Selasa 8 Maret 2011, berita di halaman depan Kompas. Menlu Jepang Mundur Karena Donasi Ilegal.Pagi ini seperti biasa sambil mengantar putraku ke sekolah, ada rutinitas khas yang menjadi kebiasaan pagiku,menikmati senyum loper koran di perempatan Manahan, dan sambil terburu-buru meraih koran kompas hari ini. Putraku yang duduk disebelah kiriku lansung membuka halaman pertama kompas...seperti biasa juga, dia pasti membaca keras-keras berita utama dan berita di halaman pertama kompas untuk kami berdua.Ketika membaca Menlu Jepang Mundur Karena Donasi Ilegal, bahkan meminta maaf untuk itu, dia menolah padaku dan berujar, “Bu, kenapa ya pejabat di negeri kita tidak berguru ke Jepang aja, malah studi banding ke Yunani, kenapa nggak outbond ke jepang, atau bikin acara pelatihan menjadi pejabat yang memilikirasa malu dan tanggung jawab di Jepang, kan bisa sambil jalan-jalan mereka berguru kesana ya bu?”.
Saya hanya menjawab, “Iya, ya ka, kenapa nggak berguru ke Jepang?”.
Dia menimpali lagi, “Bu, bukannya di Jepang itu sering banget ya, perdana menteri, menterinya mengundurkan diri kalau mereka merasa melakukan kesalahan, atau kelalaian, kapan ya di indonesia ada pejabat yang seperti ituya?”
Anakku!!! itu adalah impianseluruh rakyat di negeri ini, untuk memiliki pemimpin yangmemiliki rasa malu, rasa tanggung jawab, tidak hanya mementingkan diri sendiri.
Saya jadi merenungkan, anak kecil saja, (kebetulan putra saya masih SMP) bisa melontarkan keprihatinan atas kondisi negeri ini, kenapa para pemimpin, para pejabat, para pemegang kekuasaan tidak memiliki rasa prihatin, rasa malu atas apa yang terjadi saat ini.
Masih sempat putraku menambahkan... “bayangin bu, kalau Nurdin Halid itu ketua perserikatan sepakbola Jepang, atau presiden kita jadi perdana menteri di jepang udah hara kiri kali ya, kalau Persiden sih pasti nggak hara Kiri bu, tapi pasti deh lansung mundur, karena malu nggak bisa menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.?”
“Atau menteri, bupati, walikota, gubernur yang di bawa ke pengadilan, atau menjadi tersangka.... wah pasti lansung masuk kamar sambil bawa samurai danHara Kira... saking malunya”, lanjut putraku.
”Iya ya, ka, pasti mereka Hara Kiri!” jawabku
Putraku meneruskan celutukannya, ”Bu, kenapa ya, orang Jepang bisa memiliki budaya, rasa malu, mencintai negerinya sehebat itu, kita koq nggak bisa ya bu, apa itu yang membuat mereka bisa jago bikin mobil ya?” Putraku berkata itu sambil setengah merenung....
”Iya, ya, ka kapan ya kita bisa sehebat orang Jepang?” jawabku
Putraku tiba-tiba menoleh kearahku dan bertanya, ”Bu, kenapa jawaban ibu cuman iya, ya aja?”
Sambil tersenyum kujawab pertanyaannya, ”Karena semua yang kaka ucapkan itu benar sayang, mungkin pejabat, atau bahkan calon pejabat di negeri kita sebelum menduduki jabatannya harus berguru ke Jepang dulu,diberi pelatihan sikap, pembentukan budaya malu, tanggung jawab dan semua yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin ya ka.”
Tak terasa kami sudah sampai di depan sekolahputraku, dan perbincangan kamipun berakhir.Tapi sepanjang perjalanan ke kantor terlintas dibenakku... Apa perlu ya, pejabat dan calon pejabat di negeri ini, berguru ke Jepang?
Sambil melangkah ke tempat kerja... kutekadkan hati untuk tetap berharap bahwa esok Indonesia akan lebih baik. Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H