Mohon tunggu...
Endah Rieanty
Endah Rieanty Mohon Tunggu... -

Accounting Student {} Profesional Dreamer {}

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jatuh Cinta Diam-diam

14 Februari 2014   00:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:51 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“...Akulah orang yang kan selalu mengawasimu

Menikmati indahmu dari sisi gelapmu

Dan biarkan aku jadi pemuja rahasiamu

Jangan pernah hiraukan perasaan hatiku

Tenanglah – tenang pujaan hatiku sayang

Aku takkan sampai hati bila menyentuhmu

Mungkin kau takkan pernah tau, betapa mudahnya kau untuk dikagumi

Mungkin kau takkan pernah sadar, betapa mudahnya kau untuk dicintai...”

Kala itu, hujan mengguyur lebat daerah kost-an ku, dengan ditemani lagu pemuja rahasia by sheila on 7  yang melantun merdu di kamarku. Disaat itu juga, aku membuka laptop dan online facebook mencari teman yang asik untuk diajak ngobrol.  Hatiku berdegup kencang, ketika nama yang kucari saat itu sedang on yang ditandai dengan buletan warna hijau dengan nama Doni H.

“Bang...” jariku mengawali chat

“ya, num?” jawabnya ketus. “num” adalah Numita temen sekelasnya yang katanya punya wajah mirip persis sama aku. Jadi dia selalu manggil aku dengan sebutan “num”.

“ajarin kalkulus dong..minggu besok UTS nih..” jawabku

“yah..gw sibuk nih, banyak kerjaan ”jawabnya lagi . Disaat bersamaan pupus sudah harapanku  untuk bisa ketemu senior yang satu ini.

“hmmm..”jawabku

“sms aja ya”jawabnya lagi

“no hp nya mana bang?”jawabku

“0853xxxxxx06”ketiknya. Hooraayyy jeritku dalam hati...akhirnya sekian lama, aku bisa dapet no hape nya. Yeyeye ..lalala..

“Okay, makasih ya bang” kataku.

*end chat*

Masuk akal, kalo dia sibuk kan udah semester tujuh jadi udah sibuk buat nyiapin skripsi. Kala itu aku masih duduk di semester tiga, jujur lagi susah-susahnya matakuliah.  Lagi hobinya juga nanya sama anak semester atas tentang matakuliah. Hmm..tapi kalo sama senior yang satu ini, pasti ngobrolnya tentang kuliah terus.

Berawal dari ospek jurusan, kak doni jadi ketua komisi disiplin (komdis, yang kerjaanya suka marahin para maba). Ketika yang lain mencaci maki dirinya karena galak, sombong, arogan dan suka menghukum.. justru aku sebaliknya, entah mengapa...menurutku tersirat kharisma tersendiri yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, sungguh. Ada hal yang berbeda darinya. Ada sesuatu yang tak bisa terucapkan tentangnya.  Hal ini pula lah yang kusimpan baik-baik di lubuk hatiku dan diotakku untuk jangan diceritakan kepada siapapun, karena aku yakin..mereka tidak bisa melihat, apa yang aku lihat pada dirinya.

2 tahun kemudian. . .

Kudengar kabarnya kini ia sudah tak menjalin hubungan lagi dengan kekasihnya. Lega..rasanya, senang tapi bimbang juga. Selama 2 tahun ini lah kami tak berkomunikasi dan aku cuek tentangnya, yang ku tau juga dirinya sudah bekerja di sebuah perusahaan yang bonafit. Syukurlah..

Awal masuk kuliah semester tujuh, entah darimana percakapan aku dan teman-teman berawal.. tiba-tiba ada temanku yang nyeletuk

“eh..tau nggak, sekarang kak doni kerja di perusahaan bonafit”kata Rani temanku

“wihh..kereen..” jawab Dian

“pantes lah..dia kan pinter banget” jawab Anis

Aku hanya bisa diam terbisu, entah mengapa..setiap ada yang menyebut namanya hati ini sakit..sungguh aku tak rela teman-temanku membicarakannya. Girls, stop please jeritku dalam hati. Dulu mencaci maki, sekarang memujinya hingga ke langit tujuh bidadari. Sebelum mereka tau tentangnya, aku sudah mengetahuinya terlebih dahulu.

Setiap membicarakan senior aku hanya berharap, jangan sebut nama kak Doni. Setiap disebut namanya hatiku bergetar, irama jantung memompa darah meningkat, tapi mulutku terkunci dan otakku bekerja lebih cepat untuk mencari ide mengakhiri obrolan. Rasanya sungguh tidak rela ada yang menyebut namanya.

Esoknya, lagi-lagi aku mulai men-stalking akun facebook dan twitternya. Kini Ia menjadi orang super sibuk dan super pinter. Kuberanikan diri untuk mulai chat lagi saat dia online setelah 2 tahun lamanya tanpa komunikasi sama sekali.

“Kak Doni”sapaku

“ya, Indah? Udah skripsi belum?” katanya

“typing text message” huaaaa aku jingkrak jingkrak luar biasa, akhirnya dia tau namaku, setelah kenal dari semester satu  ini untuk pertama kalinya dia manggil nama asliku.

“ini lagi mau ngajuin proposal kak.. cie kak Doni udah kerja aja nih ”jawabku girang

“tentang apa skripsinya? Iya alhamdulillah, nanti kamu harus dapet kerjaan yg lebih bagus dari ini ya”jawabnya

Hmm..selalu saja dia menceramahiku, harus bisa lebih baik darinya. Yaampun..dia manggil aku “kamu”. Yess !!

Iya kak, pasti.. doain ya kak “jawabku melas

Iya pasti didoain, jangan lupa minta doa mama” ketiknya

Begitulah obrolan kami berlanjut hingga tengah malam, aku berusaha untuk  tetap stay cool dan tidak terlihat terlalu bodoh. Mencoba menjawab sebisanya tentang pertanyaan seputar kuliah meski dengan bantuan google.

Siang harinya, bunda menelponku dan bercerita tentang teman SD ku yang kini sudah banyak memiliki momongan. Sebenarnya bunda menanyakan aku sudah punya pacar atau belum, tapi malah terkesan berbelit-belit.  Hingga akhirnya aku berbicara “ya sudah bunda, kalo gitu mbok ya jodohin saya saja” kataku bercanda. Terdengar tawa renyah suara bunda dari seberang telpon yang kemudian ditutup.

Meski terkesan bercanda tapi terselip doa. Iyaa bunda, jodohin aku sama kak Doni bunda..jodohin aku sama ka Doni... jeritku dalam hati. Bundaa.. jodohin aku sama kak Doni..  aku belum ada niatan cerita tentang kak Doni kepada bunda, niatnya setelah selesai skripsi akan aku ceritakan semuanya kepada bunda.

Belajar dari kisah cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra saling mencintai tapi saling tidak mengetahui dan cinta tak selamanya harus diungkapkan karena jodoh tidak akan pernah tertukar. Berprinsip keyakinan bahwa yang baik akan mendapatkan yang baik, yang buruk akan mendapatkan yang buruk bahwa jodoh adalah cerminan diri kita. Aku sadar, aku terus akan memperbaiki diri agar pantas bersanding dengan dirinya, supaya bumi dan langit berjodoh dengan perbedaan yang tidak terlalu jauh. Sabarlah sayang, kini aku sedang sibuk menata diriku agar aku pantas bersamamu kelak. Beginilah caraku melakukanmu, apakah ini cinta ? aku jatuh cinta diam-diam kepadamu tak ada satupun manusia yang mengetahuinya  dan diam-diam pula caraku memperbaiki diri agar pantas bersamamu. Bersabarlah sayang. . .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun