Buku dan Ilmu pengetahuan. Adalah dua kata yang selalu melekat pada setiap Bapak Bangsa di negeri ini. Sebutlah Mohammad Hatta, wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama ini dalam kisah-kisahnya tidak pernah lepas dari dua hal tersebut.
Ketika umurnya 19 tahun dan sedang menjadi mahasiswa baru di Rotterdamse Handelshogeschool, pria kelahiran Bukittinggi tersebut harus membeli sejumlah buku. Malangnya, uang yang ia bawa dari tanah kelahirannya tidak seberapa serta dana beasiswa belum ia terima.Â
Namun Hatta tetap mendekati sebuah rak buku besar pada sebuah toko buku besar di kota itu De Westerboekhandel dan mengambil beberapa buah buku.
Pemilik toko buku rupanya memahami permasalahan yang sedang menimpa seorang mahasiswa baru dari negara Hindia Belanda itu. Dalam bukunya, Bung Hatta Memoir, beliau menulis "Dengan De Westerboekhandel aku mengadakan perjanjian bahwa buku-buku itu kuangsur pembayarannya tiap bulan f 10. Aku diizinkan memesan buku itu terus sampai jumlah semuanya tak lebih dari f 150".
Bung Hatta adalah negarawan yang memperlakukan buku pada tempat yang luhur. Ketika Bung Hatta dengan Sjahrir diasingkan ke Banda Neira, anak angkat Hatta dan Sjahrir pernah menumpahkan vas bunga di meja hingga airnya membasahi buku-buku sang proklamator yang bergelatakan di meja.Â
Masih dalam bukunya Memoir, beliau menulis "Waktu itu terjadi Sjahrir marah kepada mereka dan akupun ikut marah. Kukatakan pada anak-anak itu bahwa mereka harus hati-hati dan menginsafi bahwa buku-buku itu alat pengetahuan dan harus dijaga betul".
Penghormatan Bung Hatta kepada penulis buku beliau wujudkan dengan berpakaian rapi, memakai sepatu dan menyisir rambutnya setiap membaca buku.Â
Buku bagi Hatta adalah mahligai yang syahdu yang menemani beliau kemanapun. "Asal dengan buku aku rela dipenjara dimana saja, karena dengan buku aku bebas" adalah ungkapan pria berkacamata ini yang sering kita dengar atau kita baca saat menghadiri kegiatan literasi di berbagai tempat.
Setali tiga uang dengan kompatriotnya, Sukarno adalah seorang bapak bangsa yang gemar membaca buku. Photo Bung Karno yang mengenakan peci hitam sedang membaca buku lengkap dengan baju khas perjuangan ketika diasingkan ke Banda Neira adalah salah satu photo paling ikonik yang menggambarkan tentang kedekatan Bung Besar bersama buku.
Kedekatan Bung Karno dengan buku dimulai ketika beliau mengeyam pendidikan sekolah menengah di Surabaya dan tinggal bersama Sang Guru Bangsa, HOS Tjokroaminoto pemimpin Sarekat Islam yang berkharisma.Â