Mohon tunggu...
Reca Ence AR
Reca Ence AR Mohon Tunggu... wiraswasta -

1964 Lahir di Sukabumi, Jawa Barat. Salam kompasiana ...salam bahagia dan tetap bersahaja\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sedikit... Cukup, Banyak... Sisa

20 September 2010   15:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:06 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

(Pesan dibalik Perjalanan) . "Payaaaaaah……..harga sembako pada naik terus. Kapan turunnya yah ?

“Kenapa bu ?"

“Pusiiiing ….!!!”

“Koq pusing sih ?”

“Ayah kayak ga pernah denger berita aja, gimana sih wakil rakyat, janjinya maniiiis, eh …. Hasilnya pahit ….., janjimu palsu !” Hasanah makin cemberut saja ngedumel, sambil membereskan belanjaannya kedalam lemari pendingin.

“Oh …. Janji ayah palsu yah ?” Ramadhan melirik sambil tersenyum.

“Bukan Yah …… itu tuh yang pernah koar-koar mau mensejahterakan rakyatlah, menurunkan harga lah, dan segudang lagi ‘lah’ …….”

“Ssssssst ……..ga boleh begitu ah !”

“Emang kenyataan koq “

“Kalau kedengaran yg ‘merasa’, kan jadi gak enak, bu “

“Biarin aja !!! ….biar denger sekalian”

“Kalau ngomongnya di depan gedung DPR mungkin mereka denger, lah …. Disini … Cuma ayah doang , paling ‘banter’ sama si mba….”

“Memang harusnya kita demo besar-besaran ……minta ke pemerintah biar harga kebutuhan pokok diturunkan “

“Bu….ibu …… apak gak pernah lihat di tv banyak juga yang demo seperti itu, mana hasinya ?, tapi boleh-boleh aja sih kalau mau demo””

“Terus ……gimana dong solusinya…?”

“Bu … kenaikan harga itu merupakan hukum ekonomi, hukum dagang. Semakin langka barang , akan semakin mahal, penunjang sarana barang naik, barang itupun akan ikut naik, dan banyak lagi hal-hal yang menyebabkan harga jadi naik “

“Itu mah bukan solusi atuh Ayah …!!”

“Sebentar dulu …., belum selesai…”

“Ya terus…..”

“Nah sekarang ada pertanyaan,…… kenapa barang-barang itu terasa menjadi mahal oleh kita…?

“Ya… seperti yang ayah katakana tadi !!

“Bukan…”

“Jadi..???”

“Karena duit untuk belanjanya kurang …., duitnya ga ada, kalau duitnya mencukupi atau berlebih, tidak akan ada kata mahal..”

Hasanah terdiam seolah merenungkan apa yang dikatakan suaminya .

“Jadi…????”

“Yaa… kita harus berusaha untuk mempunyai uang sebanyak-banyaknya..”

“Dengan cara ???”

Berdo’a dan berusaha, berpikir dan berikhtiar, berdo’alah agar dimudahkan dalam usaha, berikhtiarlah terus jangan pernah mengeluh, nah kalau mau bilang sama yang namanya wakil rakyat, bilanglah minta digampangkan dalam mendapatkan uang, kalau uangnya mudah didapat, mau barang-barang harganya seberapapun, gak akan jadi masalah …”

“Terus gimana dong sekarang…?”

“Nah tugas ibu sekarang,……. Berdo’a terus agar usaha kita lancar, sebelum itu terjadi, pandai-pandailah menghemat dan memohon keberkahannya dari apa yang telah kita dapat, biar menjadi manfaat untuk kita “

“Maksudnya berkah ??”

Berkah itu kalau dalam bahasa sunda “saeutik mahi, loba nyesa” (Sedikit cukup, kalau banyak, sisa), kalau kita biasa makan sepiring kenyang, sekarang sepiring bertiga tapi tetap kenyang, nah itulah berkah “

"Terus,.... ikuti dengan sabar dan syukur ......."

Hasanah terdiam ……..hatinya seperti diselimuti embun

…………….

Yaa Rahman …. Berilah kami kemudahan dalam menjemput rizki yang telah Engkau siapkan, dan berkahilah ………kabulkanlah yaa Rabb ………., amiin……

…….

..

“Rumah Sahaja”

EAR 20910 Ciputat -Tangerang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun