Mohon tunggu...
Enang Suhendar
Enang Suhendar Mohon Tunggu... Administrasi - Warga sadarhana yang kagak balaga dan gak macam-macam. Kahayangna maca sajarah lawas dan bacaan yang dapat ngabarakatak

Sayah mah hanya warga sadarhana dan kagak balaga yang hanya akan makan sama garam, bakakak hayam, bala-bala, lalaban, sambal dan sarantang kadaharan sajabana. Saba'da dahar saya hanya akan makan nangka asak yang rag-rag na tangkalna.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Api Perlawanan di Amerika dan 21 Peluru yang Memadamkannya

21 Februari 2020   16:04 Diperbarui: 22 Februari 2020   04:43 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malcolm X (sumber: wisconsinmuslimjournal.org)

Pesona Kota Mekah dan pancaran pelita Ka'bah menjadi cakrawala yang mengubah pandangan Malcolm tentang makna hidup dan kehidupan. Sebuah surat yang dia kirimkan dari Mekah menuliskan:

"Aku tidak pernah menyaksikan keramahan yang tulus dan semangat persaudaraan yang sejati seperti yang dilakukan oleh orang-orang dari berbagai warna dan ras, disini, di tanah suci kuno rumah Ibrahim, Muhammad dan seluruh Nabi dalam Kitab Suci. Selama seminggu terakhir aku sungguh terpesona tanpa bisa berkata apa-apa oleh keanggunan yang ditampilkan sekelilingku."

Malcolm X (sumber: wisconsinmuslimjournal.org)
Malcolm X (sumber: wisconsinmuslimjournal.org)
Selama bergabung dengan organisasi Nation of Islam, Malcolm memang menumbuhsuburkan keyakinannya bahwa "orang kulit putih adalah iblis." Namun perjalanan spiritualnya telah mengubah paradigmanya sebagaimana isi suratnya:

"Ada lebih dari 10 ribu jama'ah haji dari berbagai pelosok dunia dari berbagai warna kulit, mulai dari mata biru pirang hingga kulit hitam Afrika, tapi kami semua berpartisipasi dalam ritual yang sama. Menampilkan semangat persatuan dan persaudaraan. 

"Bahwa pengalamanku di Amerika telah membuatku percaya, hal ini tidak mungkin terjadi. Kalian mungkin terkejut melihat kata-kata ini dariku. Namun dalam perjalanan ini yang kulihat dan kualami telah memaksaku untuk mengatur ulang banyak dari pola pikirku sebelumnya" pungkas pria yang sepulang ibadah haji mengganti namanya menjadi el-Hajj el-Malik Shabazz.

Pria yang lahir  pada 19 Mei 1925 di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat tersebut ternyata juga terinspirasi dari Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan pada April 1955 di Bandung. Salah satu pidatonya yang termasyhur "Message to the grass roots", di Detroit pada November 1963 mengatakan:

"Di bandung semua bangsa berkumpul, negara gelap dari Afrika dan Asia. Beberapa dari mereka adalah penganut Budha, beberapa di antaranya beragama Islam, beberapa di antaranya beragama Kristen, sebagian beragama Konghucu, dan sebagian lagi atheis. Terlepas dari perbedaan agama mereka, mereka semua bersatu."

Tepat hari ini (21/02), 55 tahun yang lalu, Malcom pulang keharibaan-Nya. Perjuangan dan pengorbanannya telah mewariskan pelita dan cahaya yang terus merambat menumbuhkan benih-benih kedamaian dan perlawanan pada tindakan diskriminasi dan ketidakadilan di berbagai belahan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun