Mohon tunggu...
Endah Dwi Rahayu
Endah Dwi Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

“Aku telah mencintai diri sendiri untuk diriku yang sekarang, untuk diriku kemarin, dan untuk diriku yang kuharapkan.” — Kim Namjoon

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa PPG Prajabatan UAD: Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Mewujudkan P3 Melalui Budaya Sekolah di SD Muhammadiyah Nitikan Yogyakarta

27 April 2024   22:34 Diperbarui: 27 April 2024   22:46 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

P3 (Profil Pelajar Pancasila) mencakup kapabilitas, karakter, dan kompetensi yang diperlukan oleh pelajar Indonesia abad ke-21. Karakter dan kompetensi dianggap sebagai dua aspek berbeda namun saling mendukung. Stephen Covey menyatakan, "character is what we are, competence is what we can do" (karakter adalah tentang siapa kita, dan kompetensi adalah apa yang dapat kita lakukan) (Hasbi, dkk, 2021). Kompetensi melibatkan kemampuan kognitif, afektif, dan perilaku untuk melakukan sesuatu yang dianggap penting. Profil Pelajar Pancasila dirumuskan sebagai pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Konsep ini mencakup kemandirian, di mana pelajar mampu mengidentifikasi kebutuhan belajar, termotivasi, dan mampu mencari serta menggunakan metode belajar yang sesuai. Kemandirian ini sejalan dengan visi pendidikan Ki Hadjar Dewantara.

Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan pada dasarnya adalah pembangunan karakter, di mana budi pekerti, watak, atau karakter merupakan bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak yang menimbulkan tenaga. Keberhasilan pendidikan diukur oleh kemampuan individu untuk menguasai diri sendiri dan berdiri sebagai manusia merdeka. Profil Pelajar Pancasila memiliki enam kompetensi yang membentuk dimensi kunci, yaitu beriman, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong-royong, dan berkebinekaan global. Keenam dimensi tersebut saling berkaitan dan perlu tumbuh bersama-sama, menunjukkan bahwa pendidikan harus fokus pada pengembangan seluruh dimensi tersebut secara bersamaan. Karakter Pancasila diharapkan berkembang seperti spiral, memerlukan peran pendidikan sejak usia dini hingga usia dewasa, bahkan sepanjang hidup individu. Implementasi P3 (Profil Pelajar Pancasila) dalam ekosistem kelas di SD Muhammadiyah Nitikan Yogyakarta:

  • Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia. Dimensi ini mencerminkan nilai religius yang telah diterapkan dalam Penguatan Pendidikan Karakter, yang melibatkan hubungan individu dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta. Pelajar Indonesia meyakini keberadaan Tuhan, menghayati cinta kasih, dan bertanggung jawab terhadap Tuhan. Mereka juga berakhlak mulia, menjaga integritas dan merawat diri baik secara fisik, mental, maupun spiritual, serta mempraktikkan persamaan di atas perbedaan dan menghargai keragaman. Peserta didik melakukan pembiasaan melaksanakan sholat dhuha dan dzuhur secara berjamaah serta mengaji. Pembiasaan Sholat Jum'at berjamaah di Masjid dan kegiatan keputrian setiap hari Jum'at yang dilaksankan oleh seluruh peserta didik kelas 1-6. Pembiasaan jumat berkah yaitu berdonasi untuk memberikan bantuan kepada kalangan yang kurang mampu. Kegiatan Manasik haji setiap 1 tahun sekali untuk peserta didik kelas 6. Guru membimbing peserta didik untuk pembiasaan melakukan do'a sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran di kelas. Menyapa dan menghormati guru saat bertemu serta bertegur sapa kepada teman sejawat untuk menumbuhkan karakter berprilaku baik dan rasa toleransi kepada sesame dengan menunjukan sikap saling menghormati antara suku dan ras kepada seluruh warga sekolah.
  • Berkebinekaan Global. Keberagaman Global menjadi bagian dari identitas Indonesia, dengan pelajar Indonesia menyadari dan mengakui keragaman etnis, suku, bahasa, agama, dan kelompok sosial lainnya. Mereka menanamkan nilai kebinekaan, mengaplikasikannya dalam sikap saling menghormati, dan menghargai perspektif orang lain. Kebinekaan dalam konteks ini mencakup pengetahuan dan keterampilan pelajar terkait identitas diri, kelompok, budaya, di lingkungan lokal dan global yang majemuk. Pendidikan kebinekaan global membentuk rasa bangga, pemahaman terhadap keberagaman, identitas nasional, semangat kebangsaan, persatuan, dan patriotisme. Kegiatan pagi afektif, dimana setiap pagi guru dan piket peserta didik akan berbaris di depan gerbang dan kelas untuk menyambut peserta didik dengan membiasakan perilaku 5S (Salam, Sapa, Sopan, Santum, Senyum). Pembiasaan mendengarkan lagu-lagu nasional dan daerah setiap pagi pada hari senin dan selasa. Guru menerapkan pembelajaran yang bermuatan budaya dan seni bangsa Indonesia saat melaksanakan kegiatan pembelajaran, terutama budaya local sesuai dengan daerah sekolah berada.
  • Gotong Royong. Gotong Royong menjadi kemampuan pelajar Indonesia untuk bekerja bersama secara sukarela, didasari oleh sifat adil, hormat, keandalan, tanggung jawab, peduli, welas asih, dan kemurahan hati. Kemampuan ini terkait dengan asas demokrasi Pancasila. Pelajar Indonesia berkolaborasi dengan sesama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, menyadari bahwa keberhasilan dirinya bergantung pada peran orang lain. Gotong royong menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dan keinginan untuk berbagi demi meningkatkan kualitas hidup. Melaksanakan piket bersama dan kerja bakti di sekolah. Setiap pagi peserta didik yang mendapat jadwal piket kelas datang lebih awal. Mereka bersama-sama membersihkan kelas dan halaman di depan kelasnya. Kemudian guru dalam kegiatan pembelajaran menerapkan metode diskusi dan kelompok.
  • Mandiri. Pelajar Indonesia diharapkan menjadi individu mandiri, memiliki inisiatif dalam pengembangan diri dan prestasinya. Mereka mengenali kekuatan dan keterbatasan diri, menetapkan tujuan realistis, menyusun rencana strategis, gigih dalam mencapainya, dan bertanggung jawab atas proses serta hasilnya. Kemandirian pelajar Indonesia melibatkan evaluasi diri dan komitmen untuk terus berkembang, dapat beradaptasi dengan perubahan dan perkembangan di tingkat lokal dan global. Membiasakan ungkapan maaf, tolong, dan terima kasih, menjaga kebersihan dan kerapian kelas dengan penuh tanggung jawab, datang ke sekolah tepat waktu, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas sekolah. Pembiasaan cuci tangan dan berdoa sebelum memulai pembelajaran dan makan siang bersama yang dipimpin oleh salah satu peserta didik.
  • Bernalar Kritis. Bernalar Kritis menjadi kualitas yang dimiliki oleh pelajar Indonesia dalam menghadapi tantangan, terutama di abad ke-21. Mereka berpikir secara adil, membuat keputusan tepat dengan mempertimbangkan data dan fakta yang mendukung. Pelajar yang bernalar kritis mampu mengolah informasi secara objektif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan. Mereka juga memiliki kemampuan literasi, numerasi, dan pemanfaatan teknologi informasi. Dalam proses pembelajaran guru selalu memberikan persoalan masalah kepada peserta didik melalui pertanyaan-pertanyaan untuk melatih bernalar kritis dalam mengemukakan ide-ide dan gagasan pada materi pembelajaran.
  • Kreatif. Pelajar Indonesia diharapkan memiliki kreativitas, mampu menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, dan berdampak. Kreativitas mencakup modifikasi dan kreasi yang dapat memberikan manfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain serta lingkungan. Pelajar kreatif memiliki kemampuan berpikir kreatif, menghasilkan gagasan baru, mencoba alternatif pilihan, mengevaluasi dengan menggunakan imajinasi, dan memiliki keluwesan berpikir. Keluarga, guru, dan sekolah berperan penting dalam mendorong dan mengembangkan kreativitas pelajar, membantu mereka menjadi pribadi yang kreatif untuk menghadapi berbagai tantangan di dunia yang terus berubah. Dalam beberapa muatan pelajaran, biasanya pembelajaran dilakukan dengan praktikpraktik pembuatan karya, seperti membuat kolase, bunga, dan sebagainya untuk mengembangkan kreatifitas peserta didik.

Referensi

Hasbi, H., Muliyadi, A., Mustari, M., & Ilyas, G. B. (2021). Pengaruhkompetensi Pedagogik, Disiplin Kerja, Dan Kondisilingkungan Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sma Negeri 1soppeng. Bata Ilyas Educational Management Review, 1(1).

Irawati, D., Iqbal, A. M., Hasanah, A., & Arifin, B. S. (2022). Profil pelajarPancasila sebagai upaya mewujudkan karakter bangsa. Edumaspul: JurnalPendidikan, 6(1), 1224-1238.

Mardhiyah, R. H., Aldriani, S. N. F., Chitta, F., & Zulfikar, M. R. (2021).Pentingnya keterampilan belajar di abad 21 sebagai tuntutan dalampengembangan sumber daya manusia. Lectura: Jurnal Pendidikan, 12(1),29-40.

Susilawati, E., Sarifudin, S., & Muslim, S. (2021). Internalisasi Nilai PancasilaDalam Pembelajaran Melalui Penerapan Profil Pelajar PancasilaBerbantuan Platform Merdeka Mengajar. Jurnal Teknodik, 155-167.

Zulkhi, M. D., Tiwandani, N. A., Siregar, I. H., & Saputri, L. (2023). Perwujudan Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dalam Pembelajaran Abad 21 malalui Penerapan Profil Pelajar Pancasila. Journal on Teacher Education, 4(3), 161-171

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun