Mohon tunggu...
Sainal Sahid
Sainal Sahid Mohon Tunggu... -

Lahir dan Besar di Kota Palopo. Selepas Menyelesaikan Studi di Kota Makassar, Memilih kembali ke tanah kelahiran untuk mengabdikan diri sebagai Abdi Negara Pelayan Publik.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Apatisme itu Nyata..

16 Agustus 2014   02:24 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:26 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HUT RI Ke-69 semakin dekat, gema tahunan ini pun diharapkan membahana ke seluruh pelosok negeri. Beragam apresiasi segera di lakoni untuk menghargai perjuangan para founding father negeri ini. Simbolisasi penghargaan dan penghormatan misalnya, tak ketinggalan di upayakan di berbagai tingkatan pemerintah dan kelompok masyarakat.

Kelurahan sebagai Avant Garde di tingkat Pemerintah Kota/Kabupaten telah terbiasa dengan kondisi-kondisi penyambutan Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan. Tapi secara personal  benar-benar baru pertama kali melihat tingkah pola warga yang boleh dibilang cenderung acuh terhadap hajatan besar  ini.Keacuhan yang rancu  seperti ini tergambar beragam, tapi satu contoh jamak adalah kemalasan mengibarkan bendera dan umbul-umbul  menjelang tanggal 17 Agustus dimana seharusnya kibaran bendera dan kibasan umbul-umbul telah bersenyawa dengan angin sepekan sebelum detik-detik peringatan.

Tapi apa mau dinyana, masih banyak di antara mereka yang harus 'disuapi ' dengan himbauan langsung untuk memasang umbul-umbul dan bendera di depan rumah mereka sendiri. bahkan ada yang  berkilah kalau tak tahu dimana  mereka menyimpan bendera merah putih. Astaga naga, hari sudah lewat H-3  seharusnya tak ada lagi alasan yang begitu-begituan . Himbauan dan persuratan telah di sampaikan melalui RT/RW bahkan 2  (dua) kali Jumat himbauan tersebut juga di bacakan lewat pengurus mesjid setempat.

Ternyata setiap warga negara  memang  tak ada yang sempurna dalam menghargai dan merenungi eksistensi bangsanya. Padahal sudah terlalu banyak kenikmatan yang kita raih dari hasil keringat dan darah para pahlawan di negeri yangkatanya gema ripah loh jinawi ini. (enalt)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun