Mohon tunggu...
Endah Hartimulyani Gumindar
Endah Hartimulyani Gumindar Mohon Tunggu... -

mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi Unsoed angkatan 2010

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Putut Dian Widayanto: “Mereka Kaget, Apalagi Sampai Jadi”

17 Juli 2012   00:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:53 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Putut Dian Widayanto: “Mereka Kaget, Apalagi Sampai Jadi”

[caption id="attachment_200910" align="alignright" width="288" caption="penulis bersama Pak Putut di kantornya Komisi D DPRD Banyumas, Senin, 09 Juli 2012"][/caption]

Menjadi orang pilihan tentulah hal yang sangat membanggakan. Apalagi jika yang memilih itu dari semua kalangan, keluarga, kerabat, beserta teman-teman. Itu juga yang menjadikan para anggota dewan ini duduk di kursinya. Mereka telah menjadi seorang yang terpilih dari ribuan kepala yang ada di daerahnya. Salah satunya adalah Novi, salah seorang yang terpilih menjadi wakil dari ribuan kepala itu.

Matahari sudah mulai tinggi ketika mobil kodok itu memasuki pelataran parkir Kantor DPRD Banyumas di Purwokerto, Senin, 9 Juli 2012, sekitar pukul setengah sepuluh pagi. Seorang muda, tegap, gagah dan berkacamata coklat kehitaman keluar dari dalamnya. Itulah Putut Dian Widayanto atau Novi, seorang anggota legislatif komisi D, Kabupaten Banyumas. Matanya tampak bertanya-tanya ketika melihat dua karung beras ini duduk di depan kantornya, ada kesan heran dan aneh di dalamnya. Awalnya mata saya dengan teman saya Ragil, juga mengira, jika sang empunya mobil kodok itu hanyalah seorang yang sedang bertandang ke Kantor itu. Seperti kami yang sedang menunggu anggota dewan baik hati, yang akan mengijinkan dirinya untuk sedikit di introgasi, sedikit saja.

Akan tetapi pria yang awalnya tertaksir berumur sekitar 30 atau 31 tahunan itu ternyata adalah seorang anggota dewan. Dan yang lucunya, beliau merupakan anggota dewan yang baik hati yang akan mengijinkan dirinya untuk di introgasi sedikit, sedikit saja, oleh karung beras ini. Malu yang bertumpuk-tumpuk dan grogi yang berlembar-lembar menyelimuti ketika mengingat persepsi-persepsi yang ada di otak tadi.

Kesan ramah sudah ditunjukan ketika masuk ke ruangan Kantor Komisi D, Kabupaten Banyumas, sama, seperti ketika memasuki kantor komisi-komisi lainnya. Menghilangkan beberapa lembar grogi dan tumpukan malu yang menyelimuti diri. Suasana ruangan cukup lega dengan meja-meja yang memutar berjumlah sebelas buah. Pak Putut duduk di kursi yang paling dekat dengan pintu masuk, mungkin agar lebih mudah keluar masuk. Ketika dia memberitahukan mengenai biodatanya, tersebutlah jika dia itu berumur lebih tua dari yang saya kira, sekitar 38 tahun, karena dia menyebutkan angka 1974 sebagai tahun lahirnya.

“ini sebuah proses, sayakan senang berorganisasi, terus sampai ke keagamaan, langsung nyoba ke partai” tutur satu-satunya bujang yang menjadi anggota legislatif Kabupaten Banyumas ini, ketika ditanya mengapa beliau sampai di Kursi DPRD. Beliau bercerita jika dia awalnya belum mengacu kepada arah legislatif maupun Eksekutif. Namun, dengan adanya dorongan dari teman-teman, senior dan pihak keluarganya, mejadikannya sang pemilik mobil kodok ini, termotivasi dan memberanikan diri untuk menjadi Caleg (Calon Legislatif).

Sebagai seorang kader lama, yang bergabung dengan Partai Amanat Nasional sejak tahun 1998 ini, dia tetap loyal dan komit di partai itu, sehingga terpilih oleh senior, teman-teman, dan keluarga untuk bergabung menjadi anggota dewan. Menurutnya, dia juga harus berintropeksi terhadap kemampuan dirinya, karena dalam pemilihan itu membutuhkan mental yang kuat,kemampuan berpolitik, finansial, penilaian masyarakat, bagaimana kita memperoleh pencitraan dengan baik, dan banyak berdoa. Lelaki yang juga gawe wiraswasta ini, tidak memungkiri jika Finansial menjadi yang tekuat dalam faktor-faktor itu.

Senam

Segelas teh hangat dan setengah plastik Munthul atau Boled atau Ketela Rambat kukus hadir menghiasi meja, menemani tumpukan buku-buku bersampul hitam mengkilat. Korek api, Rokok dan Handphone pun tidak terlepas dari pandangan mata, ketika lelaki yang hobi berolahraga ini, bercerita mengenai kegiatan lainnya, selain menjadi wakil rakyat.

Persani atau persatuan senam Indonesia adalah salah satu bidang yang digelutinya. Putra asli Banyumas ini, menjadi salah satu pejabat penting di organisasi atlit senam itu, yaitu sebagai ketua. Menurut alumni SMA Muhammadiyah 1 Purwokerto ini, orang-orang di sekitarnya sempat heran, bahkan kaget ketika mengetahui dirinya ternyata juga berkecimpung di dunia politik. “mereka kan nda pada tahu saya berkecimpung di dunia politik, tahunya saya ngurusin yang gitu saja (senam), dari tiba-tiba saya maju, mereka kaget apalagi sampai jadi” tutur bendahara DPD Partai Amanat Nasional ini, sembari tertawa mengenang.

Pria yang bercincin warna perak di jari tengah tangan kirinya ini, juga bercerita mengenai kesibukannya di Persani, yang memang sekarang-sekarang ini sedang dalam masa-masa sibuk. “kalau untuk pengurus senamnya ini emang lagi lumayan sibuk, karena untuk persiapan PORPROV (Pekan Olahraga Provinsi), pas ini kan tuan rumahnya di 2013 ini, sehabis pilkada, ya memang kalau mau ada event-event sih memang, kita memang repot, super sibuk, paling kalau ini ya, hanya sekedar pemantauan latihan ke atlit, karena harus dipantau terus sih” cerita Wakil ketua Fraksi Partai Amanat Nasional ini.

Dia juga menuturkan jika amanat rakyat ini lebih penting dari semua kegiatan penting yang di lakoninya. “bagaimanapun kan, ini sebuah amanat rakyat, konsekuensi kita sebagai anggota dewan, ya, harus benar-benar bagaimana kita berperan aktif untuk kepentingan masyarakat” ujar pria yang saat ditemui tidak memakai PIN DPRDnya ini.

Pengaduan Masyarakat

Sebagai Pengayom masyarakat, kegiatan pemuda yang tinggal di jalan Jenderal Soedirman 129 Sokaraja ini, juga tidak terlepas dari pengaduan masyarakat. Dia menuturkan masyarakat lebih banyak mengadu masalah pribadinya, misalkan masalah kesehatan dan pendidikan. Sesuai dengan tugasnya yang berada di Komisi D DPRD Banyumas yang menangani hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan dasar masyarakat. Dia selalu siap terhadap masyarakat yang mengadu, kapanpun itu waktunya.

“jabatan dewan itu melekat 24 jam jadi kadang ngga serta merta itu jam-jam kerja gini, orangnya ke sini itu nda, kadang di rumah dari jam siang sampai malampun ada orang yang mengadu mengenai kebutuhan apapun” ujar sang pemilik kodok ini, yang suaranya balapan dengan suara seorang bapak yang sedang berbicara melalui alat komunikasi.

Hembusan nafas AC, membelai-belai kulit, menambah dinginnya udara di ruangan ini, ketika pemuda ini bercerita tentang pengaduan masyarakat. Dia lebih banyak menyebutkan mengenai pengaduan masyarakat pada subdisiplin kesehatan. Orang tidak mampu dan tidak tahu mengenai informasi sebuah program seperti persyaratan jamkesmas, mendominasi ceritanya di siang itu.

Lalu, mengapa masyarakat itu sampai tidak tahu?, “kalau menurut saya ini memang salah satu kelemahan, karena kami sudah mengecek ke RT-RT ya, ternyata tidak sampai kesana, mungkin hanya sampai ke desa, desa kan terbatas ya, kalau desa mengundang RT, lalu menyebutkan persyaratan ketentuan yang berlaku ya ngga masalah, tapikan yang berjalan kan nda seperti itu, ya itulah, sing ngerti,yang tahu ya yang menjalankan itu, yang ngga tahu ya, ya nda” urainyamenjelaskan pertanyaan itu, sembari membuka tutup gelas lalu menutupnya lagi, seperti mau minum, tapi tidak jadi.

Sebagai seorang yang terpilih dari ribuan kepala, Novi dan anggota dewan lainnya sudah mencoba semaksimal mungkin untuk berusaha mengayomi masyarakat. Mendengarkan keluhannya, membantu permasalahannya hingga memecahkan masalah-masalah masyarakat. Itu memang tugasnya, membuat masyarakat hidup lebih nyaman, tentram dan sejahtera. Itulah konsekuensinya diburu masyarakat yang ingin merasakan sebuah keadilan sebagai warga negara. Mereka tidak mengeluh, termasuk juga Putut Dian Widayanto, yang juga mempunyai kekurangan selayaknya manusia, namun ia tetap berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan yang terbaik, terbaik untuk semuanya. Ndah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun