Aku sedang senang memandang wajahmu yang cemerlang bagai orang gila yang mendapati kesadaran yang paling cantik dalam wajah yang paling rindang
di kedai kopi, kita memesan dua variasi
kau memilih kopi latte, karena menurutmu kopi latte melahirkan ide ide dari rahim langit sore
Aku memesan capucino, karena aku masih mencintai pahit yang paling usang dan panas yang paling kuno.
lalu pelayan mencatat apa yang kita pesan, mencatat dengan jari yang liat dan tatapan yang tajam
bulan yang setengah pualam menyambut langit malam yang datang di bangku ketiga
ia memanggil pelayan, ingin memesan kopi juga. ingin merasakan bagaimana rasanya terjaga dengan sepasang orang yang ia cinta.
saya mau kopi apa ya? katanya bertanya entah kepada siapa
Aku mau kopi yang paling tepat, yang membuat malam-malam q menetap. kira-kira dari kriteria yang q gambarkan, kopi apa yang kira kira bisa membuat mata q gelagapan?mata q
berkeliaran?.
pelayan itu dengan lancang menampar wajahmu, memaksamu menjatuhkan bulir air mata yang paling biru.