Mohon tunggu...
Endah Kurniati
Endah Kurniati Mohon Tunggu... Penulis - Pendidik, Penulis

Penulis buku Non Fiksi yang sedang belajar jadi Novelis di platform digital. Menulis sebagai Katarsis, aktif sebagai Duta Kesehatan Mental DANDIAH CARE

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tingkatkan Literasi, Komunitas Kampung Ramah Anak - Rumah Karandika Cianjur, Gelar Acara Bedah Buku

14 Juni 2022   15:04 Diperbarui: 14 Juni 2022   15:13 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sesi pertama buku yaitu passion, berisi kisah bagaimana kaum perempuan menjalani passionnya baik bagi mereka yang beraktualisasi di luar rumah maupun yang beraktivitas di dalam rumah, bagi keduanya ada cara untuk meraih passion sesuai bidang keahliannya, hanya penulis mengarahkan bahwa sebesar-besarnya passion hendaknya untuk meraih derajat taqwa, memiliki semangat dalam beramal sholeh dengan mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya. 

Endah Kurniati penulis buku Evidence of Life (Dokpri)
Endah Kurniati penulis buku Evidence of Life (Dokpri)

Pada sesi kedua buku yaitu mind, berisi kisah tentang pentingnya kaum perempuan untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan membekali diri dengan ilmu agama yang akan menambah iman yakin kepada Allah. Keyakinan kepada Allah akan menjadikannya seorang perempuan yang tidak gampang galau dan baper, akan mampu mengatasi masalah dengan tenang, Allah Kuasa memberikan ketenangan dalam dirinya,  dengan bacaan Alqur'annya Allah titipkan nur cahaya ke dalam wajahnya, sehingga terpancar aura kecantikan dari dalam.   juga dengan bekal ilmu, kaum perempuan masih bisa tetap produktif sekalipun di rumah dengan memanfaatkan teknologi digital yang berkembang saat ini, bukankah sekarang ini perusahaan ritel raksasa pun ambruk oleh sebab emak-emak berdaster yang semakin terampil jualan online yang mereka kerjakan dirumah?  banyak model perempuan yang produktif menghasilkan uang baik yang sarjana maupun non sarjana, anak terurus, suami terlayani, rumah bersih, amalan ibadah tertunaikan, shalat dhuhanya istiqomah, tilawah Al Quran juga jalan, shalat fardhu awal waktu, rajin juga sedekah, jaga harta suami. semua aktivitas perempuan di rumah juga adalah pekerjaan, bahkan Allah menyebutnya sebagai perniagaan yang sangat menguntungkan. 

Bagaimana dengan perempuan yang beraktualisasi di luar rumah? silakan, itu adalah pilihan hidup.  Namun mesti dipahami bahwa hidup perempuan itu punya musim-musim; musim hamil, melahirkan, menyusui, membersamai anak balita dan pada setiap musim terdapat suka duka tersendiri yang teramat sayang bila itu lewat begitu saja tanpa makna.  

Peran kaum perempuan pada setiap musimnya ini tak dapat digantikan oleh siapapun, meskipun ada baby sitter di rumah.  Namun ada saja perempuan hebat yang percaya diri dengan pilihannya berkarir, menurut mereka yang terpenting adalah "quality time" bersama anak dan suami, mereka dapat memanage keluarga meski suami istri bekerja. kembali lagi, the choice is yours, silakan mengukur kemampuan diri dan bekerjasamalah antara suami dan istri, dengan syarat pantang mengeluh dan siap dengan segala konsekuensinya. 

di sesi ini juga ada kisah saat penulis pertama kali mendengarkan kisah tentang kaum Anshor, yaitu kaum yang dicintai oleh Allah dan Rosul karena asbab besarnya pengorbanan mereka demi agama yang cintanya kepada Allah melebihi cintanya kepada hartanya, keluarganya bahkan dirinya sendiri. begitu berkesannya kisah tentang kaum Anshor ini, sehingga penulis ingin berbagi cerita kepada pembaca bahwa  pernah ada suatu kaum yang memiliki kemuliaan akhlak yang boleh jadi tak akan ada lagi peradaban manapun yang mampu mengungguli kemuliaan kaum Anshor. Kaum Anshor memang sekarang sudah tidak ada, namun mereka telah meninggalkan jejak keteladanan tentang keluhuran budi pekerti dan kaum Anshor telah mengajarkan pada kita semua tentang kesempurnaan cinta yang hakiki.

