الصرف أم العلوم والنحو أبوها
"Shorof adalah Ibunya segala ilmu dan nahwu adalah bapaknya."
Begitulah kiranya ungkapan ahli nuhat (orang yang ahli dalam ilmu nahwu). Sebelum membahas tentang korelasi antara ilmu shorof dan ilmu nahwu dalam bahasa Arab, baiknya kita mengetahui definisi masing-masing.
Shorof adalah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk kata, mulai kata kerja masa lampau, sekarang, masdar, isim fail, isim maf'ul, fi'il amr, isim alat, isim zaman, isim makan/tempat, fi'il madhi majhul dan fi'il mudhoril majhul. Istilah lain ilmu shorof dalam kajian cabang ilmu bahasa adalah morfologi.
Sedangkan ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari isim atau kata benda atatu kata sifat mulai dari bentuk mufrod, mutsanna, jamak, mudhof-mudhofun ilaih, mubtadak-khobar, nakiroh-ma'rifat dan lain-lain. Istilah lain ilmu shorof dalam kajian cabang ilmu bahasa adalah sintaksis.
Selanjutnya mengapa kedua ilmu itu harus berjalan beriringan ?
Bahasa arab memiliki empat keterampilan berbahasa (maharah lughowiyah), yaitu al istima' (mendengarkan), al kalam (berbicara), al qira'ah (membaca), dan al kitabah (menulis). Sebanyak apapun mufrodat yang dikuasai, jika nahwu shorofnya nihil maka tidak akan bisa menghasilkan keterampilan secara sempurna.
Contoh : مَنْ يَزْرَعْ يَحْصُدْ
" Barang siapa yang menanam maka akan menuai"
Dalam keterampilan menulis jika tidak menguasai ilmu shorof maka terjadilah kerancuan dalam pemahaman pembaca. Contoh kalimat -- bentuk kalimat sekilas tampak sama karena dicetak dari huruf yang sama. Mengenai arti, jelas berbeda adalah fi'il madhi yang artinya telah menuai, sedangkan adalah fi'il mudhori' yang artinya akan menuai. Pun demikan, jika tidak menguasai ilmu nahwu, maka tidak akan tahu kedudukan subjek, objek ataupun sifat dalam suatu kalimat terjadilah penyimpangan pemahaman pembaca dari maksud si penulis. Sedangkan yang dikehendaki penulis ialah sampainya pesan dari sebuah pemikiran atau tulisannnya.