"Toleransi itu Keharusan Bukan Pilihan"
Hidup di Indonesia dengan ribuan pulau, ratusan etnis, bahasa, dan banyak keyakinan beragama, toleransi adalah sebuah keharusan bukan sebagai pilihan. Karena kita tak bisa memilih untuk bersikap toleran atau intoleran. Kalupun memilih, maka pilihannya adalah bersikap toleran atau akan menghadapi kehancuran.
Banyak desa-desa di Indonesia menjalankan sikap toleransi antar umat beragama. Disini toleransi bukan hanya sekedar basa basi, apalagi hanya sebatas obrolan warung kopi yang segera habis bersamaan dengan gelas kosong. Bukan juga berupa slogan-slogan yang memenuhi timeline jejaring sosial media. Toleransi dilakukan tanpa paksaan dan sukarela.
Di desa-desa ini, kita bisa belajar banyak tentang arti toleransi dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena tanpa toleransi masyarakat di Indonesia hanya akan menjadi serpihan bangsa yang terpanggang dalam kejamnya perang saudara. Beberapa desa tersebut antara lain adalah:
1. Desa Plajan, Pakis Aji, Jepara, Jawa tengah
Bahkan untuk menghormati umat Hindu yang sedang menjalankan upacara Nyepi, umat Isam tidak mengumandangkan adzan melalui pengeras suara. Hal ini dilakukan selama 24 jam, hingga upacara Nyepi selesai.
Begitu juga sebaliknya, saat umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri, umat penganut agama lainnya pun turut merayakan dan juga ikut membantu menjaga mesjid, demi kelancaran ibadah Sholat Ied.
2. Desa Boro, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Di jalur utama jalan desa, terdapat empat rumah ibadah dari setiap agama. Ada Mesjid Miftahul Huda, Gereja Kristen Jawi Wetan, Gereja Kristen Kalam Kudus dan Wihara Buddha Sasana. Ke-empat rumah ibadah itu dibangun saling berdekatan. Masing-masing umat, menjalankan ritual ibadah masing-masing dengan baik tanpa adanya gesekan satu sama lain.