Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta adalah salah satu provinsi yang sering menjadi tujuan wisata di Indonesia. Selain karena adat dan budayanya yang masih kental, biaya hidup dan jalan-jalan yang cukup terjangkau pun menjadi daya tarik provinsi ini. Sebagai penggemar wisata budaya dan sejarah, setiap kali menyambangi Yogyakarta, saya akan mencoba mengeksplore wisata candi di Yogyakarta.
Makanya kali ini saat melihat beberapa nama candi yang belum familiar didengar pun membuat hati tergerak untuk mengunjunginya. Berbekal googlemaps sebagian panduan, maka meluncurlah saya dengan menggunakan sepeda motor menuju ke lokasi candi yang berada di tengah kota Yogyakarta. Situs candi itu bernama Candi Donotirto.
Lokasi candi ini berada di jalan Jogonegaran, Pringgokusuman, Â kota Yogyakarta. Meski posisinya yang berada di pinggir jalan, namun begitu saya sampai di lokasi sesuai dengan petunjuk si mbah google, saya tetap kebingungan mencari lokasinya. Bahkan saya mengira sempat salah lokasi karena saat berhenti dan berusaha mencari petunjuk apapun soal candi ini yang kebaca sama saya cuma plang nama 'Bakpia Pathok Candi 22' saja. Itu satu-satunya kata 'candi' di sekitar situ yang saya lihat.
Ternyata lokasinya candi ini tepat berada di depan motor saya yang sedang terparkir di jalanan itu. Di depan motor saya ada tembok hitam legam yang saya perkirakan selebar sekitar 50 meter dan setinggi satu setengah meter. Pas berdiri di samping tembok itu dan melongok ke bawah, ternyata disitulah lokasinya. Lalu saya pun menengok ke kanan dan kiri. Akhirnya saya melihat sebuah gang masuk dengan tangga yang menurun.
Langkah kaki pun bergerak menuju ke tangga tersebut di mana pintu pertama sebelah kanan yang saya lihat adalah pintu masuk area candi Donotirto. Saya pun memasuki halaman dengan sebuah plang bertuliskan Balai Warga Kemetiran Kidul. Nah candi Donotirto ini berada persis di depan balai warga tersebut. Jadi patokan untuk mencari lokasi situs candi ini adalah Balai Warga Kemetiran Kidul.
Meski ini namanya candi, tidak usah dibayangin seperti candi-candi megah macam candi Ijo, Ratu Boko apalagi Prambanan dan Borobudur. Meski melekat dengan nama candi, situs ini sebenarnya tempat pemandian umum! Ehh, tapi ini bukan sembarangan tempat pemandian umum, Candi Donotirto adalah situs pemandian yang diprakarsai oleh Sultan Hamengku Buwono IX dan dibangun sekitar tahun 1930. Jadi situs candi ini merupakan salah satu cagar budaya di kota Yogyakarta.
Karena saat itu tengah hari, tempat ini nyaris tidak ada seorang pun di sana sehingga selama beberapa menit membuat saya kebingungan dan celingukan di luarnya. Harap maklum, saat itu saya belum tahu fungsi candi ini untuk apa jadi tidak mau gegabah masuk. Apalagi di luarnya tertulis Wanita dan Laki-Laki. Itu sebabnya saya semakin ragu untuk masuk. Namun karena belum ada juga orang yang muncul setelah hampir 10 menit saya duduk di depannya, akhirnya saya pun memberanikan diri memasuki salah satu ruangan dengan tulisan Wanita.
Begitu saya perlahan-lahan memasukinya hingga ke ruangan dengan pancuran air yang cukup besar, saya kaget ternyata disana melihat ada seorang wanita mandi tanpa busana sama sekali! Jantung saya hampir copot melihatnya karena berpikir saat ini tengah hari bolong di tempat umum seperti ini, kok ya ada yang berani mandi di situ, tidak pakai baju pula. Tempat pemandian umum dimana aja saya masih lihat orang pakai sarung kek gitu minimal. Ini mah polos aja begitu tidak ada benang sehelai pun. Duhh gusti, siang-siang panas-panas melihat seperti itu.
Langsung keluar dan duduk di halaman balai warga. Setelah itu muncul seorang pak tua dari rumah di samping balai warga. Akhirnya saya pun mendekatinya dan berbincang sejenak mengenai situs Candi Donotirto ini. Nama beliau adalah Pak Tuing, beliau sudah menjaga situs ini sudah lebih dari 30 tahun. Dari beliau barulah saya mengetahui  bila situs candi Donotirto ini memang diperuntukkan untuk pemandian umum, jadi bebas dipakai sama siapa saja. Menurut pak Tiung, air pemandian ini berasal dari sungai di Magelang.
Terus kenapa tempat pemandian umum disebut candi? Karena bentuk pintu masuknya mirip dengan bangunan Hindu makanya disebut candi oleh masyarakat sekitar. Meski bukan candi beneran yang biasanya dipakai sebagai tempat ibadah atau pendermaan, situs pemandian umum ini tetap dianggap sebagai tempat cagar budaya. Mungkin saya harus kesini lagi untuk mandi-mandi, ehhh buat cari informasi lagi soal situs candi di Yogyakarta yang satu ini.
Btw, setelah berbincang dengan Pak Tiung, saya pun kembali masuk ke dalam tempat pemandian itu, ingin merasakan airnya yang segar langsung dari pancurannya sebelum beranjak pergi. Setelah membasuh muka, saya pun beranjak keluar dan meninggalkan area situs Candi Donotirto ini. (EKW)