Kalau prosedurnya seperti itu dimana letak kesalahannya bila kemudian terjadi bansosnya salah sasaran? Tentu berada di pihak yang melalukan up date data. Untuk kesalahan ini, tentu tidak serta merta diklaim kepada orang per seorang. Karena tidak ada kesalahan yang dilakukan seseorang kecuali ada argumen dibalik itu bukan?Â
Banyuwangi adalah contoh daerah yang bebas dari huru hara ini, menurut metrotv. Dalam wawancara melalui telepon, Bapak Azwar Anas mengulas tentang penyebab ketidakvalidan data ini sampai ke pusat.Â
Salah satu di antaranya adalah SDM. Kegiatan Up date data dilakukan secara online. Hal ini membutuhkan kemampuan petugas dalam mengintegrasikan teknologi dalam tugasnya.Â
Apabila petugasnya gaptek, misalnya, maka tugasnya akan terhambat. Karena gaptek, mungkin kejar deadline, kerjanya pun serampangan. Tidak sempat up date data ke bawah. Akhirnya data lama diunggah lagi.Â
Dalam hal ini bupati Azwar Anas melakukan tindakan yang sangat cerdas menurut saya. Beliau mewajibkan untuk mengumumkan warga-warga penerima bantuan di tempat-tempat umum yang strategis seperti balai desa, masjid dan gereja.Â
Dengan demikian setiap warga dapat membaca dan mengkritisi bila ada bantuan yang salah sasaran. Pengawasan dari masyarakat tentu lebih akurat. Bupati Azwar Anas mengakui bahwa pekerjaan mengurusi bansos ini memang sangat berat terutama bansos sebagai dampak pandemi ini.Â
Saya setuju dengan Pak Bupati. Pandemi ini menyasar semua orang, tak terkecuali. Beban semakin berat dirasakan oleh semua orang apapun profesinya.Â
Stres meningkatkan menyerang semua orang tanpa kecuali. Orang tidak lagi berpikir rasional. Kalau ada yang bisa disalahkan ya salahkan saja. Kalau ada yang bisa dibully ya dibully saja. Maka banjirlah status bullying di mana-mana.Â
Pembelajaran daring yang tidak optimal menjadi bahan untuk mempertanyakan kualitas guru. Karena belajar dari rumah, ada istilah guru makan gaji buta.Â
Guru memberi tugas dikatakan guru kemaruk. Wacana gaji PNS dipotong heboh. THR jadi cair Heboh. Semua hal menjadi kehebohan di sini. Orang tidak lagi berpikir rasional. Asal tidak cocok hantam.Â
Memang benar wabah pandemi ini adalah ujian. Menguji kesabaran, iya. Menguji kepedulian, iya. Menguji kepekaan sosial, iya. Menguji kecerdasan, iya juga. Intinya menguji kualitas manusia.  Tuhan menguji keimanan seseorang diantaranya  dengan harta,  keturunan dan  kesehatan.Â