan teman sebaya, baik secara individual maupun kelompok, menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya, menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri, memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup (weltanschauung) mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan (Saputro, 2018).  Inilah yang seharusnya menjadi fokus remaja, mengingat kondisi tubuh yang sedang mengalami masa pertumbuhan yang pesat seharusnya mendapatkan asupan nutrisi yang juga baik untuk mendukung tumbuh kembangnya bukan dirusak oleh rokok.

Angka yang menunjukan jumlah perokok pemula di Bandung cukup membuat kita harus waspada, terhadap masa depan remaja kita. Perokok pemula di kalangan anak muda di Kota Bandung semakin memprihatinkan. Karena, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bandung, 27 persen perokok ada di usia 10-15 Tahun (Aini, 2017). Sumber pengaruh terbesar remaja mencoba merokok berasal dari teman (62,65%). Bahaya merokok yang paling banyak diketahui adalah kanker paru (87,4%). Informasi ini paling banyak diketahui dari bungkus rokok (60,2%). Sebagian besar responden telah mengetahui bahaya merokok, tetapi tetap mempertahankan sikap merokok (62,2%). Hal ini dipengaruhi oleh aspek psikologi seperti dapat melepaskan stress (69,9%) dan merasa tenang ketika merokok (69,0%). Perilaku merokok dipertahankan untuk memenuhi kepuasan pribadi.(Almaidah et al., 2020).

Bahaya rokok sudah di ketahui, akan tetapi perilaku merokok ini masih tetap dilakukan. Maknanya, kesadaran dan kontrol diri perlu ditingkatkan lagi. Pengaruh terbesar perilaku merokok ini adalah karena teman, maknanya remaja juga harus memiliki lingkungan pertemanan yang sehat dan ini adalah tugas kita bersama. Meningkatkan kesadaran dan meningkatkan kontrol diri pada remaja dengan melakukan pencerdasan dari jauh-jauh hari sebagai tindakan preventif serta turut menjadi teman bagi remaja di lingkungan kita sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan yang baik. Salah satu upaya preventif yang dapat dilakukan untuk melakukan pencerdasan kepada calon remaja agar saat remaja tidak terjebak perilaku merokok adalah dengan membiasakan membaca dongeng sejak dini.

Cerita atau dongeng merupakan suatu tindakan atau cara yang bijak dan cerdas untuk mendidik dan menasehati anak. Dongeng dapat memberikan efek pemuasan terhadap kebutuhan akan imajinasi dan fantasi anak. Anak akan lebih asyik dalam menyimak dongeng yang berisi nasihat adan ajaran atau didikan. Keinginan dan sikap-sikap positif tersebut tentu akan berdampak pada perkembangan pribadi anak usia dini. Dampak metode bercerita atau mendongeng bagi guru akan memiliki sikap-sikap positif seperti berpikir kritis, memiliki rasa tanggung jawab, lebih waspada terhadap praktek pembelajarannya sendiri. Lebih berhati-hati terhadap metode, persepsi, pemahaman dan keseluruhan pendekatan dalam pembelajarannya. Mampu untuk mengantarkan guru untuk lebih professional, berwawasan luas dan mampu memberi kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan (Utomo, 2013).

Masa kanak-kanak adalah fase perkembangan manu- sia (antara usia 2-13 tahun) yang sangat istimewa. Pada masa ini, potensi anak bisa berkembang secara mak- simal dan menentukan kehidupan anak sebagai remaja dan orang dewasa. Anak yang mendapat pendidikan istimewa dan dididik sesuai dengan masa perkembangannya, kelak akan tumbuh dan berkembang menjadi individu yang is- timewa. Sebaliknya, cara didik yang salah akan membuat anak tumbuh menjadi individu yang bermasalah.Tujuan mendongeng bagi anak usia  dini  adalah untuk membentuk perilaku  yang  baik  dan  menanamkan  nilai  budi pekerti  kepada  anak  agar  memiliki  keseimbangan  dan  perkembangan  kognitif, afektif, dan psikomotorik.Manfaat mendongeng bagi anak usia dini,antara lain,melatih  konsentrasi,    mengasah    ketajaman   memori,    mengembangkan kemampuan  berbahasa,menumbuhkan  minat  baca,  meningkatkan keterampilan berpikir kritis, dan mendekatkan hubungan emosional guru dan anak didik.(Shofwan, 2022). Jadi, alangkah sangat baik jika kebiasaan mendongeng ini di kenalkan kepada anak sedini mungkin. Akan tetapi, jika saat di usia dini belum dikenalkan mendongeng tidak ada salahnya mengenalkan mendongeng ini saat anak berada di kelas tinggi. Mendongeng tetap akan membangun sifat positif terhadap anak sehingga terbangun kesadaran yang tinggi untuk mempertahankan hal-hal yang baik sebagai upaya preventif mencegah perilaku merokok pada remaja.

Konten yang disampaikan dalam mendongeng dapat disesuaikan dengan pesan moral yang hendak ditekankan. Dalam konteks merokok, dapat disajikan fakta-fakta konkret sederhana yang ada di sekitar anak dengan mengolaborasikannya dengan fiksi. Sehingga cerita yang disajikan akan menarik perhatian anak. Serta, mendongeng ini harus dilakukan secara terus menerus sehingga pesan yang disampaikan dapat masuk ke alam bawah sadar.

Jadi, melihat maraknya perilaku merokok pada remaja yang tentu dapat memberikan dampak negatif bagi individu dan kemajuan bangsa Indonesia secara umum, perlu dilakukan tindakan preventif pada anak-anak agar saat remaja mereka tidak terjerumus kedalam perilaku ini. Kebanyakan remaja sudah mengetahui dampak dari merekok ini, namun tetap melakukannya karena penyebab merokok terbesar sendiri dari temannya sehingga mereka merasa memiliki kawan. Untuk itu perlu diambil tindakan preventif, salah satu upayanya adalah dengan membiasakan kebiasaan mendongeng sejak dini dimana isi dari dongeng tersebut dapat menenkankan dampak dari merokok secara konkret dengen penyajian yang di kreasikan seasik mungkin. Dengan membiasakan mendongeng, nilai positif tersebut akan masuk ke alam bawah sadar anak sehingga terbentuk kesadaran yang tinggi dan kontrol diri yang baik. Semakin banyak anak-anak yang terbiasa dengan kebiasaan mendengarkan dongeng, maka semakin besar kita menciptakan lingkungan pertemanan yang baik bagi para calon remaja penurus bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, A. L. dan N. (2017). Jumlah Perokok Anak Usia 10-15 Tahun di Bandung MemprihatinkanNo Title. Republika. https://news.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/04/05/onxefq382-jumlah-perokok-anak-usia-1015-tahun-di-bandung-memprihatinkan?

Almaidah, F., Khairunnisa, S., Sari, I. P., Chrisna, C. D., Firdaus, A., Kamiliya, Z. H., Williantari, N. P., Akbar, A. N. M., Pratiwi, L. P. A., Nurhasanah, K., & Puspitasari, H. P. (2020). Survei Faktor Penyebab Perokok Remaja Mempertahankan Perilaku Merokok. Jurnal Farmasi Komunitas, 8(1), 20. https://doi.org/10.20473/jfk.v8i1.21931

Diananda, A. (2019). Psikologi Remaja Dan Permasalahannya. Journal ISTIGHNA, 1(1), 116--133. https://doi.org/10.33853/istighna.v1i1.20

Saputro, K. Z. (2018). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja. Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 17(1), 25. https://doi.org/10.14421/aplikasia.v17i1.1362

Shofwan, A. M. (2022). Manfaat Dan Tujuan Mendongeng Untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Tila Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(2), 275.

Utomo, S. B. (2013). Mendongeng Dalam Perspektif Pendidikan. Agastya: Jurnal Sejarah Dan Pembelajarannya, 3(01), 1--8. https://doi.org/10.25273/ajsp.v3i01.901

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun