Mohon tunggu...
Endah Lestariati
Endah Lestariati Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang banci kolam [renang] yang sedang butuh vitamin K; Kamuuuuuuuuuu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Amazing Spiderman 2, Cerita Tentang Harapan yang Membuat Manusia Meneruskan Hidup

6 Mei 2014   22:16 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:47 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami masuk biskop ketika spiderman exist-able di jalanan mengejar penjahat dengan backsound raungan sirine polisi. Aturan sih sudah masuk setidaknya lima menit sebelumnya, tapi karna Apris, temen saya, terlanjur beli minum di supermarket dua lantai di bawah XXI dan mesti ngantri di belakang ibu-ibu muda yang belanjaannya segambreng (mana si ibu pake acara ngecek harga satu-satu barangnya di mas kasir, trus beberapa dicancel pulak, dia juga bawa anak yang mbethik soro, sama sekali ndak melarang ketika si anak membuka satu-satu kemasan hand sanitizer yang dipajang berjajar deket kasir, lalu dipakai begitu saja dengan santainya. Very bad habit, don't try dis at home, yah, pemirsa?!). And so, kami bertiga kudu ikhlas ketinggalan film beberapa kejapan mata.

Ternyata, si mas superhero (maaf tetiba mesti loncat dari mas kasir ke mas spidey) sedang sambil lalu kejar-kejaran dengan penjahat karena dalam perjalanan menuju acara wisuda angkatannya, termasuk Gwen Stacy (diperankan oleh Emma Stone) sebagai wisuda-ers yang ditunjuk berpidato. Adegan pun bergulir dengan lucunya ketika Peter Parker sampai di acara setelah adegan baku tembak di jalanan. Iya, Spiderman versi Andrew Garfield ini masih tetap gokil, tetep humanis semacem nggak kebal virus flu, nggak perlu jaim kalo kudu bersin depan kasir supermarket (ini tokoh kasirnya beda sama yang saya ceritain di awal loh ya?), tetep butuh bantuan orang-orang di sekitarnya sesuper apapun dia, tetep demen mainan gadget, hobi jahilin orang dan tetep kesambet musim galau berkepanjangan. Seblas dua blas lah sama kita-kita. Peter Parker galau karna terngiang-ngiang pesan bapaknya Gwen yang menghantui. Intinya sih pesan terakhir Mr Stacy dulu nggak ngebolehin Peter cinta-cintaan sama si Gwen karna kadung kejobdesk jadi superhero. Sepanjang film deramanya cuman seputaran main talak satu, dua, tiga tapi naga-naganya ogah putus. Ngomong bubaran di mulut, tapi masnya masih kepoin mbak cantiknya muluk. Emang udah dari sononya kalo cinta deritanya tiada akhir, yes? Ah sayangnya anak-anak kecil masih banyak dibiarkan ikut menonton film ini, padahal serentetan adegan kissing bergiliran macem kereta api bikin saya sendiri nggak tega buat nggak tutup mata *macak sok unyu*

[caption id="attachment_306261" align="aligncenter" width="590" caption="salah satu scene yang membuat saya terbahak, tiba-tiba saja dia sudah berakting ala petugas dinas pemadam kebakaran"]

1399363960999508725
1399363960999508725
[/caption]

Kegalauan Peter Parker kerasa nggak yes banget apalagi kalau dicompare dengan alter ego ke-spiderman-annya. Cara pelampiasannya bikin saya keinget kegalauan penyair ala Juple di film 5cm yang "galau Dinda" nulis-nulis di dinding kamar. Nggak melulu tentang cinta yang dipikir sampai nggrantes, tapi juga teka-teki menghilangnya Mr & Mrs Parker, tentang alasan kedua orang tua Peter meninggalkannya dahulu. Dari sinilah cerita menjadi menarik, proses terkuaknya mirip dengan pemecahan kode-kode penemuan harta karun. Pemirsa pun menjadi paham kenapa Peter Parker, satu-satunya manusia yang menjadi spiderman setelah tergigit oleh laba-laba mutan, dan kenapa Harry Osborn justru menjelma menjadi green goblin ketika disuntikkan darah laba-laba mutan yang sama.

Musuh Spiderman di episode ini tentu saja si Monster Electro yang sebelumnya adalah orang biasa, lebih banyak diabaikan oleh lingkungan, agak freak dan seorang fans berat mas spidey tingkat provinsi bernama Max Dillon. Ia adalah staff ME di perusahaan Oscorp, mengalami kecelakaan kerja dan menyatu dengan sekumpulan belut listrik raksasa yang sedang dikembangkan untuk penelitian. Sesuai dengan namanya, kekuatannya tentu saja seputar bidang setrum-setruman. Adegan duelnya ndak perlu diragukan lah, pokoknya penuh animasi keren terbang-terbang gelantungan dan backsound suara ala robot si max yang membahana. Tapi kalau buat saya pribadi scene favorite tetap bokeh-bokeh cahaya senja yang berpendar sempurna di hamparan sungai dengan siluet hitam Andrew Garfield tepat di tengah frame kamera.Cuantik!

Harry Osborn selalu muncul sebagai tokoh protagonis sekaligus antagonis, teman lama Peter Parker yang menyenangkan sesaat kemudian berubah menjadi jahat karena desakan sakit bawaan genetis yang dideritanya, memaksa egonya menjadi dominan untuk mempertahankan hidup dengan cara-cara yang tidak adil, termasuk memanfaatkan kekuatan si monster elektro.

[caption id="attachment_306263" align="aligncenter" width="408" caption="spidey and humanism"]

13993640961934974818
13993640961934974818
[/caption]

Yang seru lagi, bagaimana melumpuhkan si monster elektro, Marc Webb tetap menjabarkannya di hadapan pemirsa mengenai analogi yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, kerjasama antara otak pandai Peter Parker dan brilliannya Gwen Stacy. Science Freak yang keeewwwlll.. abis! Meskipun setelah ini justru membawa cerita menjadi semakin suram untuk kegalauan Peter Parker karena harus kehilangan Gwen Stacy, mengimbas kepada masyarakat yang kehilangan tokoh superheronya juga karena Spidey jadi ogah-ogahan buat narik. Yee kalik spiderman itu tukang ojek. Syukurnya saya ndak perlu turun tangan untuk mengajarkan woles kepada mas spidey karna dia berhasil keluar sendiri dari segala kemelut itu. Terinspirasi oleh pidato Gwen Stacy yang dibacakan ketika kelulusan mereka, ia pun perlahan bangkit, belajar segala sesuatu tentang harapan yang membuatnya terus hidup. Yes, finally he's back! Hey, jangan buru-buru beranjak dari kursi biskop sampai credit title-nya habis yaa..!

**all image semena-mena hasil gugling

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun