Mohon tunggu...
Reca Ence AR
Reca Ence AR Mohon Tunggu... wiraswasta -

1964 Lahir di Sukabumi, Jawa Barat. Salam kompasiana ...salam bahagia dan tetap bersahaja\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Egois dalam Berdoa

21 Januari 2011   23:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:18 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1295632657519629817

(Ngobrol sama Ustadz Kampung)

.

“Tadz,… kasih tips dong cara2 berdo’a  agar terkabul” Tanyaku pada suatu kesempatan

“Bukannya malam Jum’at kemarin kita membahas tentang adab berdo’a…?”

“Iya sih…..tapi, barangkali ustadz punya tips lain yg belum tersampaikan..”

“Sebenarnya, semua do’a itu pasti terkabul, kalau kita mengikuti yg diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, Cuma……, kita harus sabar menunggu hasilnya, bisa langsung di kabul, di kabulkan tapi dalam jangka waktu yg lama, atau di tangguhkan, itupun akan sangat dipengaruhi ikhtiar kita dalam mendampingi do’a tersebut..”jelasnya

“Maksudnya ikhtiar tadz…?

“Ya kita tidak bisa mengandalkan do’a saja lalu ingin langsung di kabulkan tanpa sebuah usaha kita untuk mewujudkannya….”

“Ok….berarti berdo’a jangan lupa ikhtiar juga…, nah sekarang tips ustadz yg barangkali perlu saya perhatikan…….?

“Berapa kali sehari semalam berdo’a….?”

“Ya….minimal 5 kali tadz…”jawabku singkat

“Berdoa apa saja…??

“Macem-macem lah….dari masalah dunia sampai akhirat..?

“Untuk..??”

“Yah ustadz……..ya untuk saya sendiri dong…., paling tambah untuk orang tua dan anak istri”

“Nah disini saya mau tambahkan…”

“Tambahan apa Tadz..?” aku sudah ga sabar

“Kebanyakan dalam berdo’a kita suka ‘egois’…”

Egois…….?....apa hubungannya ?....maksud ustadz ?

“Kita sering lupa, bahwa kita adalah mahluk sosial, dan tidak bisa hidup sendiri “

“Kalau itu saya sudah tahu tadz..”

“Kita kadang tak menyadari, bahwa kehidupan yg kita alami ini adalah hasil dari interaksi beribu-ribu, atau bahkan berjuta2 variabel “

“Belum paham nih saya…”

“Segala sesuatu hasil yg kita terima dari sebuah keinginan dan usaha kita, tidak bisa terlepas dari turut sertanya peran orang lain di sekeliling kita, dan itu merupakan sebuah rangkaian variable-variabel yg tak bisa kita lupakan..”

“sebentar tadz……”aku berpikir sejenak….”Contohnya tadz..?”

“Ketika bapak bekerja, dari siapa mendapatkan upah kerja….?”

“Ya..dari Klien saya dong..”

“Kalau Klien bapak tidak mendapatkan tender atau peluang untuk mempekerjakan bapak, apakah bapak akan dapat upah kerja..?”

“Ya tentu tidak….”

“Berarti bapak bisa bekerja dan mendapatkan upah kalau klien tempat bapak bekerja juga mendapatkan peluang kerja atau tender”

“Sudah barang tentu itu tadz..”

“Nah sekarang …pernahkah bapak dalam berdo’a memohon rizki, menyertakan doa untuk Klien bapak agar mendapatkan tender ?

“……..ehm…..ga pernah tadz”

“Kalau bapak bepergian, pernahkah bapak berdo’a untuk keselamatan ?”

“Tentu tadz..”

“Pernahkah bapak mendoakan pak sopir yang akan menbawa bapak ketempat tujuan, agar diberikan kesehatan dan ketenangan dalam mengendarai mobilnya?”

“……ehm…..ga pernah tadz”

“Ini hanya beberapa contoh saja……..singkatnya dalam segala aktifitas kehidupan, kita tidak bisa terlepas dari peran orang lain didalamnya, oleh sebab itu….sertakanlah orang2 disekeliling kita dalam do’a kita, apalagi yang erat kaitannya.”

“Dasarnya tadz…:?”

“Allah telah mengajarkan kita untuk itu, coba buka QS. Muhammad ayat 19

‘Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda:

“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”(HR. Muslim no. 4912)

Coba perhatikan hadist diatas, bila kita mendo’akan orang lain tanpa sepengetahuannya, maka malaikat yang akan mendoakan kita, kalau sudah malaikat yg mendo’akan, apakah kita masih ragu untuk dikabulkan Allah ?”

“Begitu ya Tadz…?’benar-benar tak pernah terpikirkan sebelumnya

“Dari banyaknya ayat-ayatdan hadist-hadist yang menceritakan tentang keutamaan mendoakan orang lain sebenarnya Allahdan Rasul-Nya senantiasa memotifasi kita untuk selalu mendoakan saudaranya.”

“Iya…betul juga ya tadz…”

“Mendoakan sesama muslim tanpa sepengatahuan orangnya termasuk dari sunnah hasanah; dan ini telah diamalkan oleh para Nabiyallah juga orang-orang saleh yang mengikutinya.. Mereka senang kalau kaum muslimin mendapatkan kebaikan, sehingga merekap selalu mendoakan saudaranya di dalam doa mereka .Dan kalau ini diamalkan oleh seluruh muslimin…..Subhanallah…. kasih sayang dan kecintaan di antara kita senantiasa akan tersebar keseluruh alam”

“Berarti mendo’akan orang lain termasuk do’a yg mustajabah dong tadz, karena Malaikat sendiri yg mengaminkan dan mendoakan balik untuk kita..?

“Betul sekali,…..ketika kita mendoakan orang lain tanpa sepengetahuannya, maka do’a yang sama akan kembali kepada kita dan potensi dikabulkannya akan lebih besar dibandingkan kita mendoakan untuk dirikita sendiri….”

“Mulailah dari sekarang sertakan, saudara-saudara kita, tetangga, teman, rekan kerja, klien kita, dan seluruh muslimin dan muslimat dalam setiap do’a kita….”

“Insya Allah tadz…..”

……….

Subhanallah…….

Saya hanya bisa merenung tanpa kata, mengingat selama ini selalu egois dalam berdo’a

Sorepun kian beranjak dijemput malam menuju peraduannya, bermesra memeluk bumi dalam dekapan keheningan

“…Yaa Rabb…..mudahkanlah saudara-saudara kami muslimin dan muslimat dalam menerima ilmu yang bermanfaat seperti yang saya dapatkan hari ini, berikanlah kesehatan dan kekuatan kepada para pembawa risalahMu dan Rasul-Mu, satukanlah kami dalam kesalehan dan termasuk orang-orang yang Engkau cintai dan Engkau Muliakan…”

“Yaa Mujib…….”

“Kabulkanlah….”

“Amiin…………”

.

.

“Rumah Sahaja”

EAR Ciputat 220111

. Catatan lain : "Ngobrol sama Ustadz Kampung" 1. Getaran-getaran Ayat-ayat Suci 2. Shalat Khusyu 3. Belajar menikmati Hidup 4. Tahajud Call 5. Beribadah di Kompasiana 6. Alhamdulillah 7. Puasa : Proses Menuju Taqwa (bag 1) 8. Puasa : Proses Menuju Taqwa (bag 2)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun