Mohon tunggu...
Endah Marjoen
Endah Marjoen Mohon Tunggu... Arkeolog dan Penggiat Budaya Kreatif (Komunitas Luar Kotak) -

Arkeolog UI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemukiman Kuno Kerinci

13 Mei 2018   06:55 Diperbarui: 24 Mei 2018   23:46 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerinci adalah salah satu kabupaten di provinsi Jambi dengan pusat pemerintahan di Sungai Penuh. Untuk mencapai kota Sungai Penuh dibutuhkan waktu berkendaraan sekitar 12 jam dari Kota Jambi. Atau sekitar 8 jam dari kota Padang.

Jika kita berjalan-jalan ke Kerinci, maka kita akan melihat deretan rumah yang berjajar membentuk deretan memanjang dan saling berhadapan. Deretan rumah tersebut sejatinya adalah pola pemukiman tradisional masyarakat Kerinci, yaitu Rumah Larik (rumah yang berjejer). Bentuk rumah larik itu sendiri adalah rumah panggung, yang berjejer kesamping dan dihubungkan oleh pintu perantara di dalam setiap rumah (pintu sambung).

Filosofi rumah larik berawal dari hubungan kekeluargaan, satu deret rumah larik itu menunjukan satu kerabat, disebut satu Luhah, yang dipimpin oleh seorang Depati atau Rio. Sistem kekerabatan di Kerinci adalah sistem matrilineal (satu garis darah Ibu). Sehingga saat seorang Ibu memiliki anak perempuan, maka anak tersebut jika sudah berkeluarga harus membangun rumah di sebelah rumah ibunya. Begitu seterusnya hingga deretan rumah larik itu terhalang oleh kondisi alam, misalnya ada sungai, sawah atau hutan, maka rumah selanjutnya dibangun didepan rumah pertama dan saling berhadapan.

Pintu sambung di dalam rumah merupakan kearifan lokal mereka dalam menyikapi kondisi alam yang masih rawan dengan binatang buas, sehingga jika ada kondisi darurat, misalnya ada keluarga yang sakit, mereka tetap dapat berhubungan di dalam rumah tanpa harus keluar rumah. Rumah larik terbagi menjadi tiga bagian, bagian bawaj untuk tempat hewan ternak dan penyimpanan kayu bakar, bagian tengah sebagai tempat tinggal dan bagian atas sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka.

dokpri
dokpri
Namun berjalannya waktu, walaupun polak lariknya tetap dipertahankan, model bangunan rumah larik  ini mulai ditinggalkan, digantikan dengan bangunan beton. Rumah larik kayu yang sudah tidak terbengkalai, tidak terurus. Padahal itu merupakan warisan budaya leluhur yang bila kita kaji lebih dalam, baik dari segi sejarah, arsitektur, pemilihan bahan bangunan dan teknik pembangunannya dapat menjadi pembelajaran bagi pembangunan rumah di masa kini.

dokpri
dokpri
Foto: Dok.Pribadi-Endah Marjoen

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun