Mohon tunggu...
Ena Mahdalena
Ena Mahdalena Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu Rumah tangga

Hobi saya jalan-jalan dan belanja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ananda Kebanggaan Ibu

11 November 2023   12:09 Diperbarui: 11 November 2023   12:30 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini adalah hari yang berat seolah dunia tidak berpihak padaku. Ya Allah. kapan aku bahagia ? aku menangkap sosok yang menemaniku pada saat jatuh bangun . Memberikan pelukan yang membuat aku nyaman, begitu hangat. Mencoba saling menguatkan meskipun cobaan ini tidak pernag usai.

Banyangan pertengkaran ayah dan ibu tadi siang masih terekam jelas dalam ingatanku. "lebih baik kita cerai saja!" iya aku gak kuat sama kamu,Mas!""

Dua kalimat yang mulai detik ini menjadi trauma untuk anak kelas 5 SD. Kalimat yang menjadikanku anak tanpa bapak. Tidak ada yang yang mengantarkanku ke sekolah karena ibu harus bekerja. Tidak ada yang mengendongku dengan tangan kekar saat aku lelah. Dan tidak ada lagi yang memberikan nasehat seperti dahulu. Aku anak yatim pisah hidup, begitulah orang menyebutnya.

Hingga 15 tahun berlalu, saya dapat peringkat kelas , ibumu pasti bangga, sekolah kami senang kehadiran anak cerdas sepertimu. wali kelas menyampaikan prestasiku di depan ibuku. Kucium pipinya yang basah, tak ada yang keluar dari bibirnya. Namun aku paham bahwa perjuangannya selama ini terbayar.  Meskipun ini belum selesai. Masih ada biaya pendidikan di depan sana. Hari pertama masuk SMA jantungku berdegup kencang. Tas ransel hampir tidak ada isinya, tetapi langkah kaki begetu berat berkilo-kilo beban di pundak.

Creattt. astaga, rok baruku kena air, ekor mata menangkap pelakunya.

"Heiii kalian apa-apaan sih! kenal saja nggak!' perempuan berlaga premanmembentak dua orang pelaku. " jangan deket-deket ! dia kan anak sekolah sebelah kita, cuma beda level sih" dia berseteru lagi sambil memandang dengan jijik.

"Mulutmu tuh gak level! malu aku kenal sama kalian! gak tau berubah! yuk sini bareng aku jalannya." setelah membentak, perempuan itu menggandeng dan tak menggubris ocehan mereka.

Di dekat papan pengumuman perempuan yang tak kuketahui namanya, ingin mengatakan sesuatu. Dia menggerakkan tangan  dan mebuka tutup mata seraya mengatakan ." Hmm...maaf ya. Maafkan teman-teman saya. Mulut mereka itu kadang-kadang perlu diperba. Semoga kamu tidak sakit hati."

Aku mau menjawab permintaan maafnya tetapi ....

Aku pergi dul. Ada panggilan alam."Dia langsung pergi ke sisi yang berlawanan. Aku tersenyum ternyata dia lucu juga ya.

Aku melihat sekeliling.Ada papan pengumuman berisi info lomba, agenda mingguan, promosi komunita. event band..padat juga kegiatan disini,pikirku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun