Angin berhembus merebak lembaran-lembaran daun berkerumun, gemerisik suaranya berbisik menyampaikan lirik-lirik hati yang terusik, lirih, pelan, memapah hati semakin menyusup ke keharuan
“Yaaah …, aku harus tetap melangkah melanglang batas jiwa yang selalu terpana pesonamu…., terlalu muluk bila aku berdiam di keramaian cintanya, berharap bintang dipinang rembulan..”
Mahisa tertegun sejenak di unduk batu pertengahan bukit, cakwawala biru bertabur kelabu awan,menyembunyikan lembayung yg seharusnya tersenyum, masih terngiang wejanganindah peneguh hati dari Aki (kakek.pen) yang tak kuasa menahan bunga yang meminjam sayap merpati tuk terbang
“Nyai….. Kehidupan silih berganti, ketika berada dalam cerah pagi, kita hanya berusaha dan berdoa semoga malam tidak terlalu cepat mengganti, yang tangguh bukan berarti tidak pernah rapuh, namun dia yang tangguh, tidak mau berlama-lama dalam keluh….”
Ohh…apakah aku rapuh karena menikmati genangan keluh, atau tangguh karena mencoba memberi apa yg tercinta ingini, walau dalam hati ada perih.
Masih terngiangjuga ketika manini (nenek.pen) menambah sejumput strategi hati agar tak menayangkan goresan bilah belati
“Nyai….ketka kepedihanmerambah rasa, jangan liukkan tarian cemburu di tatap matanya, hanya akan menjadikannya bangga masih menjadipenguasa cintamu, jangan…jangan….lakukan itu, berlalulah di batas pandangnya dengan segurat senyum terbentang, keluarkankekuatan hati seolah dia bukan yangterpenting di relung jiwamu, Percayalah ….. kerajaan langit telah mempersiapkan sesuatu yang terbaik untuk yang selaluyakin akan Kekuasaan-Nya…..”
“Nyai…. Keyakinan diri adalah kekuatan yang maha dahsyat, pengembara tangguh penembus liku pelaku rapuh…”
Mahisa terhenyak, kekuatan baru menerobos gejolak, menerjang keluh yang telah lama membunuh keyakinan nya. Dukumpulkannya kembali kekuatan-kekuatan jiwa yang berserak , dipahatkan dalam satu ruang peneguh harap.
Dia tinggalkan lembah yg akan jadi kembaranya, dia lewati kembali gapura yang masih penuh aromacinta, suara gending samara-samar menyusup hati, janur kuning seolah melambai meronakan asmara yg menggelora.
“Mahisa….ini yang terbaik untukmu, ikhlash dan sabarlah, kau akan bersyukur melebihiyang biasa kau syukuri..” suarayang entah dari mana
Tiba-tiba dia teringat secarik kertas yg dia simpan dan akan selalu tersimpan, dan dibukanya
…………………
Nyai…..
Dinding itu terlalu tipis
Ruangan itu hampir serupa
Langitpun digores seakan gambaran jiwa
Merayu pikiran untuk dipinang keyakinan
Ada yang mengajak gemetar tangan merengkuh untuk diyakini
Ada yang mengiyakan ragu agar berpegang padaNya
Nyai
Mata kita terbatas fitrah yang sudah tertulis
Jiwa kita dicampur kefasikan untuk menggoda taqwa yang terus dibangun
hati kita dilenakan keindahan sejati yang terus mengajak pergi ke kegelisahan diri
Nyai
Terlalu banyak bisikan meniupkan janji
Terlalu banyak rayuan memvisualisasikan akhir abadi
Terlalu banyak desahan membius keyakinan
Carilah satu saja
Dari balik hatimu, di kedalam jiwa, dalam teladan pesuruhNya, diantara Ayat-
ayatNya, pasti kau temukan ‘yang seharusnya’
.
Yang akan selalu mencintaimu
Ragawi
…………………
dilipatnya kembali, didekapkannyadiantara gemuruh dada
“Akang ….Aku harus menemukannya…” bisik hati terdalam penuh keyakinan
…………….
Semburat lembayung memecah kelabu langit, menebar kembali warna-warni keabadian hati……..
EAR Ciputat040311
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H