Kagum, salut, dan haru, mungkin itulah perasaan saya ketika menghadiri “Peluncuran Buku ‘Kamus Sehari-hari Bahasa Betawi’” karangan Bapak Sukanta atau (lebih akrab dengan panggilan Bang Ading ) yang bertempat di Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung – Cisadanedi Jalan Saluran Tarum Barat 58 Cawang, tanggal 6 Oktober 2010jam 10.00 pagi
Bagaimana tidak kagum pada beliau, yang ternyata beliau sendiri bukan seorang Betawi Asli, tepatnya beliau seorang Sunda. Ketika saya tanyakan kepada beliau, “Koq tertarik membuat kamus betawi, padahal abang kan bukan orang Betawi ?”, dan beliaupun menjawab “Memang saya bukan orang Betawi, Orang tua saya dari Bandung tepatnya desa Sukahaji, namun saya lahir di Jakarta ini, sehingga semenjak kecil merasakan bagaimana suasana kehidupan masyarakat Betawi, saya merasa ingin melestarikan kekayaan budaya Indonesia ini, karena di jaman sekarang ini, kebudayaan kita dari bahasa, permainan dan makanan-makan khas Betawi sudah mulai menghilang satu persatu, dan atas dasar itu saya mengabadikannya dalam sebuah buku yang barangkali berguna untuk masyarakat luas.”
Awal mula ketertarikanya, ketika beliau sedang minum kopi di warung seorang nenek, Betawi tulen, menyebutkan kata tesi dan pisin. Karena baru mendengar kata-kata tersebut, lalu beliaupun menanyakan langsung, apa artinya. Ternyata tesi artinya sendok, dan pisin artinya piring kecil
Semenjak itulah beliau tertarik untuk mengumpulkan, mencatatnya dan bertanya kepada penduduk Betawi asli hingga sekarang. Jelasnya
Tahun 2007 mulailah beliau menyusun kata demi kata dengan tulisan tangan, kurang lebih satu tahun, hingga tahun 2008 beliau mendapat hadiah Laptop dari Bapak Ir. Pitoyo Subandrio, Dipl., H.E., Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung – Cisadane, sekaligus sebagai atasannya dimana beliau bekerja. Memang bang Sukanta ini terkenal rajin, ulet dan giat dalam mengerjakan sesuatu pekerjaannya, kalau orang betawi bilang :
“Ane kalo ude nulis, dari wayah dur, ampe wayah titet, kagak perne ngenal waktu” (Jika saya sudah menulis dari pagi hingga petang, tidak pernah mengenal waktu)
Buku ini terdiri dari266 halaman, Penerbit : GRASINDO, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Didalam buku inipun anda akan mngetahui 66 jenis makanan Betawi,seperti ; Ancemon (Singkong diiris tipis, dikukus, lalu ditaburi kelapa parut, Gemblong (Beras ketan ditambah gula merah dan santan, lalu dimasak hingga kental, dll ...., dan 13 jenis Permainan tradisional anak-anak seperti ; Permainan Dampu, Serok Kuali,Congklak dll, dll.
Untuk anda yang sering berinteraksi dengan masyarakat Betawi, sepertinya wajib Kamus ini untuk dimiliki dan menambah koleksi perpustakaan pribadi anda
Ada beberapa point yang bisa dijadikan pelajaran khususnya untuk saya pribadi
- Melestarikan budaya bangsa adalah tugas kita semua, siapapun, tak terkecuali.
- Memberitahukan kepada Dunia, kebudayaan-kebudayaan kita yang sesungguhnya, jangan sudah di akui Negara lain , baru kita teriak-teriak.
- Niatkan yang kuat, apa yang akan kita cita-citakan, yang kita tuju, suatu saat pasti akan tercapai.
- Perlunya penunjang-penunjangpendukung kearah yang akan kita tuju, seperti waktu, sarana, media, penyemangat, dan pemanfaatan kesempatan.
[caption id="attachment_282215" align="alignleft" width="239" caption="Bang Sukanta atau lebih akrab dengan panggilan Ading"][/caption] Berikut saya berikan beberapa contoh isi dari kamus tersebut diatas yang sering kita dengar :
Bujug Buneng : kata seru, takjub, busyet
Juntrungan: Sebab musabab
Dableg: Sulit untuk diberi pengarahan
Jabanin: Melayani tantangan
Gumoh: Muntah, yang baru ditelan keluar lagi, biasanya terjadi pada bayi.
Andeikate ente kepengenan bise, belilah kendiri
...........
Nyok kite ngelestariin same-same budaye kite !!!
Nyoooookk.....................
.
EAR 091010 Cioutat Tangerang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H