“PRANGGG!!!” suara piring pecah terdengar dari arah dapur.
“Tak pateni sisan koe!” teriak pria berumur 50tahun yang terlihat berbicara kepada seorang wanita sebaya yang jatuh tersungkur seakan berlutut dikakinya.
Ya, mereka adalah orang tuaku. Aku, adik-adikku, bahkan tetangga tak heran dengan kelakuan orang tuaku yang tak jarang memang suka bertengkar hebat.
Ayahku memang tempramen, tetapi Ibuku juga seseorang yang keras kepala sehingga sering memancing emosi Ayahku.
Dengan tenang aku berjalan menyusuri dapur. Aku tak terkejut, karena ini adalah peristiwa yang mungkin seribu kali terjadi seumur hidupku. Disusul dengan adik-adikku yang berlari sehingga membalap langkahku itu.
Mereka hanya bisa menangis disebelah Ayah dan Ibuku. Maklum mereka masih anak kecil yang seharusnya para tua bangka ini tidak menunjukkan sikap yang bukan selayaknya orang tua, aku khawatir akan mengganggu mental kedua adik-adikku.
Pandanganku tertuju langsung kepada Ibuku yang tengah terus menangis. Kusuruh adik-adikku untuk mengantarnya ke kamar.
Kutatap mata ayahku yang memerah dengan bibir gemetar seraya menunjukkan amarahnya yang teramat dahysat.
Kuambilkan segelas air putih untuk menenangkan pikirannya. Seandainya aku bisa menangis, mungkin aku akan menangis seperti apa yang aku lakukan dulu dan dilakukan oleh kedua adik-adikku. Tetapi aku sudah lelah, dan mencoba kuat agar terlihat dewasa dimata mereka.
“Kenapa lagi sih? Emangnya nggak kasihan ya sama kita? Yang hampir setiap hari lihat kalian beranteeem terus..” dengan lembut aku berbicara pada ayahku sambil memungut pecahan beling yang ada dilantai.
“Aku udah tuh gede, aku malu sama tetangga kalo mereka denger.”
Untungnya hari itu hujan, jadi suara gemuruh lebih keras terdengar dibandingkan dengan piring yang dibanting ayahku tadi.
Ayahku tak menjawab. Dia hanya meletakkan tangan kanannya yang menopangkepalanya itu. Sepertinya dia menyesal atas apa yang sudah terjadi.
“Kamu tau kan gimana kelakuan Ibumu? Selalu bikin Ayah kesel. Kamu juga sering bertengkar dengan dia kan? Ayah tahu kok.”
“Bukan bertengkar Yah, aku hanya nggak suka di tuduh yang bukan-bukan, itu kan pembelaan diri bukan bertengkar.” Jawabku.
Ibuku memang bisa dibilang menyebalkan. Dia sering menuduhku yang tidak-tidak kalau aku pulang telat. Kadang sering melaporkan tindakanku yang dibuat-buat kepada Ayah sehingga menimbulkan fitnah. Bebeda dengan adik-adikku, ia sangat meyayangi dan memanjakan mereka. Meskipun aku kesal terhadapnya, mau bagaimanapun dia itu tetap Ibuku, Ibu kandungku yang sembilan bulan mengandung, dan yang melahirkanku.
Kemudian aku berjalan ke kamar untuk melihat kondisi Ibuku. Dengan muka yang masih banyak tumpahan air mata itu, tampaknya ia mencoba untuk tidur. Kubentangkan selimut untuk menghangatkan tubuhnya.
Disamping Ibu terlihat adikku sedang asyik melanjutkan mainan mereka.
“Dek, kalian jagain Ibu malam ini, ya. Aku nemenin Ayah.”
Keduanya mengangguk.
Kuberjalan menuju ruang TV. Terdengar suara sinden dengan alunan gamelan kesukaan Ayahku. Ayahku masih terlihat pucat. Aku duduk disampingnya.
“Kamu belajar yang pintar ya, jangan seperti Ibumu. Cari juga pria yang mapan dan sukses, jangan seperti Ayah.”
“Emang Ibu kenapa?” tanyaku penasaran.
“Yang di otakknya hanya uang. Uang yang Ayah kasih selalu kurang. Nuntut ini, nuntut itu. Dia tahu kan kerjaan Ayah hanya pegawai biasa, seharusnya dia mengerti! Tuntutan itu selalu bikin kepala Ayah mau meledak.”
“Tadi itu Ibu minta uang bayaran kamu dan adik-adikmu yang sudah nunggak 2bulan.”
“Saya juga mengerti kok, seminggu lalu dia juga pernah mengingatkan saya. Tapi kalau nggak ada ya mesti gimana, Ayah juga lagi berusaha keras.” Sambungnya.
Lagi-lagi masalah ekonomi, keluarga kami memang tergolong menengah kebawah. Apalagi semenjak adik-adikku masuk sekolah.
Malam semakin dingin, mataku kian berat, kupejamkan mataku yang diiringi dengan alunan musik gamelan yang masih terdengar dari radio tua Ayahku.
(Bersambung…)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H