Di sesi ketiga yaitu Soul and spirit, berisi tentang kaum perempuan memiliki kekuatan dan ketegaran meski berstatus single parent,  namun jangan lupa bahwa mereka punya hati yang halus, biasanya pada kondisi single parent mereka akan lebih sensitive. penulis memberi insight kepada pembaca untuk berempati pada mereka dengan cara yang benar, yaitu tidak melontarkan kata-kata yang tanpa disadari justru akan membuat mereka menjadi tidak nyaman, seperti "emang kamu sudah pikirkan baik-baik?" -- ya tentunya seseorang sebelum memutuskan untuk bercerai pasti sudah melalui pertimbangan yang matang. (pertanyaan seperti ini menganggap seolah  keputusan yang telah mereka ambil adalah tergesa dan ceroboh). Atau contoh lainnya : "setidaknya kamu sekarang tak punya pasangan yang ngajak berantem terus kan?"  - jika kita berkata seperti ini, seolah penyebab perceraian adalah karena sering berantem, padahal yang sebenarnya lebih rumit, lebih complicated

Di sesi ini ditulis juga mengenai permasalahan TKW unskilled yang meninggalkan kewajiban sebagai istri dan ibu untuk mencari nafkah yang sama sekali bukan kewajiban bagi dirinya. Dan bagaimana peran suami yang tak berdaya. Jadi terlalu egois rasanya menyebut mereka sebagai pahlawan devisa, mengingat dibalik itu ada anak-anak yang berkorban ditinggalkan ibunya dan suami yang ditinggalkan istrinya. Jika ada TKW yang nekat berangkat dengan mempertaruhkan harga diri, harkat dan martabatnya pastilah ini perempuan yang memiliki kondisi psikososial yang bermasalah dan berpotensi menjadi TKW yang bermasalah juga disananya

Ada juga tentang permasalahan inferiority complex (minder) yang sering dialami oleh full time mother terutama yang punya latar belakang Pendidikan tinggi saat ditanya "Jeng, apa aktivitasnya sekarang???"  disini diceritakan pengalaman seorang ibu yang berhasil mengatasi masalah ini setelah berinteraksi positif dengan teman-teman alumni sekolahnya yang saling bertemu di jendela facebook dan  mengajak bergabung pada kegiatan-kegiatan yang akhirnya berhasil mengangkat rasa mindernya.  

Pada Session Keempat yaitu Affection, dikisahkan bahwa kaum perempuan dengan sifat kasih sayang yang dimilikinya, dapat meraih derajat tinggi disisi Allah SWT. Diceritakan bagaimana perjuangan seorang dai dalam berdakwah dan bagaimana fastabiqul khoirot dalam berdakwah bila ilmu agama tidak punya, tapi secara harta dia punya. Bisa berdakwah dengan hartanya. Bagaimana bernilainya harta seorang Wanita mulia Siti Khadijah r.ha bagi perjuangan dakwah suaminya, Tak ada bandingannya pahala dari harta siti Khadijah r.ha. pantaslah beliau kelak menjadi Wanita penghulu surga.  selain itu dibahas pula standar seseorang mendapatkan predikat baik menurut Nabi. Yaitu yang paling baik kepada istrinya. pada tulisan yang berjudul "pernikahan kedua" disebutkan bahwa menikah adalah seni berani mengalah. Seiring dengan berjalannya waktu, bagi seorang perempuan dengan kelembutan hatinya mengalah demi keutuhan keluarga dan menjaga suasana dalam rumah tangga bukanlah suatu yang berat lagi. Suami istri perlu melatih diri, karena semakin dekat suami dan istri dengan Rabbnya, maka akan semakin sedikit perselisihan rumah tangga diantara mereka.

Terdapat pertanyaan dari kang Firman Hafidz sebagai pembedah buku tentang kisah fitnah yang pernah dialami oleh Siti Aisyah r.ha dan bagaimana cara kaum perempuan sekarang menghadapi fitnah bila terjadi pada diri mereka dan satu pertanyaan lagi saat penulis memperbandingkan kehidupan pasangan ateis dan pasangan sahabat nabi yang sama-sama berhasil membina rumah tangga yang utuh dan romantis.  Pertanyaan ini membuat bedah buku menjadi semakin menarik, terlihat dari antusiasme peserta yang tinggi dan fokus menyimak sampai akhir acara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun