Mohon tunggu...
Ena Rs
Ena Rs Mohon Tunggu... -

Blogger

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Beras Tetap Mahal

14 Maret 2015   05:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:41 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki tahun 2015 kemarin, beras memasuki sejarah yang hebat, hari ini masuk ke fase sangat hebat, mungkin esok menjadi sangat hebat sekali. Betapa tidak, di desa-desa yang merupakan sentra penghasil padi, harga beras pun ikut melonjak. Dulu, di desa-desa tak ada harga beras Rp. 11.000 - 15.000/kg.  Sekarang ini, harga itulah yang berlaku. Ini pertama kali hal itu terjadi. Di desa harga beras mahal, apalagi di kota-kota. Ampun surampun, deh. Masyarakat menjerit. Upaya pemerintah pun terasa lamban dalam penangangannya.

Agak mengherankan ketika Presiden Jokowi mengumumkan harga beras sudah mulai turun rata-rata Rp. 2000/kg. Di manaaaaaaa yang hargaaaaaa berasnya turuuuuuuuunnnnnn? Di planet Mars, kali, ya? Yang terjadi harga beras tetap mahal. Masih kisaran Rp. 11.000 - 15.000/kg (tergantung kualitasnya).

Lalu kita dengar tentang upaya pemerintah mengadakan operasi pasar. Namun berita yang muncul justru kualitas beras op yang bermasalah. Ramai-ramai masyarakat mengembalikan beras op yang dianggap tidak layak. Dengan kejadian itu, boro-boro harga beras bisa turun. Yang terjadi justru opini pasar yang menganggap memang Pemerintah tidak mempunyai stok beras yang memadai. Brand beras bulog/beras dolog semakin amburadul. Masyarakat makin alergi dengan beras yang berasal dari bulog.

Kesan masyarakat yang muncul pada Pemerintah sekarang ini adalah:


  1. Yang baik dari pemerintah sebelumnya tidak dilanjutkan. Contoh, ketika SBY menaikan harga BBM, beliau segera menambah kuota raskin. Sekarang, boro-boro nambah kuota, yang reguler saja telat pengirimannya.
  2. Yang jelek belum juga diperbaiki. Contoh, kualitas beras bulog dikenal jelek, sekarang pun masih jelek.
  3. Yang baru pun belum ada yang jalan. Mana dari kebijakan pangan yang sudah menyentuh masyarakat dan terasa manpaatnya? Bantuan-bantuan pertanian malah dijadikan bancakan korupsi.


Apa yang terjadi dengan Pemerintah sekarang? Ini lebih peragu dari SBY. Terlalu banyak yang berani intervensi. Terlalu banyak pergulatan politik sehingga nasib masyarakat kecil terlupakan. Terlalu banyak benturan antara yang ingin mengangkat nasib rakyat versus jaringan "mafia" beras. Contohnya, ketika di sebuah Kabupaten, Pemdanya sudah membuat kebijakan operasi pasar, eh Bulognya jalan santai. Ketika Pemdanya sudah teriak-teriak segera-segera-segera kirim Raskin, Eh Bulognya santai-santai saja sehingga di mana-mana Raskin telat.

Anda mungkin tidak tahu, ketika Pemda mengumpulkan pedagang beras pasar, mereka akan distok beras Bulog medium 4 dengan keuntungan Rp. 300, mereka tidak mau.  Mereka ingin keuntungan yang lebih besar. Pemerintah tidak berdaya, kalah oleh pemain pasar. Praktek-praktek curang, pengoplosan beras, penimbunan beras, akhirnya terus berlanjut.

Jadi, kapan beras bisa murah kembali? Tolonglah masyarakat kecil seperti kami. Panen gagal dan gagal, harga beras pun makin mahal.

========

Ena Rusyana - Kepala Desa Bj.Gedang Rancah Ciamis.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun