Tramadol yang sering dikenal sebagai obat penenang, kini banyak disalahgunakan terutama di kalangan remaja usia sekolah di Indonesia.
Remaja menggunakan obat ini untuk mendapatkan efek samping berupa euforia dan efek menenangkan dengan mencampurkannya dengan minuman keras atau minuman beralkohol.
Penting untuk kita ketahui bahwa tramadol adalah obat yang digunakan untuk meredakan nyeri sedang hingga berat, seperti nyeri pascaoperasi.
Tramadol termasuk dalam kelompok opioid yang berfungsi dengan menghambat pengiriman sinyal nyeri pada sistem saraf pusat.
Ketentuan pemakaian obat ini hanya boleh dilakukan sesuai dengan anjuran dokter dan tidak ditujukan untuk penggunaan jangka panjang, namun para pelajar dan pemuda dapat dengan mudah mendapatkan tramadol yang dijual dengan harga murah.
Penggunaan tramadol yang tidak sesuai dengan aturan dapat mengakibatkan kecanduan hingga overdosis.
Selain itu, tramadol dan beberapa obat tertentu tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan obat lain.
Karena hal tersebut dapat menimbulkan efek interaksi seperti:
* Peningkatan risiko terjadinya kejang atau sindrom serotonin jika digunakan bersamaan dengan bupropion, mirtazapine, antipsikotik, atau antidepresan.
* Peningkatan risiko kantuk yang terjadi secara berlebihan, penurunan fungsi pernapasan, penurunan kesadaran, bahkan koma, jika digunakan dengan obat penenang golongan benzodiazepine.
* Peningkatan risiko munculnya sindrom serotonin yang fatal jika digunakan dengan obat golongan MAOI.
* Peningkatan risiko terjadinya pendarahan atau memar jika digunakan bersama dengan obat pengencer darah, seperti warfarin.
* Peningkatan risiko munculnya gejala sindrom putus obat atau penurunan efek analgesik tramadol jika digunakan dengan buprenorfin atau nalokson.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi remaja dalam menyalahgunakan tramadol antara lain, pengaruh teman sebaya dalam perilaku, rasa ingin tahu, dan pengungsi diri akibat tekanan yang dialami remaja.
Lingkungan sekitar juga berpotensi menjadi faktor, seperti tekanan dari keluarga, sosial, akademis yang dapat mendorong remaja mencari pengungsi melalui obat-obatan terlarang.
Kecenderungan mengonsumsi tramadol juga dapat menjadi faktor yang mendorong remaja untuk terus menggunakan obat tersebut.
Penggunaan tramadol menimbulkan dampak serius antara lain:
* Sulit buang air besar (sembelit)
* Mual dan muntah
* Mendesak
* Sakit kepala
* Sakit maag atau sakit maag
* Mulut kering
* Gatal-gatal
* Kejang
* Sesak napas
* Susah tidur
Agar risiko efek samping dan pengobatan dapat diminimalkan, penting untuk mengikuti langkah-langkah dalam penggunaan tramadol yang benar:
* Tramadol tablet dan kapsul dapat dikonsumsi sebelum atau setelah makan.
* Telan tablet atau kapsul tramadol dengan air putih. Jangan menghancurkan atau mengunyah tablet maupun kapsul tramadol karena dapat meningkatkan risiko efek samping.
* Jika lupa mengonsumsi tramadol, segera minum obat ini begitu teringat. Namun, jika sudah mendekati waktu untuk dosis berikutnya, abaikan dosis yang terlewat dan jangan menggandakan dosis.
* Jangan menghentikan penggunaan tramadol tanpa persetujuan dokter, terutama setelah penggunaan jangka panjang. Berhenti secara tiba-tiba dapat menyebabkan sindrom putus obat, seperti kegelisahan, kemarahan, perubahan perilaku yang mendasar, munculnya pikiran untuk bunuh diri, nyeri otot, diare, atau keringat berlebih.
*Periksa diri ke dokter jika mengalami gejala sindrom putus obat setelah menghentikan penggunaan tramadol.
* Simpan tramadol di lokasi bersuhu ruangan, kering, dan terlindung dari sinar matahari langsung. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak. Penyalahgunaan tramadol dapat menyadarkan kita akan risiko mengarah pada obat, jika diambil melebihi dosis yang telah ditentukan. Tramadol boleh dikonsumsi sesuai dengan resep dokter, namun masih banyak individu yang mengonsumsinya secara berlebihan dan tanpa resep, terutama di kalangan remaja usia sekolah. Kecenderungan terhadap obat terlarang ini dapat diatasi dengan cara tidak berpura-pura oleh ajakan teman, menghindari minuman beralkohol, percaya diri, rutin berolahraga, lebih terbuka dengan orang tua, dan melakukan hal-hal positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H