Â
Niscayanya waktu manusia itu terbagi dalam tiga bagian, yaitu hari ini, masa lalu dan masa yang akan datang. Â Masa lalu bukan sekedar history, terkadang masa lalu itu masih terus membayangi hari-hari yang berjalan bahkan terulang kembali di masa-masa yang akan datang. Â Dan kisah peradaban suatu bangsa tak dapat terlepas dari sejarah bangsa tersebut di masa lalu.
Apa yang terjadi sekarang di negeri kita tercinta ini, nampak jelas terlihat ada kemiripan pola dengan sejarah masa lalu bangsa, sebagian orang menganggap issue PKI adalah issue basi yang selalu muncul  di setiap tahun-tahun politik, jadi tidak terlalu perlu untuk di khawatirkan. Namun bagi sebagian orang, issue kebangkitan PKI ini sangat mengkhawatirkan, sehinggga para ulama turun tangan dan aktif menyuarakan bahaya komunis yang sudah tidak lagi bahaya laten, tapi sudah berani nampak di ruang public.Â
Belum lagi  berita simpang siur para tenaga kerja asal China komunis yang membanjiri Indonesia dan mengambil porsi lapangan pekerjaan pekerja kasar (yang tak punya keahlian). Banyak masyarakat yang melaporkan di daerahnya perihal pergerakan pekerja asal China ini mulai dari kedatangan di bandara-bandara local sampai ke tempat mereka bekerja, tetapi banyak pula penolakan-penolakan yang dilontarkan pemerintah di ruang public saat dikonfirmasi mengenai hal ini. Â
Aku sendiri pernah mengobrol ringan dengan petugas imigrasi suatu saat ketika memperpanjang paspor, bahwa menurut petugas ini, Â mereka mengalami kesulitan dan kekurangan personil untuk melacak pergerakan pekerja asal china. Jadi apa yang dilontarkan petinggi-petinggi pemerintah di ruang public tidak sesuai dengan fakta di tataran petugas pemerintah yang bersinggungan langsung, mereka mengakui banyak tanaga asal china yang illegal. Â Hal-hal seperti ini yang membuat bangsa ini jadi tidak tenang dan menuntut keadilan dari pemerintah. Â Dan hari ini, gesekan-gesekan tersebut berpotensi chaos, mengikuti ketidakpuasan sebagian elemen masyarakat terhadap pelaksanaan pemilu Jurdil.Â
***
Doa terbaik bagi Negeri
How ever, secara aku sebagai emak-emak yang merasa prihatin dengan apa yang terjadi di negeri ini, aku berempati dan aku berbuat sesuatu dengan potensi yang dimiliki oleh umumnya kaum perempuan, yaitu menangis, karena perempuan memiliki hati yang lembut. Aku bawa tangisan itu dalam doa-doa bagi negeri yang sedang butuh pertolongan dari yang Maha Kuasa. Â
Imam Ahmad Ibnu Hambal (164 -241 H) berkata : " Seandainya kita memiliki satu doa (yang kita ketahui) makbul, niscaya itu akan kita gunakan untuk  mendoakan Kepala Negara".Â
Rasanya saat ini adalah tepat bagi kita untuk mendoakan dengan segenap kerisauan atas apa yang menimpa negeri kita ini pasca diumumkannya hasil real count pemilu oleh KPU, yang berpotensi chaos karena sebagian elemen masyarakat menolak hasil pemilu yang dianggap curang. kita doakan dan memohon pengharapan yang besar kepada Allah agar negeri ini diberkahi pemimpin yang adil dan kesejehteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.