Suatu ketika di penghujung Desember 2013, penulis menelusuri aktifitas produktif perempuan berusia 80 Tahun yang bernama Suleha. Bagi masyarakat kelurahan penggoli Suleha adalah seseorang yang tidak asing sebagai pembuat ‘minyak telur’ tak berlabel dan sebagai seorang guru mengaji. Sejak tahun 1958 suleha telah memulai usahanya sebagai pembuat ‘ minyak telur ‘ yang mempunyai khasiat menyembuhkan berbagai penyakit luar dan dalam tertentu. Dari penuturannya, minyak telur ini adalah ramuan turun temurun yang ia peroleh dari ibunya yang bernama Kaderiah di Desa Wellang Pellang puluhan tahun yang lalu dan Minyak Telur itu telah mulai di buat kurang lebih 100 tahun silam. Dalam perjalanannya, Suleha adalah generasi kedua yang mempertahankan ramuan ‘ Minyak Telur ’ sampai saat ini.
Suleha adalah perempuan yang sederhana dan bersahaja, diusia yang ke- 80 Tahun ia masih di sibukkan dengan pembuatan minyak teluryang diakui punya tingkat kerumitan dalam penyiapan bahan dan pengolahan. Karena alasan itulah belum ada satupun dalam keluarganya yang mampu membuat ramuan tradisional minyak telur ini, selain Suleha. Darna, anak perempuan suleha yang kadang ikut membantu dalam pembuatan minyak telur ini menyatakan bahwa dibutuhkan waktu kurang lebih 4 jam untuk meramu dan memasak semua bahan yang ada, dimana ada 30-an jenis bahan, diantarannya adalah daun-daun yang berkhasiat untuk kesehatan dan juga rempah-rempah lainnya, sedangkan bahan dasar inti adalah dari telur ayam kampung dan minyak kelapa asli yang di masak lebih awal sebelum kemudian di campur dengan ramuan yang tebuat dari dedaunan dan rempah yang telah di siapkan lebih dulu. Biasanya minyak telur ini di masak terlebih dahulu sebelum mencampurkannya dengan ramuan daun dan rempah lainnya.
Suleha tidak merinci lebih jauh ke 30 jenis bahan yang digunakan tetapi yang pasti suleha selalu menjaga kualitas minyak racikannya dari dulu hingga saat ini. Termasuk dengan adanya ritual khusus dalam proses pembuatannya. menurut suleha, minyak telur tidak di buat begitu saja, ramuan diolah dalam suasana hening dan di selipkan doa-doa selamat di dalamnya, ini di maksudkan untuk member manfaat bagi mereka yang menggunakannya.
Saat ini ‘minyak telur’ buatan suleha telah di pasarkan ke berbagai wilayah di Indonesia seperti ke Papua, Kalimantan, Batam, Jakarta, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara bahkan ke Negara tetangga seperti Malasyia. Terkhusus Untuk pengiriman ke Malasyia ramuan yang dikirim ke sana masih akan di racik kembali atau di buat kembali oleh Salah seorang Anak Suleha yang telah bermukim disana.
Mengenai kemampuan produksi, dalam sebulan dengan di bantu oleh seorang putrinya, suleha membuat minyak racikannya 3 ( Tiga ) kali dalam sebulan dan bahkan mampu terjualsampai 120 botoldengan ukuran yang berbeda-beda. Tidak jarang perantau yang sudah mengenal minyak ini , ketika datang berlibur di kota palopo, menjadikan ‘ minyak telur’ sebagaioleh - oleh untuk sanak saudara mereka di tanah rantau.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya , suleha mengakui aktifitasnya ini sudah lumayan mencukupi untuk kebutuhan rumah tangganya sehari – hari . Bahkan dari jerih payahnya ini, ia akhirnya mampu menunaikan ibadah Haji dari hasil usahanya sebagai pembuat ‘ minyak telur ’ yang telah ia lakoni sejak tahun 1958.
Di mata Suleha, keluarga punya peran penting dalam pemasaran minyak yang ia buat. Ia mengakui selama ini keluarganya lah yang juga ikut membantu memasarkan ‘ minyak telur ‘ buatannya. Keluarga yang tersebar di penjuru di beberapa wilayah di Indonesia , menurut suleha punya andil dalam pemasaranhasil usahanya. Tak jarang pula minyak ini menjadi oleh- oleh bagi mereka yang telah mengetahui khasiatminyak buatan Suleha. Kadang kala Suleha kewalahan memenuhi permintaan minyak buatannya dari luar daerah, terutama dari Makassar, Kendari dan Papua . Dari pengakuan Suleha, ia tak punya kemasan atau label khusus tapi lumayan lah minyak telur ini masih banyak meminati.
Beberapa waktu yang lalu bahan-bahan dari ‘ minyak telur ‘ milik Suleha ini telah di perika di salah satu laboratorium di Makassar dan di nyatakan aman, bahkan telah di jual bebas di beberapa tempat dengan merek tertentu dan oleh orang tertentu pula. Suleha hanya membuat dan menjual minyak buatannya saja, jika pun ada yang membeli kemudian melabelkan dengan merek tertentu, ia tak mempermasalahkannya.ia sadar ada keterbatas dalam pelabelan dan pengemasan.
Suleha hanya menyebut minyak tradisional buatannya dengan nama sederhana ,‘ Minyak telur ’.
Sampai saat ini untuk kemasan minyak telur, suleha banyak memanfaatkan botol bekas, minuman botol dan plastik yang di beli dari para pengumpul. Keterbatasan dalam pengemasan dan penamaan menjadi merek tertentu memang menjadi kelemahan tersendiri dari minyak telur ini.
Entah sudah berapa banyak ‘ minyak telur’ yang berhasil ia buat,Suleha hanya menyelipkan harapan semoga kelak warisan yang telah se-abad di pertahankan turun temurun di keluarganya akan menjadi tradisi tersendiri dan tetap lestari meski harus berganti nama tanpa harus kehilangan ciri khas minyak telur dalam proses pembuatan dan khasiatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H