Ancaman Covid-19 Vs Kinerja Guru
Oleh: ENCON RAHMAN
Ancaman Covid-19 di Indonesia belum berakhir. Ada sejumlah daerah yang mengalami peningkatan kasus baru. Berdasarkan data yang dilansir Radar Cirebon (11/10/2020), jumlah kasus baru 1.240 orang, total kasus positif 34.316 orang, total pasien dirawat 20.228 orang, total pasien sembuh 12.129 orang, total pasien meninggal 1.959 orang, total PDP masih diawasi 14.242 orang, dan total ODP masih dipantau  43.945 orang.
Dengan mencermati data di atas, dapat dikatakan protokol kesehatan tetap harus dilakukan. Tujuannya agar jangan terjadi gelombang kedua. Terlebih, pada saat era normal baru diberlakukan. Sejalan dengan era normal baru tersebut, eksistensi guru menjadi perbincangan publik. Salah satu indiktor yang menjadi sorotan adalah kinerja guru di era pandemi covid-19.
Mengapa kinerja guru menjadi sorotan publik?
Sebagaimana kita ketahui, kinerja guru sangat beririsan dengan mutu pendidikan. Disinyalir bahwa mutu pendidikan tidak akan terlepas dari mekanisme kinerja guru.Â
Sebagaiman diungkapkan Hadari Nawawi (1996) kinerja merupakan prestasi seseorang dalam suatu bidang atau keahlian tertentu dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya yang didelegasikan dari atasan dengan efektif dan efesien.
Kinerja guru merupakan perilaku yang dihasilkan  seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar sesuai standar dan kriteria yang telah ditetapkan untuk pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, kinerja guru merupakan ujung tombak berhasil tidaknya mutu pendidikan di negeri ini.
Dengan merebaknya pandemi Covid-19 yang menyita perhatian semua pihak, maka eksistensi kinerja guru pun mengalami degradasi. Kinerja guru akhirnya menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi sebagaimana arahan Menteri Nadiem beberapa waktu lalu.
Ancaman Covid-19
Ancaman Covid-19 bukan saja menjadi momok masyarakat. Dunia pendidikan pun mengalami dampak serupa. Terhitung 15 Maret 2020 para siswa  terpaksa belajar di rumah hingga hari ini.Â
Perubahan budaya, ekonomi, dan stara sosial pun berubah seketika. Kepanikan, kegelisahan, kekhawatiran, dan gundah gulana menjadi "penyakit" baru sebagian besar masyarakat negeri ini. Termasuk guru.
Guru yang terbiasa mengajar dengan tatap muka di dalam kelas, tiba-tiba "dipaksa" mencari terobosan baru dalam mengajar. Kondisi ini sebenarnya  dimaksudkan agar interaksi mengajar di dalam kelas tidak menjadi lumpuh.Â
Demikian juga dengan lembaga terkait. Kemendikbud, pemda, dinas pendidikan dan sektor yang terlibat sebagai pemangku kepentingan berupaya keras mencari terobosan baru dalam proses pembelajaran di tengah ancaman covid-19.
Terobosan baru proses pembelajaran di era Covid-19, akhirnya berkiblat kepada aplikasi daring seperti google classroom, google hangout/meet, zoom, cisco webex, kahoot, dan quizzis.Â
Aplikasi ini disinyalir mampu mencairkan kebekuan pembelajaran siswa di kelas sekaligus sebagai penangkal ancaman Covid-19. Namun, apa hendak di kata aplikasi daring ini setelah diuji coba beberapa waktu lalu disinyalir tidak efektif.
Ketidakefektifan ini bukan saja disebabkan karena faktor sarana dan prasarana pembelajaran yang masih minim. Akan tetapi, kapasitas guru, demografi wilayah, dan kesiapan komponen pendidikan belum merata.Â
Fakta dilapangan menunjukkan, tidak seluruh guru melek informasi dan teknologi. Tidak seluruh siswa memiliki handphone, dan tidak seluruh wilayah memiliki jaringan internet yang baik.Â
Itulah sebabnya, aplikasi  daring ini terasa masih asing. Meskipun terasa asing, guru tetap berupaya mengoptimalkan pola pembelajaran daring tersebut.Â
Hal tersebut dilakukan agar mutu pendidikan tidak layu. Setidaknya, pembelajaran  daring ini menjadi benteng agar siswa tetap memiliki semangat belajar.
Untuk meningkatkan kapasitas dan semangat belajar siswa di rumah, Kemendikbud selanjutnya menggandeng TVRI sebagai mitra belajar siswa.Â
Namun, terobosan itu dinilai tidak efektif. Terbukti siswa tidak respon dengan gagasan pembelajaran via TVRI. Mereka lebih tertarik game, you tube, dan medsos daripada menonton TVRI. Berdasarkan gejala tersebut, maka tayangan pembelajaran di TVRI hanya seumur jagung. TVRI tidak lagi menayangkan acara sejenis.
Mencari pola pembelajaran di tengah ancaman Covid-19 memang menjadi tantang tersendiri. Terlebih bagi seorang guru. Guru dituntut menjadi pengawal pendidikan agar kualitas tetap terjaga. Dengan mengacu pada asumsi ini maka dapat dipastikan, eksistensi guru tetap menjadi garda terdepan dalam menjaga kualitas pendidikan.
Kualitas pendidikan memang bukan tanggungjawab guru semata. Namun, kehadiran guru di masa pandemi corona-19 memiliki urgensi yang tidak bisa diabaikan. Sosok guru menjadi penting dalam proses pembelajaran. Tanpa eksistensi guru pendidikan menjadi lumpuh total.
Terbukti, anak-anak tidak bisa belajar serius di rumah, tatkala tidak ada guru di sampingnya. Orang tua pun tampak kewalahan menghadapi kondisi ini. Pada umumnya, hanya sebagian kecil siswa yang tertarik untuk belajar di rumah dengan bimbingan orang tua mereka sendiri.Â
Nah, di sini kelihatan sekali jika sosok guru sangat berarti dalam proses pengembangan pendidikan anak. Oleh karena itu, menyepelekan kinerja guru merupakan tipikal buruk yang tidak beralasan.
Selanjutnya, dalam proses pembelajaran di tengah ancaman Covid-19, guru tetap berjuang keras agar intruksi kemendikbud bisa dilaksanakan dengan baik.Â
Terbukti banyak guru yang tetap melakukan kunjungan ke rumah siswa (home visit) untuk memastikan peserta didiknya tetap belajar sesuai dengan tuntunan kalender pendidikan.
Kinerja guru di tengah ancaman Covid-19 memang dipertaruhkan. Bagaimana tidak, dunia pendidikan merupakan sentral utama dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa kehadiran guru, maka sebuah keniscayaan dunia pendidikan akan berkualitas.
Catatan Akhir
Covid-19 pada dasarnya bukan satu-satunya ancaman terberat bagi guru pada saat ini. Masih banyak tantangan lain yang harus dihadapi guru. Kasus kenakalan remaja, tawuran, aborsi, dan degradasi moral menjadi problematika tersendiri dalam dunia pendidikan kita.Â
Oleh karena itu, guru diharapkan mampu menyikapi persolaan ini dengan lapang dada. Perubahan kondisi zaman yang semakin menantang harus menjadi bagian pemikiran guru dalam meningkatkan kreativitas sebagai guru profesional. Dengan pijakan demikian, maka ancaman Covid-19 akan dihadapi guru dengan kinerja  yang optimal. (*)
*Penulis adalah guru berprestasi juara I tingkat nasional dan guru penerima penghargaan internasional dari PMCA.
Tulisan di atas merupakan contoh naskah artikel untuk media cetak lokal. Semoga bermanfaat.
 Majalengka, 21 April 2022
Tulisan ke-25 dari 1000 tulisan yang akan disajikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H