Mohon tunggu...
Reca Ence AR
Reca Ence AR Mohon Tunggu... wiraswasta -

1964 Lahir di Sukabumi, Jawa Barat. Salam kompasiana ...salam bahagia dan tetap bersahaja\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

AA (Asuransi Akhirat)

16 Maret 2010   10:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:23 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

(Pesan dibalik Perjalanan) “Bilang saja ibu ga ada”setengah berbisik “Sudah bu tapi katanya mau ketemu Bapak atau ibu” “Ibu sudah tahu pasti mau minta sumbangan…, bilang saja lain kali” “Baik bu ….” Bapak peminta sumbangan pun pergi setelah medengar pesan dari mbanya “Ada apa sih bu ?” Ramadhan menghampiri Istrinya sambil meneguk teh manis yang sudah tersedia “Biasa…… minta sumbangan”Hasanah sedikit ketus “Terus……… dikasih?” “Hehh…! Emangnya gampang nyari duit ?!!!” “Nah Koq gitu?” “Abis ga jelas, tinggalnya dimana, minta sumbangannya kemana. Lagian orang itu sudah rutin keliling komplek sini, untuk anak yatim lah, ponpes lah, Maulidan lah…..Cuma alasan, padahal buat kantong sendiri tuh..” “Ssssssstt …ga boleh gitu ah” “Sekarang bukan rahasia lagi, hal semacam itu sudah menjadi mata pencaharian mereka” “Jangan berprasangka seperti itu bu, kurang baik, kasih saja kenapa, mau seribu, lima ribu, atau seikhlasnya ibu lah, karena menurut hadits Rasulullah SAW …”didalam harta kita itu ada hak-hak orang lain, disamping Zakat” (HR.Tirmidzi dan Ibnu Majah) “Iya kalau ada, kalau kayak sekarang ? buat sehari-hari saja kurang” “Bu semalam ayah dengar dari pak Ustadz kalau kita itu diperintahkan untuk menafkahkan harta kita diwaktu ‘lapang’ maupun ‘sempit’ “(Qs.Ali Imran 134) “Kebiasaan Yah…. Kalau sudah dikasih sekali, pasti nanti datang-datang terus…” “Alhamdulillah…. Berarti kita ga usah nyari-nyari lagi kemana kita infaq dan sodaqoh, ibu tahu ga, siapa yang menggerakkan hati orang itu hingga sampai ke rumah kita ?, apalagi dia dari kampung lain,, Siapa yang menuntun langkah kakinya hingga sampai di rumah kita?” ..... Hasanah terdiam….. “Allah yang telah memilihnya, dan kita seharusnya berterimakasih karena telah diberikan kesempatan untuk menyalurkan hak-hak orang lain yang ada dalam harta kita, sebagai pembersih, kalau kita ga menyalurkannya semakin hari akan semakin banyak dan kalau kita tetep ‘ngeyel’ tak mau menyalurkannya suatu saat akan dipaksa sama yg berhak…” Hasanah masih terdiam…… “Kita harus membiasakan sodaqoh, kata pak Ustadz, ‘ga usah besar yang penting ikhlas dan istiqomah………, o iya ayah hampir lupa, kemarin dari mesjid Al-Ikhlas menawarkan AA” “AA?...apaan tuh ?” “Asuransi Akhirat ?” “Maksudnya ?” “Program peduli masa depan setelah kematian, artinya kita mulai mengasuransikan diri untuk kehidupan yang bahagia kelak di akhirat, dengan cara berinfak dan sodaqoh dengan menjadi donatur tetap kepada Lembaga Yatim dan Duafa, Kesejahteraan Mesjid, dan TPA di mesjid kita ini “ “Caranya ?” “Nanti dari pihak mesjid mengeluarkan buku catatan Donatur, dan kita membayarnya setiap bulan, seikhlasnya “ jelas Ramadhan “Nanti kita dikasih laporannya ga?” “Tentu, minimal pemasukan dan pengeluarannya akan tertera di papan pengumuman mesjid” “Oh …” “Disamping itu pula program ini diharapkan akan dapat menyadarkan kita minimal sebulan sekali saat menyerahkan infak dan sodaqoh, kita ingat akan kehidupan setelah mati, dan mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara” “Bagus juga…” “Selama ini kan kita Cuma mikirin dunianya saja, Asuransi Jiwa, Asuransi Kecelakaan, Asuransi sekolah anak dan yg lainnya, sementara asuransi akhirat dilupakan, padahal itulah kehidupan yang sesungguhnya” Hasanah tidak banyak bicara , seolah dia sedang merenungkan apa yang dikatakan suaminya …… Seminggu kemudian Hasanah mengambil tiga buku Donatur atas nama dirinya, suaminya dan anaknya, dan betapa bahagianya Ramadhan melihat perkembangan istrinya. “Yaa Allah….terimakasih Engkau telah berikan jalan yang lurus kepada keluarga kami…” ………. Hari demi hari berjalan dengan semangat baru dalam diri Hasanah, setiap pengajian rutin sekarang sudah dipersiapkan uang khusus untuk sodaqoh. Bulanpun terus berganti Hasanah semakin merasakan nikmatnya bersodaqoh, dia kadang tersenyum sendiri bila mengingat masa-masa ketika datang peminta sumbangan, pengamen atau peminta-minta. “Yah……” “Apa…?” “Boleh ga….?” “Ya…apa…?” “Uang kita di tabungan sekarang kan sudah lebih dari cukup…” “Memangnya kenapa…?” “Ibu ada niatan ingin memberangkatkan guru ngaji ibu” “Berangkat kemana..?” “Tanah Suci..” “Hk……….???????????????? ……………… ……. . . “Rumah Sahaja” EAR Ciputat Maret ‘10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun